Setelah melihat Ali dan Dion pergi dari toko, semua staff ribut saling membicarakan tentang Yeni dan Aryani. Mereka merasa tidak percaya bahwa Yeni telah membunuh Aryani hanya karena inhinmbeli barang mewah yang akan ia pamerkan kepada seluruh staff toko.
"Nggak nyangka ya. Yeni tega melakukan itu sama Aryani," kata salah satu dari mereka.
"Kalau memang itu benar dan terbukti, Yeni benar-benar sudah gila! Dia tega membunuh Aryani hanya karena untuk membeli barang mewah," sahut staff yang lainnya lagi.
"Itu bukan gila lagi namanya. Tapi psikopat!" sahut staff yang lain lagi.
Mereka masih berkumpul di sana untuk membicarakan kasus itu.
"Sudah sudah! Jangan bahas masalah ini lagi. Lebih baik kita kembali kerja ke tempat masing-masing. Daripada arwah Aryani datang karena kita terus membicarakan dia," kata salah satu staff membubarkan semuanya. Mereka pun kembali ke tempat masing-masing.
Di dalam mobil, Ali mencoba menghubungi anak buahnya untuk menanyakan tugas mereka. Ali menelepon Arya, yang diberi tugas untuk datang ke rumah Yeni.
Dengan cepat Arya segera menjawab panggilan telepon dari ketua tim.
"Halo Komandan," kata Arya dengan tegas.
"Halo Arya, bagaimana kondisi di tempat tinggal Yeni?"
"Maaf komandan, kami belum sampai di tempat karena jalanan sangat macet. Ada kecelakaan lalu lintas di depan sana. Sepertinya akan memakan waktu yang lama untuk mengevakuasi mobil truck di depan sana."
"Baiklah kalau begitu, kalau sudah sampai sana langsung kabari saya!"
"Siap komandan!"
Ali menutup panggilan teleponnya. Namun tiba-tiba wajahnya jadi berubah pucat. Ali tampak sangat gelisah. Dion yang sedang fokus menyetir jadi khawatir kalau ketua timnya itu sakit.
"Ada apa komandan? Apa ada masalah? Komandan terlihat sangat gelisah," kata Dion menoleh ke arah Ali.
Bagaimana tidak gelisah, Ali tiba-tiba jadi teringat dengan ucapan Gunawan. Gunawan sebagai ketua kepolisian pernah berkata akan menurunkan jabatan Ali sebagai ketua tim detektif jika kasus ini tidak kunjung terungkap.
Ali takut ucapan Gunawan itu bukan hanya gertakan tapi akan menjadi kenyataan karena hingga detik ini saja masih belum ditemukan titik terang sedikitpun dari kasus ini.
"Ah tidak, aku baik-baik saja. Hanya saja aku sedikit kelelahan," jawab Ali mencoba menyembunyikan semua perasaanya saat ini.
"Kasus ini memang sangat melelahkan. Tapi kita jangan sampai telat makan dan istirahat yang cukup. Agar kondisi tubuh kita juga selalu dalam keadaan fit," kata Dion pelan.
"Tentu saja. Aku tidak mungkin telat makan apalagi kurang istirahat. Karena jika itu terjadi, maka nyonya rumah akan menyeringai memarahiku," ucap Ali sambil tertawa.
'Bagaimanapun caranya juga aku harus segera mendapatkan pelakunya!' gumam Ali di dalam hati sambil mengepalkan tangannya karena merasa sangat kesal terhadap pelaku yang sangat pandai menyembunyikan semuanya.
Sesampainya Arya dan Angga di alamat rumah kost milik Yeni, mereka langsung mengetuk pintunya.
Seorang perempuan paruh baya datang membuka pintunya.
"Permisi Bu, apakah benar ini rumah kost Yeni?"
"Yeni yang kerja di toko pakaian?" tanya perempuan yang diduga sebagai pemilik rumah tersebut.
"Iya benar Bu. Apakah benar?"
"Iya benar. Ada apa ya Pak?"
"Perkenalkan Bu, saya Arya dan ini rekan saya Angga. Kami dari kepolisian ingin meminta izin untuk masuk ke kamar Yeni guna memeriksa barang milik Yeni untuk dijadikan sebagai barang bukti. Karena saat ini Yeni sedang ditahan di kantor karena diduga menjadi tersangka pembunuhan," kata Arya dengan hati-hati.
