webnovel

Chapter 3 : Takdir yang bangkit kembali.

Pada siang hari, didesa elf, atau tempat tinggal Nifla. Tsukasa sedang membereskan barang-barang yang perlu dia bawa untuk pergi ke kota kerajaan.

Untuk saat ini, dia bertujuan untuk pergi ke kota kerajaan yang bernama Selefia, negara dengan penduduk yang mayoritasnya ras humanoid dan human. Disana, terdapat satu pahlawan unit kesembilan bernama Norha Velozia.

Setelah selesai membereskan barang-barangnya. Tsukasa langsung bergegas keluar dari tempat peristirahatannya, dan mulai berjalan menghampiri pos tempat pelatihan prajurit Nifla.

Tsukasa mendekati Nifla yang sedang melatih beberapa prajuritnya, lalu memanggilnya. "Nifla!" Ucap Tsukasa yang seolah-olah tidak memperhatikan jika Nifla sedang sibuk.

Merasa terpanggil. Nifla, langsung merespon panggilan Tsukasa. Lalu menyuruh beberapa prajuritnya untuk berlatih sendiri.

Dia berlari mendekati Tsukasa, dan bertanya. "Jadi, kau akan pergi sekarang? Tsukasa." Ucap Nifla, yang dari raut wajahnya, menunjukkan rasa sedih.

Merasa respon yang diberikan oleh Nifla lumayan sedih. Tsukasa langsung tersenyum hangat, dan berusaha menghiburnya. "Tenang saja Nifla. Aku akan segera kembali dan berkumpul bersama kalian. Aku hanya melaksanakan misi ku, dan setelah itu selesai." Ucap Tsukasa yang berusaha menghiburnya.

Mendengar perkataannya. Ekspresi sedih Nifla mulai sedikit mereda, dan senyum tulus pun terlihat dari bibirnya. Dia pun menatap Tsukasa dan berkata. "Benarkah? Apa kau janji?" Ucap Nifla yang sepertinya akan senang jika Tsukasa kembali.

"Ya, aku janji." Ucap Tsukasa yang berusaha meyakinkan.

Nifla mengangkat telapak tangan Kirinya, dan mengarahkan ke Tsukasa. Lalu berkata. "Sentuh." Suruhnya.

Merasa bingung. Tsukasa pun bertanya. "Untuk apa?" Ucapnya yang sedikit kebingungan.

"Udah! Satukan aja dengan tanganmu." Nifla langsung meraih telapak tangan kanan Tsukasa, dan menempelkan ke telapak tangannya. Setelah itu, dia berkata. "Ini adalah salah satu cara ras kami untuk kami bersumpah. Jika ada kedua belah pihak yang bersumpah akan suatu hal. Maka, pihak tersebut harus menyatukan telapak tangan mereka masing-masing. Dengan begini, mereka telah bersumpah, dan sumpah tersebut tidak boleh dilanggar." Ucap Nifla menjelaskan dengan senyum bahagianya.

"Dan, jika kedua pihak tersebut melanggarnya?" Tanya Tsukasa sambil memandangi telapak tangannya.

"Jika kedua pihak tersebut melanggarnya, maka akan terjadi kesialan yang menimpanya." Ucap Nifla yang masih memandangi telapak tangannya yang menyatu dengan telapak tangan Tsukasa.

"Begitu ya? Kurasa aku harus secepatnya menyelesaikan misi ku jika tidak ingin mengalami kesialan." Ucap Tsukasa yang terlihat bahagia.

Ditengah-tengah perbicangan mereka, Tsukasa langsung menarik kembali tangannya dengan lembut, lalu menatap Nifla dan bertanya. "Oh ya, benda yang kuminta untuk perbaiki kemarin sudah selesai?" Tanya Tsukasa.

"Ah, benda itu? Tentu saja sudah selesai. Itu ada di meja pojok kiri." Ucap Nifla menunjuk ke arah sebuah benda bewarna ungu yang merupakan kamera milik Tsukasa.

Dengan cepat, dia berjalan mengarah ke kameranya. Lalu mengambil dan menggantungnya di atas leher. Dia tersenyum sambil melihat-lihat kamera tersebut, dan berkata. "Bagus, dengan ini, aku bisa memfoto semua dunia yang aku datangi." Ucap Tsukasa sambil memotret Nifla yang sedang berdiri didepannya.

"Memfoto semua dunia? Apa itu foto?" Tanya Nifla yang masih sangat asing dengan kata foto di telinganya.

Lalu, foto yang dihasilkan Tsukasa pun keluar dari kameranya, dan menampilkan foto Nifla yang abstrak dan tak beraturan. "Ah, begitu ya. Ternyata disini pun tak jauh beda dengan disana." Ucap Tsukasa yang sedikit putus asa.

Dia pun berjalan menuju ke Nifla, lalu memberikan fotonya tersebut, sambil berkata. "Foto adalah sebuah gambar yang diambil atau ditangkap dari suatu objek, dan mengubahnya kedalam media ini." Sambil mengacungkan foto barusan.

