Kota Wuzhang, Hubei, tiga tahun kemudian.
Xu Qiao memacu kuda dengan pelahan, angin segar membuatnya pikirannya yang kalut sedikit tenang. Selama tiga tahun ini ia jarang meninggalkan Huofeng Lou, sampai di kota ini ia baru menyadari bahwa masih ada kehidupan lain diluar dunianya. Ia menghentikan lari kudanya, kemudian turun dan menuntunnya masuk ke dalam kota, mencari tempat untuk bisa duduk sebentar.
Xu Qiao sudah berubah dari seorang gadis kecil menjadi seorang nona muda, akan tetapi ia bukan lagi gadis kecil yang dahulu pergi seorang diri dari rumah karena menghindari kehadiran seorang ibu muda. Selama tiga tahun ini bisa dikatakan ia sudah berdamai dengan Bao Xin Fei, menerima dengan baik saat status ibu muda berubah menjadi guru dan sekaligus pengganti orang tua.
Sekali ini ia pergi ke Wuzhang juga tidak dengan diam-diam, melainkan sudah berpamitan dengan Bao Xin Fei untuk pergi mengunjungi ketua muda Jianyin Bang, Han Bu Dian. Han Bu Dian bisa dikatakan adalah kawan masa kecil bagi Xu Qiao, dan Bao Xin Fei sungguh berharap ada jodoh diantara mereka.
Tentu saja Bao Xin Fei bukan tidak tahu, pergi ke Wuzhang hanya alasan, Xu Qiao yang sebenarnya hendak pergi ke Luoyang, mencari keberadaan putra kedua Huang Wei Qun di markas Hailang Biaoju dan menanyakan mengenai Jin Shui. Hanya saja Hailang Biaoju sudah tidak ada sejak tiga tahun yang lalu, dan kedua putra Huang Wei Qun juga sudah lenyap jejaknya, sehingga Bao Xin Fei tidak terlalu merasa khawatir.
Di jalanan kota ia melihat banyak anggota Jianyin Bang berkeliaran, ketika masuk ke sebuah kedai arak juga ada delapan orang yang mengenakan pakaian seragam serupa. Tentu saja, karena markas utama Jianyin Bang berada di kota ini.
Tidak dipedulikannya orang-orang itu, ia minum seorang diri di dekat jendela sambil memandang berkeliling. Orang-orang Jianyin Bang adalah para pengikut salah seorang kawan baik ayahnya, tetapi ia tidak berminat berurusan dengan mereka.
Melihat seorang anak gadis berpakaian nona besar masuk ke dalam kedai kecil, beberapa orang nampak menolehkan kepala dan memandangnya sekilas, termasuk delapan anak buahnya Han Bu Dian itu. Tetapi mereka tidak ada yang berniat menegurnya, Xu Qiao pun tidak mau ambil pusing. Sebentar kemudian, pelayan menyajikan seguci arak.
"Guniang, ini arak nomor satu di kedai kami, silakan Anda mencicipi. Jika satu guci saja sudah mabuk maka tidak usah bayar," pelayan itu mengoceh dengan bersemangat. Agaknya ia suka mendapat tamu seorang nona cantik.
"Orang yang tidak biasa minum pasti mudah mabuk. Peraturan kalian ini, apakah tidak membuat rugi sendiri?" Xu Qiao bertanya padanya.
"Nama arak ini adalah buzui jiu. Hanya bisa ditemukan di Buzui Liao (Kedai Tidak Mabuk) dan tidak di tempat lain. Majikan kami khusus membuatnya dari bahan rahasia. Guniang, silakan."
Pelayan itu pergi mengambilkan arak untuk tamu yang lainnya. Xu Qiao menuang arak ke dalam cawan. Bau wanginya menunjukkan bahwa cairan ini memang arak, bukan air biasa seperti buzui jiu milik Jin Shui ketika terkurung dalam gua di Haitang Jian Pai. Xu Qiao meminum habis isi cawannya. Rasa arak ini tidak berbeda dengan arak nu er hong, hanya baunya sedikit berbeda. Seharusnya bisa memabukkan juga.
Xu Qiao jarang minum. Jika meminum habis satu guci setidaknya ia akan merasakan pengaruh yang hebat, akan tetapi sampai setengah guci dihabiskannya ternyata buzui jiu ini memang tidak membuat mabuk. Ia tersenyum sendiri, senyuman yang pahit. Jika Jin Shui ada disini dan ikut menikmati arak ini bersamanya, entah apa yang akan dikatakan.
Seorang pengemis muncul di jendela, tidak jauh di sisinya. Xu Qiao memandang ke arahnya, menyadari pengemis itu sudah memperhatikannya cukup lama. Si pengemis langsung menundukkan kepala. Ia mendekat dan mengulurkan tangan yang kotor dan kehitaman berbintik-bintik merah seperti terkena penyakit kulit. Baju lusuhnya menutup sampai ke kepala hingga sinar matahari pun tidak bisa menembus masuk. Wajahnya ditundukkan dalam-dalam, barangkali tidak ingin orang lain melihat kengeriannya.
Xu Qiao tidak pikir panjang, segera mengulurkan sekeping uang perak padanya. Pengemis itu mengangkat kepala sedikit, memandang saja uang perak yang diulurkan padanya. Xu Qiao berusaha melihat rupanya, akan tetapi si pengemis kembali menunduk dalam-dalam.
"Qigai Gege (kakak pengemis), apakah tidak cukup?" Xu Qiao menanya halus.
"Cukup, sudah lebih dari cukup, Guniang sungguh baik hati," si pengemis menerima uang perak itu darinya, suaranya bergetar, mungkin karena terharu.
Xu Qiao tidak memperhatikannya lagi. Saat itu di pintu kedai mendadak muncul seorang perempuan berbaju hijau gelap dengan sebuah cambuk beruas tergenggam di tangannya, langsung berteriak keras.
"Siapa yang bernama Han Bu Dian?"
Xu Qiao melirik ke arahnya. Perempuan itu berwajah cantik, dandanannya pun menunjukkan dia adalah putri keluarga berada, namun wajah itu juga keras dan galak bukan main, ditambah senjatanya yang mengerikan, seolah dia cukup kejam untuk menyiksa orang sampai mati.
Xu Qiao mengenal Han Bu Dian sebagai ketua muda Jianyin Bang. Jika perempuan itu adalah calon istrinya, sungguh celaka nasibnya Han Bu Dian di kemudian hari, demikian ia berpikir.
Si pengemis sudah menghilang. Xu Qiao kembali meneguk arak dengan tenang. Para anggota Jianyin Bang berdiri menyambut kedatangan si perempuan galak. Kelihatannya sebentar lagi akan ada pertunjukkan menarik.
"Shaobangzhu tidak ada disini," salah seorang pengikutnya menyahut dengan berani. "Kau berteriak-teriak mencari orang ada urusan apa?"
"Aku mencari Han Bu Dian, bukan anjing-anjing Jianyin Bang yang hanya tahu menyalak. Dimana dia?"
Para anggota Jianyin Bang itu jelas tersinggung. Perempuan galak itu sama sekali tidak memandang Jianyin Bang mereka, bahkan mengatai mereka sebagai anjing. Mereka semua langsung bangkit berdiri.
"Kau perempuan gila belum pantas bertemu dengan shaobangzhu kami."
Cambuk beruas di tangan si perempuan galak terulur dengan cepat, menyambar ke arah orang yang berbicara dengannya. Sebentar saja perkelahian terjadi di dalam ruangan kedai yang tidak besar. Meja dan kursi berantakan, guci-guci arak berhamburan pecah. Para tamu yang lain melarikan diri, pemilik kedai bersembunyi di balik meja besarnya. Hanya Xu Qiao yang masih diam meneguk arak tanpa beranjak. Ada sedikit pertunjukan yang meramaikan suasana, tentu saja harus dinikmati baik-baik.
Para anggota Jianyin Bang sudah menyiapkan senjata mereka masing-masing. Tiga orang membawa pedang, satu membawa golok, dua membawa toya, satu membawa tombak, dan satu membawa ruyung. Delapan senjata menyerang sekaligus ke arah seorang perempuan, tanpa ampun sedikit pun. Agaknya para anggota Jianyin Bang ini tahu siapa si perempuan galak dan tidak berani meremehkan. Sambil menyerang mereka pun mewaspadai senjata rahasia.
Cambuk beruas itu berputaran dengan ganas. Angin serangannya sangat terasa. Delapan senjata tidak ada satu pun yang bisa mendekat. Jelas ke delapan anggota kecil itu bukan tandingan si pemilik cambuk beruas, mereka nampak kewalahan. Serangan cambuk beruas menyambar kesana kemari, sebentar kemudian beberapa sudah mengenai badan mereka dan segera meninggalkan luka yang pedih.
"Jiu Wei Bian Zhou Xiang Nu!" salah seorang anggota senior Jianyin Bang menyebut identitas si perempuan galak sebagai putri Zuo Du Zhou San Gong dari Wansui Gu.
"Tidak peduli xiang (harum) atau chou (busuk), tangkap hidup-hidup!"
Delapan orang semuanya terus berusaha mendekati lawan, tetapi Zhou Xiang Nu juga bukan baru kemarin sore belajar main cambuk. Satu orang berhasil ditendangnya sampai menabrak dinding, satu lainnya menyusul. Satu lagi berhasil dilemparkan olehnya sampai menghajar meja besar tempat si pemilik kedai bersembunyi. Si pemilik kedai itu kaget bukan main, keringat dingin langsung membasahi mukanya. Dengan gemetar ia beringsut menyembunyikan diri di tempat yang lebih aman.
Satu sambaran cambuk mengarah ke meja tempat Xu Qiao duduk, nyaris mengenai guci araknya jika Xu Qiao tidak lekas mengangkatnya. Si perempuan galak itu semakin menggila, para anggota Jianyin Bang kewalahan. Jangankan menangkapnya, mendekat saja sudah pasti terkena cambuk atau terlempar jauh. Entah darimana datangnya kekuatan yang sebesar itu pada seorang anak gadis. Xu Qiao mengamati sambil menghabiskan araknya. Para anggota Jianyin Bang itu sudah dibuat tercerai berai.
"Lekas katakan dimana Han Bu Dian!" kata-kata si galak semakin tajam kedengarannya.
"Kami sebenarnya bersedia dengan senang hati untuk mengantarkanmu padanya," orang yang pertama tadi menyahut sambil menyeka darah dari bekas cambukan di wajahnya. Ia tertawa. "Asalkan kau bersedia berlutut tiga kali dan memanggil ayah pada kami."
