Bram yang berada di kantornya sibuk memikirkan wanita yang dia jumpai tadi. Wajahnya mirip sama wanita Desa itu. Dia juga melihat keduanya sangat mirip bukan sangat mirip tapi benar-benar mirip.
"Siapa wanita itu. Kenapa aku selalu membayangkan dia? Apa yang terjadi ini?" tanya Bram pada dirinya sendiri.
Tok tok tok!
"Masuk," sahut Bram dari dalam.
Bram kedatangan tamu siapa lagi kalau bukan sahabatnya. Deki, Diman sedangkan satu lagi tidak bisa datang karena luar kota.
"Bram, kau sibuk? Bagaimana kalau kita ke club?" tanya Deki.
"Kita sudah tua, jangan pernah ke sana lagi. Lagian aku pengin sendiri saja. Jadi maaflah ya, kali ini aku tak bisa," lesu Bram.
Bram yang sejak kejadian itu dia tak menikah lagi. Dia hanya menutup diri dan jika pun pergi dia akan pergi bersama temannya. Bayangan Narsih terus menari di pikirannya.
"Kau masih memikirkan mereka yang sudah tiada?" tanya Deki.
"Aku melihatnya, dan aku tak tahu dia siapa," jawab Bram lagi.
Sahabat Bram saling pandang dan tentunya keduanya kaget. Mana mungkin yang sudah meninggal dunia dengan tragis itu harus bangkit dari kubur.
"Bram, kau kacau sekali. Makanya kau menikah. Usiamu sudah berapa sekarang? Makanya kau seperti ini karena kau tidak menikah," kata Diman
Bram menghela nafas panjang. Hubungannya dengan menikah dan usia apa coba aneh gumam Bram.
"Jangan ngaco kamu. Aku tak menikah tak ada hubungannya dengan itu. Aku belum menemukan wanita yang pas," katanya.
"Seperti gadis itu. Sudah lah Bram, jangan buat kami juga ikutan takut. Kami punya anak dan istri, lagian itu sudah lama, dia pun sudah jadi tanah," ucap Deki.
Bram akhirnya bisa sedikit tenang, tapi dia tetap tak mau ke sana. Dia ingin di rumah saja. Sahabat Bram akhirnya pergi dari kantor Bram.
Bram melanjutkan pekerjaannya. Sampai akhirnya dia selesai. Sudah waktunya pulang gumamnya.
Tok tok tok!
"Sore Pak, anda tidak mau pulang?" tanya sekretaris Bram.
"Iya, ini saya mau pulang juga kok. Besok apa ada kerjaan di luar kota atau metting?" tanya Bram pada sekretarisnya.
"Tak ada Pak, besok tidak ada jadwal yang padat. Hanya tanda tangan revisi laporan keuangan saja," jawab sekretaris Bram yang bernama Bowo.
"Iya sudah, kalau begitu. Kita pulang sekarang," ucap Bram lagi.
Bram melangkahkan kakinya menuju pintu lift. Bram benar-benar lelah. Sampai di lantai dasar tempat parkiran, Bram langsung masuk dan membawa mobilnya menuju rumah mewahnya. Butuh satu jam Bram sampai di rumahnya.
Tin tin tin!
Penjaga rumah Bram membuka pagar besi agar majikannya masuk. Bram mengklakson penjaga rumahnya.
"Masukkan mobilnya ya, saya mau masuk dulu. hari ini saya tidak keluar," kata Bram lagi.
Bram langsung masuk dan menuju kamarnya. Dia akan membersihkan diri habis itu makan dan istirahat sejenak. Tak butuh lama, Bram selesai ritual mandi. Dia turun ke bawah untuk makan malam.
"Silahkan Pak," jawab si mbok istri penjaga tadi.
Bram langsung makan dengan cepat, dia merasa sangat lelah dan pengin tidur. Lima belas menit selesai makan, Bram langsung masuk ke dalam kamar. Bram duduk di ranjangnya sambil nonton tv. Sayup-sayup mata Bram terpejam.
Bram sudah sampai ke alam mimpinya. Dia seolah mengulang kembali saat dia kembali ke Desa itu.
"Aku kenapa di sini?" tanya Bram.
Bram berjalan ke sana kemari dia mencari semua warga yang ada di Desa itu. Tapi tak menemukannya. Sampai pada akhirnya, dia menemukam wanita duduk sambil menangis.
"Permisi? Saya mau tanya, jalan pulang ke kota arah mana ya?" tanya Bram dengan suara pelan.