"Hah? Tersangka pembunuhan? Kok bisa? Yeni itu orang yang baik Pak, dia juga sangat sopan sama saya. Mana mungkin dia melakukan hal keji seperti itu," kata Siti dengan ekspresi sangat terkejut.
"Sebelumnya kami meminta maaf Bu, karena kami tidak bisa menjelaskan sekarang secara detail. Jadi bagaimana apakah kami boleh masuk untuk memeriksa kamar Yeni?" jawab Arya dengan sopan.
"Ba... Baik. Mari ikut saya!" kata Siti dengan suara yang masih terbata-bata karena tidak percaya dengan apa yang tadi ia dengar.
Mereka pun masuk ke dalam rumah besar yang terdiri dari dua lantai itu. Rumah itu memang khusus dijadikan untuk kost putri oleh Siti sebagai pemiliknya.
Siti mengatar kedua polisi itu sampai di lantai dua. Mereka berhenti di depan sebuah kamar yang masih tertutup rapat.
Beruntung Siti memiliki kunci cadangan dan kamar itu akhirnya dapat dibuka.
"Silahkan Pak! Ini adalah kamar Yeni," kata Siti mempersilakan mereka masuk.
Namun sayangnya, kedua polisi itu melarang Siti untuk ikut masuk ke dalam kamar.
"Maaf Bu, sebaiknya Ibu tunggu di luar saja ya. Biar kami berdua saja yang masuk," kata Angga sambil tersenyum.
Siti mengangguk dan keluar dari kamar Yeni. Membiarkan kedua polisi itu masuk dan mencari barang bukti atas kasus itu.
Arya dan Angga mulai membuka semua lemari milik Yeni. Di dalam kamar Yeni, ada banyak sekali barang mewah yang terpajang di sana. Seperti tas, baju, aksesoris, bahkan sepatu mewah juga ada di dalam sana.
Angga segera mengambil foto satu per satu barang itu.
Kemudian ia juga membuka laci kecil yang ada di atas meja riasnya.
Di dalam laci tersebut, Angga menemukan sebuah kertas nota yang berisi struk belanja. Ia juga menemukan kertas transaksi rekening di dalam laci tersebut.
Tanpa berpikir panjang lagi Angga segera mengambil foto semua bukti itu.
Setelah semua masuk di dalam galeri foto, Angga dan Arya pun berpamitan untuk pulang.
"Terimakasih banyak untuk kerjasamanya ya Bu. Kami telah menemukan beberapa barang yang mungkin bisa dijadikan sebagai bukti nanti. Kami permisi dulu karena harus kembali ke kantor," ucap Arya sambil menjabat tangan Siti.
Siti hanya mengangguk, bahkan tanfannyaasih terasa dingin karena ia masih sangat shock dengan berita ini.
Sementara Azara dan Azka pergi berdua ke sebuah tempat yang sangat sepi.
"Kita mau kemana sih sebenarnya?" tanya Azka yang masih bingung karena dari tadi Azara sama sekali tidak memberitahunya.
"Sudah ikut saja!" jawab Azara serius.
Mobil mereka akhirnya berhenti di depan sebuah rumah besar yang sudah kosong. Rumah itu sangat kumuh dan terlihat sepi. Mungkin sudah lama sekali rumah itu tidak berpenghuni. Azka yang masih merasa bingung akhirnya menarik tangan Azara sehingga membuat tubuh Azara jadi menempel di dada Azka. Wajah mereka juga saling berdekatan.
Kemudian mereka jadi salah tingkah.
"Maaf, aku tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya bingung kita mau ngapain pergi ke tempat ini?" ucap Azka masih salah tingkah.
"Aku tadi sempat berbisik kepada Yeni. Menuduhkan sesuatu yang aku sendiri belum tahu jelas. Dan aku juga mengatakan apa yang sedang ia katakan di dalam hati. Sehingga ia merasa kaget dan berbicara 'dia tidak akan menemukan handphone itu karena aku sudah menyembunyikannya di dalam rumah kosong' jadi sekarang kamu tahu kan apa maksudku membawamu ke sini?" ucap Azara menatap mata Azka.