Cambuk beruas langsung saja mengarah ke batang leher orang itu, siap mencekiknya sampai mati. Sampai disini Xu Qiao tidak bisa tinggal diam. Hiburan kecil ini ia ingin ikut meramaikan sedikit. Bagaimana pun orang Jianyin Bang terhitung orang sendiri. Selendangnya pun terulur, menyambar ke arah cambuk itu, menariknya dan berhasil meloloskan satu nyawa dari kematian.
Zhou Xiang Nu tidak menyangka serangannya digagalkan begitu saja, lebih tidak menyangka lagi bisa bertemu dengan seorang nona kaya yang menguasai ilmu silat tinggi di kedai kecil ini. Ia sedikit tertarik oleh tenaga sambaran selendang, seketika merasakan lawannya punya tenaga yang cukup lumayan. Ujung selendang dan cambuk beruas terikat menjadi satu, jika ditarik paksa belum tentu selendang yang akan sobek.
"Siapa kau?" Zhou Xiang Nu membentak padanya. "Aku sedang memberi pelajaran pada anjing-anjing Jianyin Bang, apa urusannya denganmu?"
"Ayahku dan guru Han Bu Dian yang kaucari itu adalah kawan baik," Xu Qiao menyahut. "Dengan hubungan sedekat ini, apa aku masih boleh diam saja melihat orang-orangnya diganggu oleh seorang perempuan gila?"
"Apa?"
"Ketua mereka adalah pamanku," Xu Qiao mengulangi dengan kalimat yang berbeda. "Sudah jelas aku akan membela mereka."
"Kalau begitu aku juga harus memberi pelajaran padamu!" Zhou Xiang Nu hendak menarik cambuknya. Xu Qiao menghalangi.
"Tunggu!" serunya. "Kau mencari Han Bu Dian ada urusan apa?"
"Bukan urusanmu!"
"Kalau begitu maaf, tidak jadi membantu."
"Apa? Kau tahu dimana Han Bu Dian?"
"Mungkin. Katakan dulu kau mencarinya ada urusan apa."
"Untuk menangkap pengkhianat itu!"
"Pengkhianat siapa lagi?"
"Bukan urusanmu!"
Kata-kata yang sama, kemudian dengan cepat Zhou Xiang Nu menarik cambuk beruasnya. Xu Qiao sudah membaca gerakannya, segera memutar tangan yang menggenggam selendang. Selendang itu tidak robek sedikit pun, malah salah satu mata ruas cambuk lawan yang terlempar, jatuh tidak jauh dari si pemilik kedai yang lantas melindungi kepalanya sambil gemetaran.
Ruangan kedai terlalu sempit untuk pertarungan dua orang wanita yang sama-sama menggunakan senjata panjang. Xu Qiao melesat keluar, Zhou Xiang Nu mengikuti. Keduanya berkelahi di pinggir jalan, sebentar melayang ke atas atap bangunan, sebentar mendarat di atas tanah. Orang-orang menyingkir sejauh mungkin, hanya delapan anak buahnya Han Bu Dian itu yang menonton dengan penuh perhatian.
Sambaran cambuk Zhou Xiang Nu semakin lama semakin menggila meski ruasnya sudah berkurang satu. Xu Qiao mengenali beberapa jurus yang dimainkannya. Ia pernah diberitahu oleh paman gurunya, saat bertarung dengan orang-orangnya Zhou San Gong tiga tahun yang lalu juga pernah melihat jurus-jurus yang serupa.
"Ternyata memang orang Wansui Gu," katanya. Entah bagaimana caranya si Han Bu Dian bisa berurusan dengan kaum tukang racun jahat, pikirnya.
"Baru sekarang kau tahu!" bersamaan dengan kata-katanya, Zhou Xiang Nu meraup jarum dari kantongnya, menyebarkan belasan sekaligus ke arah Xu Qiao. Xu Qiao memutar-mutar selendangnya sebagai perisai untuk melindungi diri. Ia mengenali jarum-jarum itu sebagai honglong chen.
Akan tetapi serangan Zhou Xiang Nu bagai tidak ada habisnya, sedikit banyak membuatnya kerepotan. Serangan jarum belum lagi mereda, cambuknya sudah maju lagi. Gerakan she wei ou hua (ekor ular menghantam bunga) adalah serangan yang mematikan. Xu Qiao tiba-tiba melihat ujung cambuk sudah menyambar ke arah pinggangnya. Untuk menghindar tentu saja terlambat.
Menggunakan jurus dari san liu bao lian mestinya masih bisa menahan serangan ini. Tetapi Xu Qiao tidak pernah bisa menguasainya dengan baik karena ia pernah mempelajari jurus-jurus wuqing xue dari Jin Shui. Disini ada beberapa pengikutnya Han Bu Dian, bisa jadi diantara mereka juga sudah pernah melihat jurus dari wuqing xue, dan Xu Qiao tidak akan bisa menjelaskan.
Tetapi di saat yang berbahaya itu mendadak serangan cambuk berbelok arah, entah kekuatan apa yang menggerakkannya. Bahkan Zhou Xiang Nu pun yakin serangan ini akan membawa hasil, ternyata lawan masih baik-baik saja. Ia kembali mengangkat tangan dan mencambuk lagi.
Yang selanjutnya terjadi berlangsung hanya dalam hitungan detik. Xu Qiao hanya merasakan ada yang menyentuh tangannya, kemudian menggerakkan selendang di tangannya, sekali lagi melibat cambuk di tangan Zhou Xiang Nu, sekali ini bahkan berhasil menyentakkannya hingga lepas dari tangan pemiliknya. Di saat yang sama beberapa butir kerikil melayang ke arah si perempuan galak itu, menotok jalan darahnya hingga ia seketika diam tidak bergerak.
Xu Qiao tidak segera menyadari yang sudah terjadi. Yang pertama dilihat olehnya adalah cambuk Zhou Xiang Nu yang melayang jatuh ke tanah, kemudian sebuah tangan hitam dengan bintik merah yang menggerakkan tangannya tadi. Ia menoleh dan menemukan seseorang sudah berada di sampingnya. Ternyata pengemis penyakitan itu. Ia kaget bukan main, si pengemis pun tersentak, segera melepas tangannya, kepalanya kembali tertunduk sebelum Xu Qiao bisa mengenali wajahnya.
"Kau…."
"Guniang, maafkan aku…."
Tapi Xu Qiao tidak merasa jijik sedikit pun. Tangan si pengemis sangat kotor, jelas berpenyakit, bukan tidak mungkin akan bisa menularkan penyakit itu, akan tetapi bekas pegangannya ia sama sekali tidak ingin segera membersihkan. Didekatinya Zhou Xiang Nu. Si pemilik cambuk beruas sudah dibuat tidak berdaya, orang-orang baru berani mendekat, para anggota Jianyin Bang masih berwaspada.
Si pengemis hendak beranjak pergi, Xu Qiao tanpa ragu menariknya.
"Qigai Gege, sebaiknya apa yang harus dilakukan padanya?" ia bertanya dengan bersemangat. "Kakak ini sangat tidak tahu sopan santun, jika tidak diberi pelajaran pasti akan menindas orang lagi."
Si pengemis memandang ke arah Zhou Xiang Nu sebentar, ia pun tidak suka dengan nona judes seperti ini. Dilihatnya mata Zhou Xiang Nu melolot ke arahnya. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Xu Qiao.
"Cambuk saja!" para anggota Jianyin Bang berteriak-teriak.
"Cambuk!"
Xu Qiao tersenyum kecil. Ia memungut cambuk sembilan ruas, memainkannya sebentar di tangan. Zhou Xiang Nu sangat ketakutan, tapi jalan darah bisunya juga ditotok, ia tidak bisa bersuara, hanya kedua bola matanya yang bergerak-gerak. Seumur hidup ia suka mencambuk orang, belum tahu bagaimana rasanya dicambuk. Ia hanya bisa memejamkan mata ketika senjatanya sendiri diarahkan padanya, dalam hati berharap semoga tidak kena di wajahnya yang halus.
Orang-orang Jianyin Bang berteriak memberi semangat. Suara cambuk menggema beberapa kali, Xu Qiao menampilkan gerakan-gerakan yang indah, memainkan cambuk di tangannya sambil melompat kesana kemari. Akan tetapi ia bukan seorang yang pendendam, juga tidak berniat sungguh-sungguh melukai orang, hanya ingin menakuti saja. Sambaran cambuk beruas itu tidak satu pun yang benar-benar mengenai sasarannya, hanya suaranya saja yang keras. Zhou Xiang Nu pelan-pelan memberanikan diri membuka mata. Ia tidak kehilangan seujung rambut pun.
Xu Qiao mundur ke tempat semula. "Ada yang punya pisau tidak?" ia bertanya pada orang-orang. Seorang anggota Jianyin Bang segera mengulurkan sebilah belati.
"Guniang, silakan."
"Cambuk ini tidak enak dipakai," Xu Qiao masih sempat mengoceh, "dipakai buat memukul anjing atau kerbau aku tidak tega, dipakai untuk memukul orang, rasanya orang jahat juga hanya akan geli-geli saja. Jadi sepertinya, cambuk ini sudah tidak ada gunanya lagi."
Di hadapan Zhou Xiang Nu, Xu Qiao memotong-motong cambuknya hingga menjadi bagian-bagian kecil yang tidak bisa digunakan lagi. Zhou Xiang Nu hanya bisa memandanginya dengan mata melotot. Cambuk ini adalah benda kesayangannya, entah sudah berapa banyak orang yang ditindasnya dengan cambuk itu. Sungguh ia merasa gemas, kesal dan marah bukan main, namun juga tidak berdaya dalam keadaannya yang sekarang.
"Kelak lebih baik diam di rumah menjadi anak gadis yang penurut," Xu Qiao berkata padanya setelah potongan cambuk yang terakhir dibuangnya. "Jika nona besarmu ini masih melihat kau menindas orang lagi, maka aku bukan hanya akan memotong cambukmu. Lain hari, mungkin rambut di kepalamu juga akan kena cukur habis. Pergilah."
Dilepaskannya totokan di badan Zhou Xiang Nu. Perempuan galak itu hampir menamparnya tetapi rupanya lebih dulu menyadari bahwa dirinya sudah kalah, tidak rela mati konyol dan tidak bisa membalas dendam. Senjatanya sudah hancur, ia pun lekas membalik badan dan melesat pergi secepat yang ia bisa. Para anggota Jianyin Bang mengeluarkan suara seruan kecewa.
