Setiba nya Ara di restoran ia melihat Topan yang sudah menunggu. Ara pun langsung menghampiri nya.
" Bang " Topan langsung menoleh dan melihat penampilan Ara yang sangat cantik. Warna pakaian dengan warna kulit nya sangat balance.
" Wow... " Gumam Topan. Meski ia kagum dengan penampilan Ara kegusaran yang ada di hati nya sejak tadi tidak bisa di tutupi.
" Woi, lo kenapa? Kaya.. ada sesuatu, ada mantan lo ya di dalem? " Goda Ara sangat senang.
" Enak aja. Gak ada, ayo masuk " Ara pun merangkul Topan. Beberapa orang yang di lewati oleh mereka menoleh karena visual mereka yang sangat cocok layaknya pasangan.
" Loh, belum ada yang dateng? " Tanya Ara ketika ia dibawa ke sebuah meja panjang yang sudah di reservasi.
" I...ya lagi pada jalan duduk aja " ke gugupan Topan sangat terbaca oleh Ara.
" Loh kenapa sih bang? Siapa sih yang bakal dateng hah? Gugup banget. Jangan-jangan bener ya ada mantan lo, tenang... Gue hadepin nanti "
Topan tidak menjawab ia langsung duduk di samping Ara dengan gusar. Sesekali melihat ke arah pintu masuk menunggu tamu yang sebenarnya datang.
Sedangkan Ara sedang mencicipi cemilan pembuka yaitu bread garlic. Dan ke sekian kali nya melihat ke arah pintu akhirnya tamu yang membuat hati Topan gusar pun datang.
Topan menelan saliva nya lalu berdiri.
" Ra... " Panggil Topan dengan nada sedikit pelan.
" Hah? Udah dateng? " Karena Topan berdiri Ara pun ikut berdiri dan berbalik.
Deg!
Seketika roti yang Ara makan saat ini langsung terasa pahit ketika mengetahui kenyataan bahwa ia di bohongi.
Bukan teman kampus Topan atau pun mantan. Melainkan orang tua nya yang hampir tiga tahun ini tidak pernah bertemu atau berkomunikasi. Kakek, nenek nya serta Shera.
" You liar " ucap Ara dengan tatapan dingin kepada Topan. Apa yang Topan perkirakan terjadi. Ara tidak menyukai situasi ini. Ketika Ara ingin pergi Topan menahan tangan nya.
" Lepasin! "
" Ra. Please, stay sebentar "
" Untuk apa? Lo bener-bener jahat ya bang. Mau nyiksa gue disini hah? "
" Elara... "
Suara lirih, suara yang tidak asing di telinga nya, suara yang sudah lama ia tidak dengar kini memasuki pendengaran nya.
Ara menghela nafas melihat sekeliling restoran yang sangat ramai pengunjung. Dalam situasi seperti ini ia tidak mungkin merusak nya dan mempermalukan diri sendiri dengan lost control.
Ia pun menoleh dengan tatapan dingin nya. Melihat wajah-wajah itu kembali membuat darah di dalam dirinya bergejolak. Topan menggenggam tangan Ara yang sudah mengepal kencang.
Topan tahu saat ini Ara sangat-sangat marah. Lukman Miller Pradipto adalah sepuluh besar orang terkaya di dunia, dari banyak nya usaha yang ia miliki Lukman juga salah satu pendiri dari sekolah Pramah.
Ya! Ayah Dev dan ayah Ara lah pemilik sekolah tersebut. Kedua nya sudah menjadi teman berbinis sejak lama. Mereka membangun sekolah itu sebagai tanda persahabatan mereka dan pertunangan antara Ara dan Dev semakin mempererat hubungan mereka terutama dalam bisnis dan meningkatkan keuntungan satu sama lain.
Entah pertunangan Ara dan Dev di klaim seperti apa oleh orang tua mereka tetapi Ara dan Dev menyetujui hubungan ini karena mereka saling mencintai tidak ada hubungan nya dengan bisnis.
Dan ibu Ara bernama Viola Maharani Hedva. Perempuan berkebangsaan France ini adalah seorang anak tunggal. Ayah nya bekerja di pemerintahan dan ibu nya memiliki butik terkenal di Paris.
Mata indah Ara benar-benar menurun dari Viola bahkan rambut blonde dan hidung runcing nya sama seperti Viola. Ke sempurnaan yang juga di warisi kepada putra sulung nya yaitu Rey kakak Ara yang sudah pergi hampir tiga tahun karena kecelakaan ketika hampir melewati garis finish pada pertandingan The World Racing.
Kini mereka duduk di kursi masing-masing. Setelah sampai di Indonesia semalam Lukman dan Viola langsung mengatur jadwal untuk bertemu dengan putri mereka. Karena nanti malam harus mengunjungi tempat untuk acara kelulusan besok.
Ara duduk di antara Topan dan Shera. Tatapan nya seperti kosong selalu melihat kebawah tidak ingin menatap orang tua nya.
" Sudah lama Ibu tidak melihat kamu. Cantik... Sekali " ucap Viola yang duduk di depan nya dengan mata berkaca-kaca.