Nifla meraih foto tersebut, dan melihat hasil foto Tsukasa. Tetapi, bukannya kecewa. Nifla, malah kesenangan karena dia telah diabadikan dalam bentuk media foto. Dia meloncat-loncat dan menoleh ke arah Tsukasa sambil berkata. "A--Aku suka ini, terima kasih Tsukasa, aku janji akan simpan benda ini seperti nyawaku, aku janji!" Ucap Nifla yang kegirangan.

Ini adalah momen langkah yang didapatkan oleh Tsukasa, alih-alih orang merasa kecewa, dia malah melihat ekspresi puas dari wajah orang lain. Merasa sedikit senang, Tsukasa pun menjawab. "Aku akan memotret semua dunia yang aku datangi, dan akan menunjukannya kepadamu." Ucap Tsukasa yang meyakinkan.

"Ehm! Baiklah!" Tegas Nifla yang tidak sabar.

"Baiklah, kurasa aku harus pergi." Ucap Tsukasa sambil membawa kamera dan tasnya.

"Baiklah, didepan gerbang ada tukang kereta yang telah ku suruh untuk mengantarmu ke kota kerajaan Selefia. Semoga perjalanan mu baik-baik saja. Tsukasa." Balas Nifla yang sedikit sedih tapi merelakan.

"Ya, kamu juga hati-hati disini." Tambah Tsukasa mengingatkan.

****

Perjalanan puh dimulai. Tsukasa pergi menggunakan transportasi yang mirip seperti kereta kuda. Tapi ini berbeda, kali ini, yang menarik keretanya adalah monster yang mirip seperti T.rex, tapi memiliki kepala seperti kadal. Bahkan, kekuatannya pun lebih kuat dari kuda.

Perjalanan terus berlanjut. Kali ini, keretanya harus melewati lembah yang begitu gelap dikarenakan kabut yang begitu tebal, bahkan menutupi jalan disekitar. Aroma rawa yang amis menusuk penciuman Tsukasa, sehingga dia harus menutupi hidungnya dengan jas.

Setelah lima jam melewati lembah, Tsukasa pun langsung menarik nafas panjang-panjang dan menghirup udara segar. Dikarenakan. Tsukasa tidak bisa selamanya menahan nafas, walaupun jalan yang dilaluinya adalah lembah busuk.

Malam pun tiba. Tsukaaa pun tiba lah di dalam hutan. Dia dan pemacu kereta memutuskan untuk beristirahat sambil menghidupkan api unggun yang tidak lumayan besar, dikarenakan cuaca yang lumayan dingin. Butuh sebuah penghangat untuk membuat tubuh mereka tidak kedinginan.

Disaat menghangatkan diri, Tsukasa memutuskan untuk berbicara kepada sang pemacu kereta. "Permisi, sudah berapa lama kau bekerja seperti ini?" Tanya Tsukasa, sambil membereskan kayu api unggun yang berserakan.

Mendengar pertanyaan Tsukasa, dia pun langsung menjawab. "Ya... Udah lumayan lama sih, sekitar 4 tahun keknya. Itupun aku kurang yakin." Ucapnya dengan ragu, sambil menggosok kedua telapak tangannya secara bersamaan.

"Gitu ya? Lumayan lama juga... Sebelum itu, boleh aku tau siapa namamu?" Tanya Tsukasa balik.

"Namaku Noro-Noro, bisa kau panggil aku Noro." Ucapnya sambil mengenalkan namanya dengan senang hati.

"Noro... Nama yang unik." Jelas Tsukasa. "Oh ya, nama hewan ini apa?"

"Ah, hewan ini namanya Ferly, salah satu hewan transportasi yang umum dipakai para elf. Dia adalah keluarga kami, makanya kami selalu menyayanginya seperti keluarga." Jelasnya sambil memandang Ferly dengan sesungguh hati.

"Wah, ternyata ada misteri yang kurasa perlahan-lahan mulai terpecahkan." Batin Tsukasa.

***

Pagi hari pun tiba, dan mereka melanjutkan perjalanan menelusuri Padang rumput yang sangat luas. Pemandangan yang asri, dan udara yang bersih. Suara burung yang berkicau, dan semburan angin yang menyejukkan.

Lalu, Noro pun memanggil Tsukasa, dan berkata. "Tuan, dalam 1 jam lagi, kita akan sampai ke kota Selefia." Jelasnya.

Mendengar ucapan itu, Tsukasa pun menjawab. "Baiklah." Ucapnya dengan lembut.

Lalu, tanpa disadari, mereka masuk ke area terlarang, yaitu daerah bandit. Disaat mereka terus berjalan, tiba-tiba serangan kejutan langsung meluncur dari balik rerumputan yang tebal, dan mengenai kaki Ferly, hingga terluka.

Karena Ferly yang mengamuk itu, membuat kereta tidak stabil, dan mengakibatkan tsukasa dan Noro terjatuh dan terguling ke tanah. Sedangkan Ferly, dia malah jatuh dan tak sadarkan diri.

Merasa takut, Noro berlari menuju Ferly, dan berusaha menyembuhkan kaki Ferly dengan sihir penyembuh. Sedangkan Tsukasa, dia memperhatikan sekitar mereka sambil memegang belt miliknya.