Xu Qiao membalik badan, mencari sosok pengemis yang sudah membantunya. Sosok itu sudah pergi menjauh dengan langkahnya yang terbungkuk-bungkuk bagai menahan sakit. Xu Qiao tidak berpikir panjang, segera mengejarnya.
Xu Qiao mengikuti si pengemis penyakitan sampai ke tepian sungai. Pengemis ini langkah kakinya meski nampak sempoyongan tetapi ternyata tidak mudah diikuti, seperti menggunakan sejenis ilmu ringan badan tingkat tinggi namun belum sempurna. Xu Qiao terus mengejar hingga nafasnya serasa habis, setelah keluar kota masih belum juga berhasil mengejarnya.
"Jin Shui Gege!" tiba-tiba ia berteriak.
Langkah si pengemis berhenti di tepi sungai. Panggilan ini sangat besar pengaruhnya, membawakan rasa pedih dalam hatinya. Ia tidak berani menoleh.
Xu Qiao mendekatinya, langsung memeluknya punggungnya tanpa pikir panjang. Si pengemis tidak sempat menghindar. Kedua kakinya sudah bagaikan terpaku di tanah, ia kaget bukan main.
"Jin Shui Gege, aku tahu kau adalah Jin Shui Gege," Xu Qiao langsung mengeluarkan isi hatinya. "Tiga tahun yang lalu kau meninggalkan aku, pergi begitu saja. Selama tiga tahun ini susah payah aku mencarimu tidak pernah ada hasilnya, tidak disangka hari ini kau datang sendiri menemui aku."
"Guniang, kau salah mengenali orang," si pengemis menyahut dengan suara yang serak. "Xiaoren tidak mengenal Anda, mohon jangan begini. Xiaoren ada penyakit, jika sampai menular padamu tidak baik."
"Aku tidak peduli!" Xu Qiao tetap memeluknya. "Aku sudah menemukanmu. Kau orang yang pernah menyelamatkan nyawaku. Nyawa ini adalah milikmu. Ketularan penyakit apa pun tidak masalah. Jika aku punya penyakit yang sama denganmu maka kuyakin kau tidak akan punya alasan meninggalkan aku lagi."
"Anda sungguh sudah salah mengenali orang!"
Si pengemis melepaskan diri dari pelukannya, hendak pergi menghindar lagi. Xu Qiao mendahului langkahnya sebelum ia menjauh, menghadapinya dan langsung merentangkan dua tangan menghadangnya.
"Jika kau bukan Jin Shui Gege, buat apa menghindar?"
Si pengemis terdiam. Entah bagaimana baru bisa menghindar dari nona muda ini. Hatinya tidak tega.
"Ijinkan aku melihat wajahmu," Xu Qiao berkata dengan sungguh-sungguh. "Ijinkan aku melihatnya sekali saja. Jika kau bukan orang yang kucari maka aku akan melepaskanmu, tidak akan mengganggumu lagi."
Ia hendak menyingkirkan penutup kepala itu. Si pengemis berusaha menepiskan tangannya.
"Guniang, wajahku sangat mengerikan, Anda lebih baik tidak melihatnya. Anda bisa kaget."
"Aku semakin ingin melihatnya. Aku tidak takut, kenapa kau harus takut?"
"Guniang…."
Xu Qiao menyingkirkan penutup kepalanya. Yang nampak kemudian memang seraut wajah yang sangat mengerikan. Kulitnya kehitaman, dipenuhi bopeng kemerahan yang sama pada punggung tangan dan mestinya juga seluruh badannya. Sebagian kulit wajah itu malah sudah terkelupas dan menampakkan bekas darah yang mengering. Xu Qiao merabanya pelahan. Wajah buruk luar biasa ini bukan buatan.
"Kau…."
"Maafkan aku, aku…."
"Jin Shui Gege," Xu Qiao kembali menyebut nama ini. Ia sama sekali tidak merasa jijik, ditatapnya wajah itu dengan setetes air mata mengalir di pipinya. "Kau adalah Jin Shui Gege. Waktu itu aku pikir kau sudah tidak menyayangiku, meninggalkan aku begitu saja tanpa peduli bahwa kau seharusnya masih menemani aku selama tiga tahun, membantuku setiap tiga hari untuk membersihkan racun dalam tubuhku. Waktu itu... waktu itu aku pikir kau sudah tidak peduli padaku. Tidak disangka, kau menggunakan caramu untuk memindahkan racun itu ke dalam tubuhmu sendiri. Kau… kau memang bodoh…."
Pengemis itu memang adalah Jin Shui. Tiga tahun yang lalu ia menolong Xu Qiao yang terkena racun zixie dan zhaobai dengan cara memindahkan racun ke dalam tubuhnya sendiri meski tahu jelas bagaimana akibatnya. Sejak itu penderitaannya yang dirasakannya sungguh hebat.
Sejak ia meninggalkan Xu Qiao di pondok tepi sungai itu, kemudian masih sempat mengikuti Huang Yu sampai menguburkan ayah ibunya, sembilan hari kemudian ia mulai merasakan bagaimana hampir setiap malam racun di badannya bereaksi, menyebabkan sakit yang luar biasa, beberapa kali hampir membuatnya bunuh diri karena tidak tahan. Ia menggunakan tenaga dalam pemberian Mo Ying untuk menahan racun, meski bisa mempertahankan nyawanya, tetapi lama kelamaan usaha seperti ini justru membuat fisiknya semakin rusak.
Kulitnya berubah seperti orang yang terkena penyakit menjijikkan, wajahnya pun rusak, tubuhnya tidak lagi gagah seperti dulu. Awalnya ia masih bisa berdiam di dalam lembah yang sepi, namun keinginannya menemui kembali nona kecil yang pernah ditolongnya membuatnya lantas pergi berusaha menemukannya.
Ketika orang melihatnya yang ada hanya rasa jijik, mereka mengusirnya dengan kasar, tidak jarang pula ia dipukuli. Hari demi hari dijalaninya. Sejak lama nyawanya tidak lagi terancam, racun itu tidak lagi membuatnya merasakan sakit, namun keadaannya tidak lebih baik daripada orang mati.
Akan tetapi ia sama sekali tidak menyesal. Keadaannya yang sekarang adalah karena menyelamatkan Xu Qiao, sebuah harga yang harus dibayar demi bisa membiarkan seorang nona muda tumbuh menjadi gadis yang cantik sempurna. Ia merasa sangat pantas. Sampai tiga tahun kemudian, rasa sayangnya pada Xu Qiao tidak sedikit pun berkurang meski dengan akibat racun zixie dan zhaobai yang seperti ini.
Setiap kali ia teringat pada kebahagiaan singkat tiga tahun silam, rasa rindunya hadir. Ia tahu dimana bisa menemukan Xu Qiao, beberapa kali ia nyaris nekad pergi ke Huofeng Lou. Kali ini pun ia sudah dekat sekali, ingin menyusup ke dalam wisma itu dan melihat apakah gadis kecilnya sudah tumbuh dewasa atau belum. Hanya keadaannya yang mengingatkannya, ia sudah bukan Hua Jin Shui yang dulu, bisa jadi malah menakuti orang.
Sampai ketika melihat Xu Qiao duduk seorang diri di kedai arak itu, ia tidak bisa menahan diri. Tidak ada pandangan jijik ketika mengulurkan sejumlah uang, Jin Shui nyaris berseru memanggilnya. Tetapi ia hanya bisa memandang dari kejauhan sampai si nona galak dari Wansui Gu itu mengancam jiwa yang pernah diselamatkannya, ia tahu mesti turun tangan. Ketika dibantunya Xu Qiao menghadapi Zhou Xiang Nu ia juga sudah tidak bisa menahan diri. Akan tetapi sampai saatnya lidahnya terasa kaku, keadaannya yang sekarang menghalanginya untuk menyebutkan identitas sebagai Hua Jin Shui.
"Kau berubah seperti ini… karena zixie du dan zhaobai du, benarkah?" Xu Qiao tidak melepaskannya. "Jika waktu itu kau tidak memindahkannya ke dalam tubuhmu, maka hari ini yang berdiri disini sebagai pengemis penyakitan yang berwajah jelek bukan kau, tapi aku!"
"Qiao-er…."
Jin Shui menyentuh wajahnya, menghapuskan air matanya. Sampai disini, ia tidak bisa menutupi identitasnya lagi. Gadis kecil yang disayanginya itu sudah berubah menjadi nona muda yang cantik, sempurna seperti yang diinginkannya. Pengorbanannya selama ini tidaklah sia-sia.
"Kau baik-baik saja," ia berkata dengan suara gemetar. "Kau... sungguh baik-baik saja?"
"Tidak baik!" Xu Qiao berteriak. "Ayah ibuku sudah meninggal, aku sudah tidak ada saudara, Xie-shu juga sudah meninggal, semua yang kucintai sudah pergi. Kau juga tidak berada di sisiku, aku sama sekali tidak baik."
Jin Shui tidak peduli apa-apa lagi, segera memeluknya erat-erat. Susah payah ia menahan air mata, karena air mata bagi seorang pria adalah pantangan. Akan tetapi perasannya sudah mengalahkan segala pantangan. Benar, meski ia bisa mengembalikan Xu Qiao menjadi seorang gadis muda yang cantik sempurna, tetapi ia sudah memberikan kekosongan selama tiga tahun. Selama ini tidak banyak terpikir olehnya jika seandainya gadis kecilnya itu merindukannya, dan ia tidak pernah bisa hadir di sisinya.
"Qiao-er…."
"Jin Shui Gege, jangan pergi lagi. Aku mohon padamu. Ikut aku kembali ke Huofeng Lou, bagaimana? Aku pasti akan mencari cara menyembuhkanmu dari racun itu. Kita bekerja sama, bagaimana?"
Jin Shui ingat di Huofeng Lou ada Bao Xin Fei. Bao Xin Fei mungkin tidak akan berani berkata apa-apa jika tahu anak tirinya menjalin cinta dengan seorang pengemis busuk, akan tetapi sudah pasti akan menentang mati-matian jika Xu Qiao berkawan dengan pewaris Yumen Jiao. Ia sudah menunggu selama tiga tahun, ternyata masih tidak bisa menghindari takdir.
Mereka saling melepas pelukan. Jin Shui membelai rambut Xu Qiao, mencium dahinya dengan lembut.
"Kau tidak takut melihatku?"