Bram melihat wanita itu hanya terunduk, dia belum jelas melihat wanita itu. Bram mulai kesal karena jawabannya tak di jawab.
"HEI KAU PEKAK YA!" teriak Bram dengan emosi.
Wanita yang dibentak itu mengangkatkan kepalanya. Dia perlahan berubah ke wujud yang semula. Dia menoleh kearah Bram. Kepalanya berputar sehingga ke belakang.
"Ke-kenapa de-dengan kepala kau? Kok bisa berputar dan kau kayak aku kenal," ucapnya lagi dengan terbata-bata.
"Akang, nggak kenal saya?" tanya wanita itu dengan lembut.
Bram berpikir sejenak, suara itu seperti suara Winarsih. Apa betul itu dia? Tidak Winarsih sudah mati, ini hanya mimpi buruk saja gumamnya lagi.
"Kenapa Akang?" tanya Narsih dengan wajah yang sudah sangat menyeramkan
Aroma melati langsung merebak ke sekitar Bram. Bram yang gugup dan tertunduk mencoba untuk bangun dari mimpi buruk ini. Namun, dia tak bisa sama sekali.
"KENAPA KAU MEMBUNUHKU DAN SUAMIKU HAHHHH!" teriak Narsih.
Bram kaget mendengar teriakkan Narsih yang kencang. Dia keringat dingin. Bram melihat kearah depan, dia memicingkan matanya dengan tajam.
"Itu sahabatku, kenapa dia ada di situ," pikirnya.
Winarsih mendekatkan golok yang penuh darah ke leher Bram. Bram yang sudah ketakutan memandang penuh pengharapan agar dia di maafkan.
"Maafkan aku Winarsih. Aku dan kawanku bersalah denganmu. Aku tak rela kau menikah sama lelaki itu. Jadi aku melakukan itu. tolong lepaskan aku," lirih Bram sambil mengatupkan tangannya.
Winarsih menangis sesenggukan, dia menangis dengan kencang memanggil suaminya. Seketika tangis itu berubah jadi tawa yang membuat orang merinding.
Hahahahahahahahahah
"Kau tak mau melepaskan aku saat itu. Sekarang, aku juga tak akan memaafkanmu dan mereka bertiga, Kalian mati saja!" teriak Winarsih.
Winarsih mengacungkan golok ke leher sahabat Bram hingga kepalanya lepas. ketiganya langsung tewas seketika. Winarsih yang masih di tempat ketiga kawannya itu, langsung bergerak dengan cepat ketempat Bram.
"Kini giliran kau, aku akan membunuhmu, MATI LAH KAU PEMBUNUH!" teriak Winarsih dengan kencang.
"AAAAAAA!" teriak Bram dengan kencang.
Bram langsung terbangun dari tidurnya. Dia memegang lehernya dengan cepat. keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Bram, menelan salivanya.
"Aku mimpi, ya itu mimpi buruk, dan mimpi itu sangat nyata sekali. Kenapa ini, apa dia mau membalas kematiannya dan suaminya itu?" tanya Bram dalam hati.
Tok tok tok!
"Pak, anda tak apa-apa?" tanya penjaga gerbang tadi
"Tidak, saya hanya mimpi buruk saja," teriak Bram.
Bram mulai mengambil air dan menegakkannya dengan terburu-buru. Dia tak mau Winarsih mengganggu dirinya. Dia takut kalau sewaktu-waktu dirinya akan di bunuh sama Winarsih.
"Ini tak boleh terjadi, aku harus melupakan ini. Dia sudah mati, orang sudah meninggal tak akan bisa hidup lagi. Iya aku yakin itu," kata Bram. lagi.
Bram yang sudah tak semangat lagi untuk nonton akhirnya kembali ke ruang kerjanya. dia tak mau tidur, dia takut jika tidur akan mimpi buruk lagi.
"Aku harus apa sekarang. Apa aku kasih tahu mereka bertiga. Jika aku kasih tahu apa aku alami apa mereka percaya sama aku?" tanya Bram dalam hati.
Bram mengacak rambutnya dengan kasar, dia tak bisa berbuat apa sekarang, baginya dia sangat malas berurusan dengan masa lalu. Apa lagi masalah kejadian itu. Dia ingin segera melupakannya dan kembali hidup normal.
Pranggg!
Bram kaget mendengar suara pecahan kaca. Dia mulai keringat dingin karena takut Winarsih benar-benar datang dan membunuhnya.
Hay sahabat Hyung, maaf up nya masih satu bab aja, semoga kalian masih betah ya. Jangan lupa komen dan simpan di rak ya Mauliate Godang.