" Ara... Kalau orang tua bicara dilihat mata nya " ucap nenek nya. Dengan menguatkan hati Ara mengangkat wajah nya dan menatap perempuan cantik yang seperti cerminan diri nya.
" Hmm. Sudah lama, bisa kita makan sekarang? Saya ada urusan lain setelah ini " jawab Ara setenang mungkin.
" Ya, tentu "
Makan siang itu terlalu menyakitkan untuk Ara. Lagi-lagi ia mengingat Rey. Mungkin jika kejadian itu tidak pernah terjadi suasana saat ini akan terasa bahagia.
Ada suara tawa Rey, senyum lebar nya yang sangat indah. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali ia makan bersama orang tua dan kakak nya secara bersama-sama.
Kenangan bahagia yang dulu pernah ada terasa terkikis oleh kenangan pilu yang diterima oleh Rey. Kejadian itu bisa dikatakan menjadi trauma untuk Ara.
Kehilangan kakak satu-satu nya di depan matanya. Ia melihat betul bagaimana mobil itu terguling dan terbakar. Melihat bagaimana tubuh kakak nya penuh dengan darah.
Saat pertandingan itu satu-satu nya anggota keluarga yang ada hanyalah Ara. Kedekatan antara Ara dan Rey membuat Ara terus ikut kemana pun Rey pergi bahkan menemani nya untuk latihan.
Ara rela homeschooling karena tidak ingin di tinggal oleh Rey. Dan karena ia tahu bahwa hanya Rey yang ada untuk nya, hanya Rey yang bisa di sisinya. Rey adalah semestanya Ara setelah ia sadar bahwa kesibukan orang tua nya telah melukai perasaan nya.
Dan setelah ia tahu bahwa orang tua serta kakek, nenek nya rela membuang Rey begitu saja karena Rey memilih menjadi pembalap dari pada meneruskan bisnis ayahnya. Di saat itu lah Ara berpihak kepada Rey.
Ia lebih banyak memiliki kenangan bersama kakak laki-laki nya dibandingkan dengan orang tuanya. Jadi jangan ditanya kenapa Ara bersikap dingin tidak menginginkan kehadiran orang tua nya itu semua karna luka yang masih membekas sampai saat ini.
Tidak hanya sebagai kakak tapi Rey juga sebagai orang tua bagi Ara. Semakin ia menahan rasa sakit dada nya semakin sesak. Makanan yang masuk kedalam mulutnya tidak terasa apapun.
Tubuh nya gemetar bayang-bayang kecelakaan, perdebatan orang tua nya, Rey. Isi kepala nya saat ini terasa sangat ramai.
Prang!
Sendok dan garpu di tangan Ara terlepas begitu saja. Ia beralih menutup kedua telinga nya dengan tubuh gemetar. Semua pun langsung panik.
" Ra... Ara "
" Ra lo kenapa? "
Ara tidak menjawab ia benar-benar seperti ketakutan. Topan dan Shera mengerti Ara mengalami Pannic Attact.
" Yuk, keluar dulu yuk " perlahan Topan membantu Ara berdiri dan menuntun nya keluar dari restoran.
" Elara! Arfan! "
" Mbak... Ara kenapa? " Tanya Viola.
" Tenang Vi.. Topan tahu apa yang harus dilakukan. Pak, bu biarkan mereka keluar Ara butuh udara segar "
Topan membawa Ara ke parkiran dan membuka sebelah pintu mobil. Ara dibiarkan duduk di kursi mobil sambil Topan menghapus keringat dingin dari dahi Ara.
" Ra.. tenang lo udah aman. Cuma ada gue disini ya, coba liat mata gue liat "
Ara pun mengangkat wajah nya dan langsung memeluk Topan.
" Gue takut... " Bisik nya parau. Topan membalas pelukan Ara erat lalu mengelus rambut adik perempuan nya lembut.
Jika keadaan Ara drop seperti ini ia juga ikut tersiksa.
" Gak akan ada apapun karena ada abang. Ara gak boleh takut... Percaya sama abang... " Suara Topan benar-benar lembut.
Di perjalanan pulang Ara tertidur di mobil. Kecelakaan yang terjadi kepada Rey serta masalah dalam keluarganya ternyata menyebabkan trauma tersendiri untuk Ara.
Kenangan-kenangan yang menyakitkan membuatnya berada di bawah tekanan cukup besar sehingga membuatnya ketakutan seperti itu.
Sesampai nya dirumah Topan menggendong Ara sampai di kamarnya. Membukakan sepatu adik perempuan nya membuka perhiasan yang di pakai Ara lalu menyelimuti nya sampai leher.
" Cepet sembuh ya Ra... Gue gak bisa lihat lo seperti ini terus. Please, Give her beauty dreams, god... To heal her hurts " gumam Topan lalu mencium kening Ara.
Ketika ia ingin keluar dari kamar mata nya tertuju pada buket bunga matahari yang sebagian sudah layu. Buket bunga yang diberikan Dev saat itu masih di simpan Ara dengan baik di dekat jendela.