Xu Qiao menggelengkan kepala. "Kau jadi seperti ini demi aku. Jika aku takut melihatmu, maka aku bukan manusia."
"Kau masih seperti dulu," Jin Shui berkata dengan nada aneh.
"Apa?"
"Kau masih seperti dulu. Masih seorang nona kecil yang tidak tahu apa-apa."
Bersamaan dengan berakhirnya kata-kata ini, Jin Shui langsung membalikkan badan, melompat ke arah sungai, menceburkan diri dan berenang dengan cepat ke seberang. Xu Qiao tidak sempat menghalangi.
"Jin Shui Gege! Jin Shui Gege!"
Xu Qiao tidak berpikir panjang, bahkan tidak berpikir lagi sungai itu sedalam apa, ia segera ikut melompat, berusaha mengejar. Jin Shui tidak menduga hal ini, lebih lagi tidak menduga bahwa Xu Qiao sama sekali tidak bisa berenang, sebentar saja sudah kalah oleh arus air.
"Jin Shui Gege, tolong…."
Jin Shui mendengar suaranya, ia berhenti di tengah aliran sungai. Pikirannya sangat kacau. Arus sungai itu cukup deras, tubuh Xu Qiao segera terseret jauh, Jin Shui merasa separuh nyawanya melayang.
"Tolong!"
Nona ini sungguh nekad. Ia sudah meminum banyak air dan mulai tenggelam. Jin Shui tidak bisa membiarkan saja. Tanpa pikir panjang ia segera berbalik, memburu ke arah Xu Qiao. Badan kecil nona itu sudah lenyap ditelan arus air. Jin Shui lekas menyelam, berenang di dalam sungai untuk mengejarnya. Ia panik setengah mati ketika tidak menemukan sosok yang dicarinya.
Cuaca berubah dengan cepat. Langit yang barusan cerah tiba-tiba mencurahkan air hujan, titik-titik lembut yang menjadi deras dengan cepat. Suara guntur bersahutan seolah langit pun ikut tergetar. Deru angin terdengar keras, air sungai ikut bergolak karenanya.
Jin Shui keluar dari dalam air, berjalan ke darat sambil membopong Xu Qiao yang sudah tidak bergerak sama sekali. Tubuh kecil itu diletakkannya di rerumputan di tepi sungai, air yang sudah masuk ke dalam dipompa keluar dengan menekan perutnya. Jin Shui tidak bisa menahan air mata, kepanikan nampak jelas di wajahnya. Ketika Xu Qiao tidak bereaksi, ia benar-benar takut.
"Qiao-er, sadarlah... Tian a, jangan menakutiku seperti ini."
Ia memberikan nafas pada bibir mungil itu. Tidak ada rasa hangat. Jin Shui tidak menyerah. Ia terus berusaha memompa keluar air sungai yang sudah tertelan, berusaha memaksa agar gadis kecilnya bernafas lagi.
"Qiao-erl.... Qiao-er, bangunlah...."
Langit masih berbaik hati padanya. Xu Qiao masih hidup, tidak berapa lama kemudian memuntahkan air dari mulutnya, terbatuk-batuk, pelan-pelan kemudian bisa membuka matanya. Keinginan Jin Shui untuk meninggalkannya saat itu sudah lenyap sama sekali.
"Jin Shui Gege…."
"Jangan bicara dulu, hujan sangat deras, aku tidak mau kau masuk angin."
"Aku tidak peduli. Kau harus berjanji dulu, tidak boleh pergi tanpa pamit."
Jin Shui kembali membopongnya. Ia menganggukkan kepala satu kali.
"Aku berjanji."
Mereka menemukan sebuah kuil yang sudah tidak terpakai, cukup jauh dari tepian sungai. Jin Shui menumpuk rumput kering dan membiarkan Xu Qiao duduk di atasnya. Ia juga mengumpulkan sejumlah kayu kering dan menyalakan api. Hujan diluar sana sangat deras, keduanya basah kuyub. Xu Qiao bersin beberapa kali.
Api besar menyala. Jin Shui duduk di sisinya, membiarkan hangatnya perapian mengeringkan pakaiannya.
"Zhou Xiang Nu itu siapa?" Xu Qiao tiba-tiba bertanya. Ia tidak ingin tertidur karena khawatir saat terbangun Jin Shui sudah pergi lagi. "Ilmu yang digunakannya adalah ilmu dari Wansui Gu, dia juga punyXiao Hulong chen. Dia bermarga Zhou, apakah putrinya si Zuo Du Zhou siapa itu?"
"Bai Sui Zuo Du Zhou San Gong?" Jin Shui tahu lebih banyak. "Benar. Zhou Xiang Nu ini memang adalah putrinya. Kabarnya Zhou San Gong punya dua orang putri, tetapi yang sering berkeliaran di dunia persilatan hanya putri pertamanya. Putri keduanya kalau tidak salah usianya masih sangat muda, tidak pernah meninggalkan Wansui Gu."
Xu Qiao merasakan kantuk. Pakaiannya basah dan dingin, api yang besar tidak mampu mengeringkannya dalam waktu singkat, untuk saat ini bahkan tidak mampu memberikan rasa hangat. Ia bersin beberapa kali lagi. Wajahnya pucat pasi. Menceburkan diri ke dalam sungai dan nyaris tenggelam, kemudian kehujanan pula. Dalam keadaan seperti ini seorang yang menguasai tenaga dalam cukup baik ternyata juga bisa demam dan masuk angin.
Jin Shui hendak membantunya dengan tenaga dalam. Tetapi saat itu ia ingat keadaannya. Ada racun dalam setiap sel darahnya. Menyalurkan tenaga dalam pada orang lain bisa beresiko menularkan racun yang sama. Tiga tahun yang lalu ia sudah dengan susah payah membebaskan Xu Qiao dari racun, tentu saja tidak akan dikembalikannya lagi racun itu. Sampai disini ia hanya bisa menambahkan kayu pada perapian, menyingkirkan air pada baju Xu Qiao, dan menggenggam tangannya.
"Bagaimana kau bisa seorang diri sampai kemari?" ia menanya pada Xu Qiao. "Bao Xin Fei apakah tahu kau kau pergi?"
"Aku pergi dengan terang-terangan, erniang juga tidak akan mencari sampai kemari," Xu Qiao menyahut. Dari caranya menyebut erniang atau ibu muda pada Bao Xin Fei, Jin Shui tahu hubungan Xu Qiao dengan istri muda ayahnya itu sudah jauh lebih baik.
"Aku tahu yang semua yang sudah terjadi tiga tahun yang lalu," Jin Shui berkata, kemudian memberitahukan padanya bagaimana tiga tahun yang lalu ia sempat menyusup masuk ke Huofeng Lou dan melihat tujuh peti mati anggota Keluarga Xu serta para pelayan mereka, total ada tiga puluh lima jenasah.
"Ayahku ada meminta sanshixiong dan sishixiong ke markas Jianyin Bang menemui Zhulin Shen Jian Zhong Shao Yan, Zhong Bangzhu, dan mengundangnya ke Huofeng Lou kami," Xu Qiao berkata, "orang-orang Jianyin Bang yang menemukan jenasah ayahku dan yang lain, ketika aku dan erniang datang sudah tidak lagi melihat sisa pembunuhan. Hari itu aku kehilangan kesadaran, sampai beberapa hari hanya bisa bersembunyi di dalam kamar, maka kau tidak bertemu denganku."
"Hanya tinggal kau, Bao Xin Fei dan empat murid ayahmu yang tersisa, apakah kemudian Bao Xin Fei membawamu ke Haitang Jian Pai?" Jin Shui menanya, tidak ingin Xu Qiao teringat lebih banyak kejadian tiga tahun yang lalu.
"Semula erniang hendak membawaku ke Wenhu agar aku bisa berguru pada Haitang Jian Pai, akan tetapi kemudian tidak jadi, dan kami tetap berada di Huofeng Lou," sahut Xu Qiao. "Erniang tahu aku pernah bertemu dengan pewaris Yumen Jiao dan mempelajari tenaga dalam aliran kalian, jika sampai tenaga wuqing xue yang pernah aku pelajari ini diketahui oleh gurunya Yuan Wan Cui, kau bisa menebak apa yang akan terjadi."
"Yuan Wan Cui nyonya busuk itu akan memaksamu memberitahukan keberadaanku, juga para pewaris lainnya," kata Jin Shui,
"Lebih celaka lagi jika aku sudah masuk ke perguruannya, dia akan punya alasan menindak anak murid Haitang Jian Pai yang sudah belajar ilmu milik aliran siluman," kata Xu Qiao. "Erniang tidak inginkan ini terjadi padaku, maka selama tiga tahun terakhir, kami tetap berada di Huofeng Lou."
"Tiga tahun yang lalu seharusnya aku tidak meninggalkanmu," Jin Shui berkata dengan menyesal. "Seharusnya mendengarkan kata-kata Lao Feng, selama tiga tahun terus membantumu menawarkan racun dengan tenaga dalam. Aku bersalah padamu, keadaanku sekarang ini adalah karma, demi membayar semua kesalahanku tidak menjagamu baik-baik di saat yang paling sulit."
"Benar," sahut Xu Qiao, "kau memang bersalah padaku, harus dihukum."
"Kau ingin menghukumku seperti apa, Hua Jin Shui menerima saja. Asalkan kau tidak bertindak bodoh lagi, aku akan dengarkan kata-katamu."
"Aku akan menghukummu...." ia bersin satu kali, "menemaniku selamanya," ia bersin lagi, kata-katanya hanya terdengar sebagian. "Jin Shui Gege, selama tiga tahun ini... kau pergi kemana saja?"
"Aku mengikuti kata-kata Lao Feng, mengunjungi Lao Du Xie Zeng Bai Feng di Wansui Gu untuk meminta petunjuk," sahut Jin Shui pula, "tetapi sampai disana aku malahan bertemu dengan murid keduanya yang meracunimu waktu itu."
"Chou San Gong," Xu Qiao mengganti marganya dengan chou yang berarti busuk.
"Dia sepertinya sedang tidak senang hati, lantas menyuruh semua anak buahnya keluar dan mengusirku," sahut Jin Shui. "Aku berkelahi dengan mereka. Ilmu silat para tukang racun Wansui Gu itu sebenarnya tidak begitu hebat, hanya kemampuan mereka meracuni orang yang kabarnya nomor satu di dunia. Tetapi aku sudah keracunan, tentu saja tidak takut ditambah dengan satu dua jenis racun lagi."
"Lalu bagaimana?" suara Xu Qiao semakin melemah.
"Aku menggunakan xuanlong jian dan berhasil membuat mereka tercerai berai. Tetapi saat itu racun di badanku bereaksi. Tentu saja, aku tidak ingin sampai ditangkap oleh mereka. Terpaksa mengampuni mereka." Jelas ia sudah membunuh banyak pengikutnya Zhou San Gong, tetapi tidak ingin menyebut mengenai pembunuhan itu di hadapan Xu Qiao. "Beberapa hari kemudian, aku mencoba menyusup ke Wansui Gu, hendak menemui langsung gurunya Zhou San Gong dengan harapan dia lebih punya hati dibandingkan muridnya."
"Mana mungkin?" tanya Xu Qiao. "Dia sudah membunuh Liang Tian Jian Shen yang saat itu terluka, mengkhianati teman dengan cara licik. Kau menemuinya, sama saja menemui orang yang lebih beracun dari muridnya."
"Aku pun tidak berhasil menemuinya," kata Jin Shui. "Waktu itu aku ada menangkap seorang kacung untuk ditanyai, tetapi kcung itu malah kebingungan. Seakan di Wansui Gu tidak ada nama Lao Du Xie Zeng Bai Feng. Kutanya mengenai gurunya Zhou San Gong, katanya si Zhou San Gong tidak ada guru."
"Zeng Bai Feng sudah lama tidak mengurusi Wansui Gu," sahut Xu Qiao, "mungkin yang kautangkap adalah orang baru yang tidak sempat mengenalnya."
"Sudah tidak ada harapan di Wansui Gu, akhirnya aku pergi," kata Jin Shui. "Selama setahun berusaha sendiri mengatasi racun, kemudian kami berusaha menemukan kawan-kawan para pewaris lainnya. Tetapi tidak tahu dimana mesti menemui mereka, maka terpaksa hanya meninggalkan jejak agar mereka yang menemukan kami. Kemudian kami hendak menuju Luoyang, tetapi lebih dulu sampai disini."
"Kami siapa?" tanya Xu Qiao.
"Aku dan Huang Yu, pewaris Chai Lang Shishu."
Abu perapian memercik sedikit, mengenai ujung baju Jin Shui akan tetapi tidak sampai membakarnya. Di tepi perapian Jin Shui menemukan sebuah biji catur, ia tahu siapa yang memercikkan abu barusan.
Hujan sudah berhenti, Huang Yu nampak melangkah masuk ke dalam ruangan kuil, sosoknya sudah lebih tinggi dibandingkan tiga tahun yang lalu, wajahnya juga sudah lebih dewasa. Jin Shui melepaskan tangan Xu Qiao dengan kaku.
"Huang Erge," Xu Qiao menyapa.
"Pahlawan tidak akan bisa lolos dari wanita cantik," Huang Yu berkata dengan nada suaranya yang biasa. "Hua Jin Shui, demi anak gadis ini kau sudah berkorban banyak, apa masih belum cukup?"
"Aku tahu kau pasti akan menemukan aku," Jin Shui tidak ingin menjawab pertanyaannya.
"Aku tahu kau pasti akan menemui dia," Huang Yu berkata, "penderitaan tiga tahun sama sekali tidak merubahmu menjadi seperti yang kuharapkan. Nona Xu kita ini ternyata punya kekuatan yang begitu besar."
Jin Shui tidak menyahut, ia tidak melupakan keadaan dirinya sekarang, seorang pengemis penyakitan yang hanya bisa menakuti orang, tidak mempunyai kemampuan untuk melindungi Xu Qiao, juga tidak layak bersamanya.
"Kau jangan lupa, Xu Guniang adalah putri satu-satunya Keluarga Xu dari Huofeng Lou yang masih hidup, dan sudah tiga tahun dibesarkan oleh Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei yang sangat membenci kita," Huang Yu mengingatkan. "Apakah kau yakin, dia bisa memilih untuk bergabung dengan kita?"
"Aku tidak ada rencana bergabung dengan Yumen kalian," Xu Qiao yang menyahut. "Jin Shui Gege adalah kawan baik, aku juga berhutang nyawa padanya. Ayahku mengajarkan, jika berhutang budi pada seseorang, maka harus membayarnya."
"Xu Guniang berencana membalas budi dengan cara apa?" Huang Yu menanya.
Xu Qiao memandang sekilas pada Jin Shui. "Sampai sekarang belum terpikir," katanya polos, "tetapi aku tidak akan pergi setidaknya sampai Jin Shui Gege kembali ke keadaan semula, bebas dari dua racun zixie dan zhaobai du."
Huang Yu tersenyum sekilas. "Aku sudah menemui Xiao Hu dan Xiao Mi di Luoyang beberapa hari yang lalu, mereka ada kabar mengenai beberapa saudara kita," ia berkata lagi. "Kita pergi dahulu menemui mereka, mungkin dengan menemui mereka akan bisa membantumu menyingkirkan sisa racun dan membuatmu kembali menjadi seperti semula."
Jin Shui bangkit berdiri, mengulurkan tangan pada Xu Qiao dan menggenggamnya. Ia juga sudah berjanji tidak akan pergi tanpa pamit, ia tidak ingin mengingkari kata-kata yang sudah diucapkan.
"Dia ikut dengan kita," ia berkata kemudian, "tiga tahun yang lalu bukankah kau juga ada memberi aku kesempatan membawa dia bersama kita."
"Tiga tahun yang lalu keadaanmu belum seperti ini," sahut Huang Yu. "Baiklah, kau suka membawa siapa silakan saja, akan tetapi aku tidak menjamin gadismu itu akan tetap bersedia ikut denganmu setelah melihat seperti apa para pewaris Yumen sebenarnya."
"Aku hampir saja lupa, kau ada memiliki tenaga dalam pemberian Chai Lang Shishu," Jin Shui tiba-tiba berkata.
"Apa maksudmu?" Huang Yu menanya. "Kau ingin aku membantu dia?"
"Hanya memberikan sedikit hawa murni padanya agar dia cukup kuat untuk bersama kita menemui pewaris berikutnya."
Huang Yu nampak tidak terlalu senang, akan tetapi ia lantas mengeluarkan sebuah bungkusan obat, diberikannya pada Jin Shui, meminta Jin Shui memberikan pada Xu Qiao melalui isyarat saja. Jin Shui menerima obat itu, memberikannya pada Xu Qiao. Xu Qiao agak ragu sebentar, akan tetapi kemudian meminum juga obat pemberian Huang Yu.
"Huang Erge, adikmu ada di Huofeng Lou," Xu Qiao berkata kemudian. "Orang-orang Jianyin Bang ada memberitahukan pada kami apa yang terjadi pada orang tuamu tiga tahun yang lalu. Sepertinya, kita mempunyai musuh yang sama."
"Xu Guniang apakah mengetahui sesuatu?" Huang Yu menanya.
"Aku meminta ijin pada erniang (ibu kedua, maksudnya Bao Xin Fei) untuk pergi ke markas Jianyin Bang di Wuzhang membicarakan kejadian tiga tahun yang lalu dengan Han Bu Dian, Han Dage, tetapi yang sebenarnya aku hendak pergi ke Luoyang mencarimu, juga mencari Jin Shui Gege," Xu Qiao berkata jujur, "aku ingin mendengar pendapat kalian, juga mencari pembunuh itu."
"Tiga tahun ini aku menghabiskan waktu untuk menyelamatkan Jin Shui Gege-mu agar tidak sampai kehilangan nyawa," Huang Yu berkata, "masalah ini aku belum ada petunjuk. Selama tiga tahun belakangan, sepertinya kabar mengenai benda peninggalan Liang Tian Jian Shen, atau warisan apa, semuanya juga sudah lenyap begitu saja, seakan tidak pernah ada. Kematian orang tuaku, juga anggota Keluarga Xu kalian, sepertinya juga dilupakan orang begitu saja."
"Tidak seperti itu," kata Xu Qiao, "hanya saja karena kipas putih itu sudah disimpan di tempat yang tersembunyi, makanya tidak ada yang mencarinya lagi."
Sambil berkata, tanpa sadar ia memandang ke diri sendiri, secara tidak sengaja sudah memberitahukan pada Jin Shui dan Huang Yu bahwa ia menyimpan sesuatu di balik bajunya, sesuatu yang sangat berharga bagi dua pemuda pewaris Yumen.
"Xu Guniang, urusan itu aku tidak ingin membicarakan sekarang," Huang Yu berkata. "Waktunya sudah tiba, mereka seharusnya sudah sampai, kita bisa pergi menemui."
Mereka meninggalkan kuil rusak itu, menuju sebuah perkampungan petani yang tidak jauh. Huang Yu langsung menuju ke sebuah pondok kecil yang terbuat dari bambu, menemui dua orang perempuan berpenampilan seperti gadis desa yang menunggu di halaman pondok. Diantara keduanya terdapat sebuah kurungan bambu, dan di dalam kurungan ada dua orang lelaki muda yang wajahnya nampak lebam seperti habis terkena pukulan benda keras.
Xu Qiao mengenali kedua perempuan desa itu sebagai Xiao Hu dan Xiao Mi, dua pelayan Huang Yu yang dibawa untuk membantunya tiga tahun yang lalu. Keduanya nampak sudah menunggu kedatangan Huang Yu, dan dua orang dalam kurungan itu adalah hasil tangkapan mereka bagi si pewaris Chai Lang, entah untuk apa.
Kedua orang dalam kurungan itu masih muda, yang satu paling banyak baru berusia dua puluhan, satunya malah masih belasan. Pakaian mereka terbuat dari bahan kasar, kulit mereka gelap, wajah mereka nampak memelas mirip dua orang pencuri yang baru tertangkap di pasar dan dihajar habis. Xu Qiao menarik tangan Jin Shui.
"Shaoye," Xiao Hu menundukkan kepala satu kali pada Huang Yu. "Mereka adalah dua pelayan di rumah Wang Daren, pejabat di Kota Wuzhang. Kami menangkap mereka mencuri beberapa macam barang perhiasan milik nona majikannya, lalu membawa mereka kemari."
Huang Yu memandang kepada kedua pelayan kepercayaan itu. Xiao Hu dan Xiao Mi adalah dua anak perempuan yang dipungut oleh ayahnya Huang Wei Qun yang kemudian dibesarkan serta dilatih di markas Hailang Biaoju. Mereka bukan hanya tahu memasak dan mencuci pakaian, akan tetapi juga berbagai keahlian lain, termasuk mencari orang. Menangkap dua pencuri sepertinya bukan pekerjaan mereka.
"Kalian rupanya tidak bisu," Xu Qiao berkata.
"Mereka mengetahui keberadaan Lin Shaoye," Xiao Mi menyambung perkataan saudaranya sebelum Huang Yu menanya. "Lekas bicara," ia berkata pada kedua orang dalam kurungan.
"Yang kalian maksud dengan Lin Shaoye itu apakah Lin Ji Xuan, putra Lin Tong Tian, Lin Daye dari Kota Wuling?" tanya Huang Yu pula. "Kota Wuling jauh dari tempat ini, apa Lin Ji Xuan ada di sekitar sini?"
Lin Ji Xuan. Nama ini tidak asing bagi Jin Shui. Pewaris Xie Zhang, anak kecil bandel di Danau Xuanwu sepuluh tahun yang lalu, yang sudah mengerjai pewaris Hu Ling dan berkelahi dengan pewaris Meng Gui.
"Benar, benar," orang dalam kurungan, yang lebih muda langsung menyahut, "Lin Shaoye itu kabarnya hendak dijodohkan dengan putri Wang Daren kami. Ayahnya sudah mengirim lamaran jauh-jauh dari Kota Wuling, tetapi entah kenapa Lin Shaoye kemudian malah muncul sendiri di kediaman Wang Daren. Padahal urusan pernikahan ini semestinya dia cukup menunggu baik-baik di rumah dan pengantinnya akan dijemput kesana."
"Oh," Huang Yu memandang mereka dengan tatapan menyelidik. Si Lin Ji Xuan ini entah bakal membuat onar apalagi.
"Ada setengah bulan Lin Shaoye tinggal di kediaman Wang Daren, tentu saja sudah bertemu dengan putrinya Wang Daren yang akan dijodohkan padanya itu," orang itu meneruskan. "Kata Lao Shi, koki Wang Daren itu, Lin Shaoye ini seorang yang cakap dan pandai menyenangkan hati semua orang. Wang Xiaojie pun jatuh cinta setengah mati padanya dan sampai tidak malu-malu lagi mengakuinya."
Huang Yu mengerutkan alis. Saat masih kecil sepertinya Lin Ji Xuan tidak suka membuat seorang anak perempuan menyukainya.
"Tapi hari itu Lin Shaoye tiba-tiba menghilang bersama Wang Xiaojie," lanjut orang itu, "Wang Daren panik setengah mati, mengira mereka diculik orang jahat. Maka seisi kota pun dibuat sibuk. Dua hari mereka tidak berhasil ditemukan, tiba-tiba tukang pukulnya rumah pelacuran Cuihua membawa pulang Wang Xiaojie."
"Mereka berdua menggunakan kesempatan ini untuk mencuri barang majikannya," Xiao Mi berkata pada Huang Yu.
"Wang Xiaojie masih bersih," orang di dalam kurungan yang satu lagi lekas menyambung, agaknya meski pencuri, ia menganggap si Nona Wang itu sebagai seorang nona yang sangat berharga, sehingga tidak ingin orang sampai berpikir nama baiknya sudah dicemari. "Dia ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di gudang belakang rumah pelacuran itu dan langsung diantarkan pulang karena majikan tidak mau cari masalah dengan Keluarga Wang."
"Bukan tidak mau mencari masalah dengan Keluarga Wang," kawannya kembali berkata, "tetapi karena Nona Wang itu...."
"Dia kenapa?" tanpa sadar Huang Yu bertanya juga. "Lalu Lin Ji Xuan kemana?"
"Mengenai Lin Shaoye, tidak ada yang tahu. Tetapi Wang Xiaojie bisa jadi biksuni seperti itu, sudah jelas adalah kerjaannya."
"Menjadi biksuni bagaimana?" tanya Huang Yu.
"Wang Xiaojie itu kehormatannya memang masih terjaga, tapi rambutnya sudah dicukur habis. Dia bilang itu Lin Shaoye yang mengerjainya."
Lin Ji Xuan nampaknya memang tidak berubah sedikit pun, malahan semakin parah. Jauh-jauh ayahnya mencarikan jodoh, agar sebelum sempat dikerjainya, urusan pernikahan sudah dibereskan, Lin Ji Xuan malah mendahului. Ia mendatangi si Nona Wang, membuatnya mengenalnya dengan baik dulu, kemudian menculiknya. Bukannya mengerjai bagaimana, malah mencukur habis rambutnya.
Anak perempuan kalau sudah bertemu dengan orang yang menarik hatinya, mungkin urusan kehormatan sudah tidak peduli lagi, tetapi Lin Ji Xuan malah tidak mengusik urusan ini. Ia tahu Nona Wang sangat memperhatikan penampilan, menyayangi rambut lebih dari nyawa. Cara mengerjai seperti ini dengan sendirinya akan membuat anak perempuan ini langsung habis harapannya, malu, kesal dan membencinya setengah mati. Ditambah lagi Lin Ji Xuan memulangkan si nona melalui rumah pelacuran, dengan sendirinya urusan perjodohan pun batal, bahkan Lin Tong Tian pun kelak tidak akan berdaya untuk meredakan kemarahan ayah anak marga Wang.
"Kabar mengenai Wang Xiaojie ini langsung menjadi pembicaraan orang satu kota, banyak yang mengutuk kelakukan Lin Shaoye itu," lanjut si pencuri pertama lagi. "Kemudian juga tersiar kabar bahwa memang Lin Shaoye ini sudah terkenal suka mengerjai anak perempuan, terutama yang akan dijodohkan dengannya. Ayahnya mencarikannya jodoh di tempat yang jauh juga karena di Kota Wuling sudah tidak ada lagi yang berani menjodohkan anak gadis mereka dengannya."
"Jadi Lin Ji Xuan masih berada di sekitar tempat ini?" Huang Yu bertanya lagi. Kabar mengenai reputasi buruk kawan masa kecil itu tidak ingin didengarnya lebih banyak.
"Dia sudah ada disini," Jin Shui berkata.
Yang muncul kemudian adalah sesosok manusia berbaju serba putih, melesat dari atas pepohonan sebelah utara, kemudian berlarian di atas atap bangunan sekitar, gerakannya sangat ringan. Jin Shui dan yang lain mengawasinya. Sosok berbaju putih itu membawa sebuah kipas di tangannya, berfungsi sebagai senjata. Ia langsung menyerang ke arah Jin Shui dengan senjata itu.
Pekarangan pondok terlalu sempit, keduanya menerjang keluar. Pintu halaman jebol, dua sosok bayangan saling kejar di sekitar jalanan, saling serang dan saling hindar, hawa tenaga mereka sangat keras dan kejam.
Jin Shui menggunakan tenaga dalam pemberian Mo Ying untuk mengimbangi sosok yang menyerangnya, membuat kedua pencuri di dalam kurungan sama ternganga karena seumur hidup belum pernah menyaksikan dua tokoh muda yang kemampuannya sedemikian tinggi. Dahan-dahan pohon di sekitar pondok beterbangan, daun-daun kering berputaran. Mereka yang bertarung menyerupai dua bayangan yang saling menekan, bahkan Xu Qiao tidak bisa melihat jelas jurus yang digunakan.
"Pewaris Mo Ying, ternyata sudah berhasil menguasai wuqing xue tingkat empat!" terdengar suara si pemuda yang menyerang Jin Shui itu. Suaranya halus dan kekanak-kanakan, mirip dengan Huang Yu tiga tahun yang lalu.
"Ternyata memang pewaris Xie Zhang," Jin Shui berkata.
"Kau masih mengenaliku," sosok itu menyahut.
Dua sosok pemuda itu melayang turun dengan ringan. Pewaris Xie Zhang usianya sama dengan Huang Yu. Ia adalah putra pertama Keluarga Lin dari Kota Wuling. Ayahnya Lin Tong Tian yang terkenal dengan beifeng qi (tenaga angin utara) dulu adalah pengawal istana yang terkenal di berbagai penjuru, setelah pensiun nama besarnya masih banyak dibicarakan orang. Putra pertama ini gerak gerik dan dandanannya lebih mirip seorang sastrawan, akan tetapi barusan ia bertarung beberapa jurus dengan Jin Shui, nampak jelas bahwa kemampuannya tidak bisa diremehkan. Kipas di tangannya meski nampak lembek namun bisa menebas batu yang keras hingga berkeping-keping.
"Pantas saja kau bisa menciptakan hawa semacam ini," Jin Shui berkata padanya. "Rupanya kau menggabungkan jurus-jurus dari shen zhang kai tian dengan tenaga beifeng qi ajaran ayahmu."
"Benar sekali," sahut Lin Ji Xuan sambil tertawa. "Keluarga Lin hanya punya aku satu anak laki-laki. Beifeng qi jika tidak diwariskan padaku, mau diajarkan pada siapa? Tetapi, aku hanya menggabungkannya untuk main-main saja, juga cukup tahu memamerkan di depan pewaris Mo Ying hanya akan ditertawai saja."
Jin Shui tidak menyahut. Seandainya keadaannya sudah sembuh sama sekali, tentu saja seorang Lin Ji Xuan bukan apa-apa baginya. Dengan mudah ia akan bisa memberi pelajaran pada tuan muda yang suka berbuat onar dan mengganggu anak gadis orang itu.
"Kalian barusan pasti sedang membicarakan reputasiku," Lin Ji Xuan berkata lagi. "Jangan khawatir, sesuai ajaran dari Xie Zhang Shifu, setidaknya sampai saat ini tidak ada anak gadis yang sampai dirugikan olehku. Paling banyak hanya makan hati saja, hitung-hitung memberi mereka pelajaran tentang dunia yang sebenarnya."
"Lin Ji Xuan, lama tidak bertemu, ilmumu sudah maju pesat," Huang Yu mendekat sambil mengeluarkan kata-kata memuji. Ia tidak ingin membahas reputasi putra Keluarga Lin di hadapan orangnya. "Kelihatannya beberapa tahun ini kau sudah bersusah payah berlatih."
"Setelah pertemuan di Zi Lan Hua Yuan waktu itu, Xie Zhang Shifu lantas membawaku pulang ke Keluarga Lin, kemudian aku tidak pernah melihatnya lagi," kata Lin Ji Xuan. "Beliau bahkan tidak memberiku kesempatan mengetahui siapa yang dihadapinya terakhir kali agar bisa membalaskan dendam, sungguh sayang."
"Chai Lang Shifu juga sama," sahut Huang Yu. "Ba Wei Shen tidak inginkan kita para pewaris menggunakan tenaga dalam dan semua hasil ajaran mereka untuk menambah permusuhan dengan siapa pun."
Lin Ji Xuan memandanginya. "Huang Yu, Chai Lang Shibo sudah memilih pewaris yang tepat," katanya pula. "Kau bukan lagi putra Keluarga Huang yang lebih suka menyendiri seperti ketika terakhir kali kita bertemu, sekarang sudah berubah menjadi pemuda dewasa yang penuh keyakinan. Diantara kita delapan pewaris namamu yang harus diperhitungkan. Aku yakin jika tugas sebagai pemimpin kita semua berada di pundakmu, kau bisa mengerjakan dengan baik."
Huang Yu tertawa singkat. "Waktu itu aku masih kanak-kanak, tidak banyak mengerti," ia berkata. "Berkat saudara sekalian juga baru bisa ada Huang Yu yang sekarang. Tetapi, ada satu hal, kurasa kau sudah melupakan."
"Hal apa?" tanya Lin Ji Xuan.
"Jin Shui adalah…." Kata-kata Huang Yu terhenti, ia hampir melupakan bahwa masih ada Xu Qiao disitu. "Aku pewaris Chai Lang hanya wakil, hanya utusan untuk mengumpulkan yang lainnya. Pemimpin kita yang sebenarnya bukan aku, tetapi dia." Ia menunjuk ke arah Jin Shui. "Mo Ying adalah ketua delapan pelindung, pewarisnya tentu saja akan menjadi ketua delapan pewaris."
Lin Ji Xuan berpaling dan kembali memperhatikan Jin Shui. Pemuda ini dingin dan kaku, badannya penyakitan, ia agak ragu. Pewaris Mo Ying yang dikenalnya sepuluh tahun yang lalu adalah seorang anak yang penuh semangat, setiap tindakan dan kata-katanya sangat berpengaruh pada yang lain. Ia berusaha mengingat wajah di balik penampilannya yang mengerikan. Barusan ia sudah mengadu jurus dengan pemuda ini, diketahuinya memang adalah pewaris Mo Ying.
"Kenapa dia jadi seperti ini?" Lin Ji Xuan menanya.
"Tidak lama lagi dia akan sembuh, rupanya pasti akan lebih baik daripada kita semua," Huang Yu yang menyahut. "Kelemahannya adalah seorang nona bermarga Xu, putri majikan Huofeng Lou. Dia jadi seperti ini juga karena Nona Xu. Tetapi nona ini juga akan bergabung dengan kita, tidak ada yang perlu dicemaskan."
"Nona Xu dari Huofeng Lou?" Lin Ji Xuan tentu saja pernah mendengar nama Huofeng Lou. "Putri majikan Huofeng Lou semuanya ada lima orang, yang masih tertinggal hanya tinggal putri bungsu. Yang kalian maksud pasti Wuguniang, Xu Qiao."
Xu Qiao sudah mendekat ke samping Jin Shui, Huang Yu menunjuk ke arahnya dengan tangan, memperkenalkan lebih dulu sebelum Jin Shui membuka suara. Lin Ji Xuan mengipasi diri sendiri sebentar, mengawasi nona muda di samping Jin Shui itu tanpa sungkan, senyumannya nampak lebih aneh dari Huang Yu.
"Putri Keluarga Xu dari Huofeng Lou semuanya bukan hanya cantik, tetapi juga cerdas dan berbakat," Lin Ji Xuan mengoceh. "Pandangan Jin Shui sungguh tidak salah. Nona kelima ini, kabarnya merupakan yang paling berbakat. Xu Qiao Guniang bisa menjadi pendamping Jin Shui kami, sungguh sebuah kehormatan."
"Jangan katakan kau pernah membuat masalah dengan Keluarga Xu," Huang Yu berkata padanya.
"Aku mana ada keberuntungan itu," sahut Lin Ji Xuan. "Jin Shui, jika kau sudah meminangnya, aku pasti akan ikut minum arak pernikahan kalian."
Jin Shui tidak menyahut, nampak berdiri kaku saja di tempatnya. Huang Yu menyingkir satu langkah, tidak ingin mewakili Jin Shui memberi penjelasan.
"Kau adalah putra Lin Tong Tian, Lin Dabo dari Wuling?" Xu Qiao menanya padanya. "Bagaimana bisa kau menjadi salah seorang dari mereka?"
"Ah, Xu Guniang rupanya sudah mengetahui mengenai kami para pewaris Yumen," kata Lin Ji Xuan. "Benar sekali, diantara delapan pewaris ada lima putra-putri keluarga ternama, salah satunya aku, Lin Ji Xuan."
"Jika aku tidak salah ingat, ayahmu dahulu adalah salah satu dari pimpinan tiga aliansi yang melakukan penyerangan ke markas Yumen," Xu Qiao berkata padanya. "Pelindung Yumen bagaimana bisa malahan memilihmu sebagai salah seorang pewaris? Bagaimana jika ayahmu mengetahui hal ini?"
"Hampir tiga belas tahun yang lalu, saat Yumen Jiao dihancurkan, ayahku memang menjadi salah seorang pemimpinnya," kata Lin Ji Xuan lagi. "Dia tidak tahu aku ada mempelajari wuqing xue selama ini. Jika tahu aku adalah pewaris Yumen, pasti dia tidak akan segan menyingkirkanku lebih dulu."
Ia mengucapkan dengan santai, tanpa ada ketakutan atau apa pun. Huang Yu memandang padanya.
"Kalian sungguh akan membangkitkan aliran iblis yang sudah musnah?" Lin Ji Xuan menanya.
"Tentu saja," sahut Huang Yu. "Meski saat ini aku masih belum tahu pasti jalan mana yang akan ditempuh, tetapi nanti setelah berhasil mengumpulkan delapan pewaris, maka kita pasti tahu apa yang harus dilakukan. Jika kau ingin mundur sekarang juga boleh. Cukup serahkan saja tenaga Xie Zhang Shishu pada orang lain yang."
Ia punya ambisi sendiri mengenai Yumen. Jin Shui melirik sekilas, sekali lagi menemukan dendam yang tersembunyi di balik sorotan matanya.
"Aku ikut, sudah pasti akan ikut," Lin Ji Xuan menyahut cepat. "Aku juga ingin melihat bagaimana reaksi ayahku jika tahu semua ini." Agaknya ia sudah terlalu banyak membuat masalah dengan ayahnya sehingga urusan menjadi pewaris aliran yang pernah dihancurkan ayahnya tidak akan membuat Lin Tong Tian mati kesal sekali lagi. "Aku juga ingin segera berkumpul dengan saudara yang lain, juga berjuang bersama kalian. Mengenai ayahku, nanti saja dibicarakan."
"Beberapa hari yang akan datang aku dan Jin Shui akan menemui pewaris Meng Gui Shishu," kata Huang Yu lagi, "aku sudah menemukan jejaknya. Dia sudah tidak seperti dulu, tetapi tidak akan sulit untuk menemukannya."
Mereka masuk ke dalam pekarangan pondok, mendapati Xiao Hu dan Xiao Mi yang masih berada disitu dengan dua pencuri tangkapan mereka. Kedua pencuri itu agaknya mengenali Lin Ji Xuan sebagai pemuda yang sudah datang ke rumah majikan mereka dan membuat masalah, mereka nampak pucat.
"Jin Shui Gege," Xu Qiao menarik tangan Jin Shui, meminta Jin Shui untuk melepaskan kedua orang itu karena sudah tidak diperlukan lagi.
"Xu Guniang, kami adalah para pewaris Yumen, bukan segala macam kaum ksatria," Huang Yu berkata padanya. "Kedua orang ini masih ada gunanya, dengan sendirinya belum boleh dilepaskan."
Huang Yu meminta Xiao Hu menemani Xu Qiao pergi membeli beras dan bahan makanan lainnya untuk mereka semua, mengatakan ia akan membicarakan urusan aliran dengan Jin Shui dan juga Lin Ji Xuan. Xu Qiao terpaksa meninggalkan Jin Shui dan pergi bersama kedua pelayan itu, tidak mengetahui yang akan dikerjakan oleh tiga anak muda pewaris Yumen yang memang tidak seharusnya tidak disaksikan olehnya.
Setelah keduanya pergi, Huang Yu kemudian meminta Xiao Mi mengeluarkan salah seorang pencuri, yang lebih tua, mengikatnya di dinding dan menyumpal mulutnya. Jin Shui berdiri kaku saja menyaksikan, Lin Ji Xuan nampak tertarik.
"Apa yang akan kaulakukan?" Lin Ji Xuan menanya, mengetahui ada kekejaman yang terjadi. Ia tahu dahulu pengikut Yumen Jiao yang sebenarnya sudah terbiasa bertindak kejam, tidak menyangka putra Huang Wei Qun juga tidak terkecuali.
Huang Yu meminta Xiao Mi berjaga di luar dan menghalangi jika Xu Qiao kembali, kemudian mengeluarkan tiga puluh lebih batang jarum perak panjang, meletakkannya di atas meja di samping sebuah tungku yang menyala. Ia mengambil sebatang dan memanaskannya. Air mukanya tenang seperti biasa.
"Jarum-jarum ini adalah baihua chen, dulu adalah senjata milik ibuku," si pewaris Chai Lang berkata dengan nada yang datar dan tanpa emosi apa pun. "Tidak disangka jarum-jarum ini bisa berguna selain sebagai senjata rahasia."
Ia memanaskan beberapa batang jarum yang lain di atas tungku yang sama, orang yang ditawannya berkeringat dingin, tidak tahu apa yang akan terjadi.
"Tenanglah, kau hanya akan merasa sedikit sakit, setelah itu akan merasakan kedamaian," Huang Yu berkata dengan santai padanya. Diambilnya sebatang jarum yang sudah membara. "Jin Shui, waktunya sudah tiba."
"Sudah waktunya untuk apa?" tanya Lin Ji Xuan.
"Kau sudah berada disini, bisa membantu aku dengan menggunakan tenaga dalam milik Xie Zhang Shishu, membuat proses ini lebih cepat," sahut Huang Yu. "Aku dan Jin Shui sudah beberapa kali melakukan ini, hanya saja dengan kemampuanku seorang tidak bisa membuang cukup banyak racun."
"Membuang racun?" tanya Lin Ji Xuan.
"Memindahkan penyakit Jin Shui pada orang lain," sahut Huang Yu.
Lin Ji Xuan memandangnya. Huang Yu mengucapkannya dengan sangat tenang, seolah hanya masalah makan nasi saja. Si tawanan melihat keadaan Jin Shui yang mengerikan, ia meronta sekuat tenaga. Lin Ji Xuan juga memandang ke arah Jin Shui, ia sungguh ingin tahu kenapa pewaris Mo Ying keadaannya bisa seperti sekarang.
"Tiga tahun yang lalu Jin Shui menerima penyakit ini dari nona kecilnya, karena tidak berhasil meminta penawar racun di Wansui Gu, maka tidak ada jalan lain, terpaksa menggunakan kemampuan sendiri untuk menawarkan racun," Huang Yu menjelaskan, "hanya saja, orang ini tenaganya lemah, tidak seperti kita yang memiliki tenaga dalam milik para pelindung. Jika memindahkan racun begitu saja, baru kena sedikit juga dia sudah mati. Jarum-jarum ini, fungsinya adalah mempertahankan nyawanya lebih lama, agar dia bisa menampung lebih banyak racun."
"Kau...." Lin Ji Xuan melihat kekejaman pada sinar matanya. Huang Yu dikuasai dendam. Dendam akibat pembunuhan Keluarga Huang tiga tahun yang lalu. Tiga tahun yang lalu ia tidak mampu untuk menghalangi terjadinya bencana, akhirnya hanya bisa menyimpan kebencian dalam hati, juga berusaha mendapatkan kesempatannya untuk membalaskan semuanya.
"Orang ini sudah kena racun, cepat atau lambat pasti akan mati, bahkan mati dengan mengerikan," Huang Yu berkata. "Kita membantunya mengurangi penderitaan, dia akan sangat berterima kasih."
"Kau yang meracuninya?" Lin Ji Xuan yang menanya.
"Apa ada bedanya?" tanya Huang Yu.
"Ah, Chai Lang Shibo sungguh sudah memilih pewarisnya dengan benar," Lin Ji Xuan akhirnya tertawa. "Benar, kita hendak mengembalikan kejayaan Yumen, dengan sendirinya mesti mengembalikan kejayaan persis seperti dahulu."
"Orang ini hanya penjahat kecil yang tidak berharga, membunuhnya bisa menyelamatkan nyawa banyak orang, maka apa artinya?" tanya Huang Yu pula, ditujukan pada Jin Shui. "Singkirkan dulu pakaian kotormu. Aku akan menancapkan jarum di tiga puluh enam titik penting di badan orang ini, setelah itu aku dan Lin Ji Xuan akan membantumu mengalirkan racun ke tubuhnya."
Jin Shui tidak banyak bicara lagi. Ia melepaskan pakaiannya, menampakkan kulit badan yang keadaannya jauh lebih mengerikan daripada kulit wajahnya. Si tawanan meronta sekali lagi, keringat dinginnya mengalir semakin deras. Huang Yu mulai menancapkan jarum-jarum membara di badannya, ia menjerit-jerit setengah mati, baru diam ketika Huang Yu menusukkan jarum terakhir di kepalanya.
Mereka tinggal di pondok di perkampungan petani itu beberapa hari, menunggu kesempatan menemui pewaris Meng Gui seperti yang dikatakan oleh Huang Yu. Mereka juga menggunakan waktu untuk menyingkirkan racun dari tubuh Jin Shui, dengan diam-diam tanpa diketahui oleh Xu Qiao. Huang Yu menggunakan kedua pencuri sebagai penerima racun, keduanya tentu saja tewas dengan keadaan mengerikan, jenasah mereka dikuburkan begitu saja di belakang pondok.
Pagi itu Xiao Hu dan Xiao Mi membawakan seperangkat pakaian baru untuk Jin Shui sesuai perintah majikan mereka, juga membantunya mempersiapkan air hangat serta sejumlah bahan obat untuk membersihkan diri dan mengobati kulitnya.
Daya kerja racun zhaobai sudah berkurang sejak setahun terakhir dan pengaruh sinar matahari sudah lama tidak dirasakan oleh Jin Shui, hanya karena dua jenis racun dalam tubuhnya belum dapat dibersihkan maka seluruh tubuh Jin Shui masih hitam kebiruan dengan bintik-bintik merah yang mengerikan. Proses memindahkan racun pada dua orang pencuri dan bantuan dari Lin Ji Xuan sudah menyingkirkan sebagian besar bintik merah, membuat keadaan Jin Shui jauh lebih baik.
Huang Yu tahu Xu Qiao tidak leluasa menyaksikan Jin Shui membersihkan diri dan berganti pakaian, maka ia mengajak beradu pedang di pekarangan pondok. Mereka tentu saja tidak menggunakan senjata sungguhan, hanya memakai dua ranting pohon.
"Xu Guniang kabarnya sudah berguru pada murid utama Haitang Jian Pai, Xue Hua Zhi Shou Bao Xin Fei, Xu Erfuren," Huang Yu berkata sambil memainkan sebuah jurus dasar yang nampak sederhana saja. "Aku sudah lama ingin melihat san liu bao lian shu, mungkin Xu Guniang bisa menunjukkan sedikit."
"Xiaomei menunjukkan sedikit kemampuan," sahut Xu Qiao sambil mengangkat ranting di tangannya, "Huang Erge harap tidak menertawakan."
Ia meloncat, niatnya memainkan jurus-jurus dari san liu bao lian shu yang diajarkan oleh Bao Xin Fei. Ranting di tangannya terulur, menyambar ke samping Huang Yu dengan lentur. Akan tetapi jurus yang dimainkannya tidak mirip sedikit pun dengan gerakan dari san liu bao lian shu yang pernah diajarkan oleh Bao Xin Fei, pikiran Xu Qiao dipenuhi oleh hafalan yang diajarkan oleh Jin Shui tiga tahun yang lalu.
Tanpa sadar ia malah memainkan tian ya liu shi (enam gerakan ujung langit), sesuai dengan yang sedang dimainkan oleh Huang Yu. Satu jurus dari wuqing xue dengan enam gaya perubahan yang cepat dan rumit, nampak sederhana namun tidak mudah diikuti.
"Xu Guniang ternyata juga mengenal wuqing xue dari aliran kami," Lin Ji Xuan di pinggir arena berkata.
Xu Qiao menyingkirkan ranting di tangannya, menggunakan senjata aslinya yang berupa selendang sutra panjang, berusaha melupakan wuqing xue dan mengerahkan sedikit tenaga dalam untuk memainkan jurus ajaran ibu mudanya.
Huang Yu juga melempar ranting dari tangannya dan menggunakan tangan kosong, sekali lagi menggunakan gerakan khas dari wuqing xue. Xu Qiao melihat gerakan lawan, jurus lian hua man yuan (bunga teratai memenuhi taman) yang hampir saja dimainkan dengan benar olehnya berubah pula, xiao hun shu (jurus membuyarkan arwah) dari wuqing xue, membuatnya menjadi kesal sendiri.
Erniang pasti mengetahui masalah ini, pikir Xu Qiao, tetapi tidak mengatakan apa-apa karena tidak ingin menyebut mengenai Jin Shui, kemudian terus mengajari dengan sabar. Xu Qiao ingat saat pertama kali jurus yang dimainkannya berubah menjadi jurus dari wuqing xue, Bao Xin Fei pun tidak menunjukkan kekagetan, malah membetulkannya dengan tenang. Pendeknya, selama tiga tahun ini Bao Xin Fei sudah menjaga perasaannya dengan baik.
"Kalian para pewaris Yumen apa hanya mengenal wuqing xue satu ilmu ini saja?" ia menanya pada Huang Yu dengan tidak sabaran. "Huang Erge, bukankah ayah ibumu juga mengajarkan ilmu keluarga mereka padamu?"
"Xu Guniang, Huang Yu justru ingin melihat sejauh mana kau sudah mempelajari wuqing xue kami," Lin Ji Xuan yang berkata. "Kau mempelajari ilmu dari Haitang Jian Pai selama tiga tahun, sepertinya tidak cukup untuk melupakan yang pernah diajarkan oleh Jin Shui."
"Tidak bisa," Xu Qiao berkata, "aku tidak ingin menjadi salah satu dari kalian, mesti melupakan yang pernah diajarkan oleh Jin Shui Gege."
"Menjadi salah satu dari kami tidak ada ruginya," kata Lin Ji Xuan lagi, mendekati Xu Qiao, "kelak, mungkin kau akan menikah dengan Jin Shui dan kami akan memanggilmu jiaozhu furen (nyonya ketua)."
Wajah Xu Qiao memerah seketika, antara risih dan malu. Tentu saja, karena ia adalah seorang anak gadis keluarga baik-baik yang hanya tahu bahwa pernikahan adalah urusan orang tua. Ia baru saja hendak memutar badan dan masuk ke dalam pondok ketika Jin Shui melangkah keluar, sudah membersihkan diri dan mengganti pakaian pengemis kotornya dengan baju panjang berwarna gelap. Meski bekas racun masih terlihat, akan tetapi sudah jauh berkurang. Xu Qiao terdiam di tempatnya seketika.
"Jiaozhu," Lin Ji Xuan menyapa sambil berpura-pura memberi hormat.
"Xu Guniang, kami hendak pergi menemui pewaris Meng Gui, baiknya kau tetap tinggal disini menunggu kami kembali," Huang Yu berkata pada Xu Qiao sebelum Lin Ji Xuan menggoda lebih banyak. "Kau ingin mengetahui lebih banyak seperti apa para pewaris Yumen yang sebenarnya, silakan saja ikut dengan kami."
Jin Shui bertemu lagi dengan Xu Qiao, gadis kecil yang disayanginya. Keadaannya yang sekarang mirip pengemis penyakitan, tentu saja ia ingin menghindar jauh2. Tetapi Xu Qiao tahu asal penyakitnya, jika tidak menerima tentu mereka tidak akan menjadi pasangan yang berbahagia sampai tua (eh...)
Pada naskah awal pertemuan setelah tiga tahun ini hanya singkat, lalu berpisah lagi, pada revisi terakhir ini barulah Xu Qiao mengikuti Jin Shui lebih banyak, bahkan ada saat mereka menemui Lin Ji Xuan, si bandel pewaris Xie Zhang yang paling suka mengerjai anak perempuan. Lin Ji Xuan bergabung dengan Huang Yu dan kawan-kawan pada awalnya demi membuat marah ayahnya, akan tetapi nantinya dia juga punya rasa persaudaraan yang tidak kurang. Karakter Lin Ji Xuan juga termasuk yang paling menarik dan lucu, setiap kemunculannya membuat gemas dan kesal.