Dia mendekat ke noro dan mengingatkan. "Noro, kau sembuhkan dulu Ferly, biar aku yang urus masalah ini." Jelasnya.

"Baik tuan." Ucap noro yang masih sibuk menyembuhkan Ferly.

Lalu, dari balik semak-semak, lima sosok misterius keluar dari persembunyiannya, sambil memegang panah dan kapak.

"Wah, tuan, ternyata kita mendapatkan sebuah hasil yang mengejutkan. Seekor hewan langka bernama Ferly ada di hadapan kita!" Ucap bandit yang memegang kapak dengan ekspresi yang sedikit tengil dan menjengkelkan.

"Kau benar saudaraku, dengan menangkap hewan itu, kita akan bisa mendapatkan uang untuk hidup! Semuanya, cepat tangkap hewan itu!" Perintah ketuanya yang memegang panah besar.

"Noro, kau diam saja disini, dan biarkan aku yang mengurusnya." Perintah Tsukasa.

Tsukasa langsung menarik kedua sisi beltnya, dan mengambil kartu rider dari sisi kiri. Ketika kelima bandit itu muncul, mereka semua berhenti dan bertanya. "Hei! Siapa kau?! Jangan menghalangi pekerjaan kami!" Teriak salah satu wanita bersenjata panah.

"Aku?" Sambil menunjukkan kartu rider decade ke arah mereka, sambil berkata. "Hanya seorang Kamen Rider yang lewat. Ingat itu!"

'Henshin'

Memasukan kartu ke dalam belt, lalu mendorong kedua sisi belt kembali. Lalu mengeluarkan suara.

'Kamen rider, decade'

"Kurasa lawan yang cocok untuk kalian adalah ini."

'henshin'

'Kamen rider, Faiz.'

Salah satu anggota bandit tertawa melihat Tsukasa yang berubah itu, dia menatap sambil mengancungkan kapak dihadapan Tsukasa.

"Walau kau bertarung dengan kekuatan aneh itu, aku tidak akan mundur."

Bandit-bandit yang lain pun ikut tertawa, lalu pemimpinnya memerintahkan para bandit itu menyerang Tsukasa dari berbagai arah.

Disisi lain. Noro masih menyembuhkan kaki Ferly yang terluka lumayan parah.

Detak jantung Tsukasa mulai mencepat, melihat gerakan para bandit yang begitu cepat, bahkan sangat susah untuk melihatnya.

Salah satu Bandit menyerang bagian kiri punggung Tsukasa, dengan menggunakan kapak. Tapi, dengan seperkian detik, serangan itu berhasil dihindari oleh Tsukasa, dengan cara melompat ke belakang.

Baru saja mendarat, tubuhnya langsung dihantam oleh batu raksasa yang dibuat oleh anggota penyihir bandit. Tsukasa berusaha menghindar. Tapi didepannya telah disambut dengan serangan panah racun yang jaraknya hanya satu sentimeter di depan matanya. Dengan gerakan yang memukau, Tsukasa langsung menghindar dengan cepat ke sisi kiri, dan anak panah itu langsung mengenai perut penyihir bandit. Serangan itu membuatnya kesakitan, dia terus memegang perut yang tertusuk panah, dengan teriakan yang histeris.

"Kalian membuat ku sedikit bersemangat." Ujar Tsukasa dengan senyum.

'Attack ride. Fa-Fa-Faiz!'

'Axel'

Tsukasa merentangkan kakinya sejauh mungkin, menjulurkan tubuhnya ke samping dengan gesit, dan menekuk lutut kanannya dengan presisi yang memukau sebelum dengan cepat meluncur ke udara. Sambil udara menari-nari di sekelilingnya, sebuah jarum merah menusuk tubuh sang bandit pemanah, dan dengan kecepatan kilat, Tsukasa melancarkan serangan legendaris: rider kick Faiz Axel.

Serangan itu langsung menghantam tubuh sang bandit dengan sangat keras sekali, membuatnya terpental, dengan tubuh yang hancur menjadi serpihan daging dari tubuhnya.

"Yos, sisa empat lagi." Ucap Tsukasa dengan menatap keempat bandit, sambil memasang ekspresi serius.

'Henshin'

'Kamen rider. Decade."

"Apa yang kalian tunggu! Cepat serang dia!" Perintah pemimpin bandit, sambil menunjuk ke arah Tsukasa, dengan ekspresi yang sudah sangat marah.

HIYAAAHHH!!!!

'Attack ride... Slash!'

"INI SUDAH BERAKHIR!"

Tsukasa langsung memasang aba-aba. Dan meleset kearah mereka bertiga. Lalu menebas mereka semua dengan pedang miliknya. Serangan itu menghancurkan tubuh mereka. Dan membelahnya menjadi dua bagian.

Menatap ketiga anak buahnya yang mati ngenes. Sang kepala bandit pun terdiam bagaikan orang yang sudah putus asa, seperti kebelit pinjol 271T.

"Gak! Gak mungkin! Padahal mereka semua adalah mantan petualang dengan peringkat S. Tetapi, mereka mati hanya dengan satu serangan. Sebenarnya, siapa pria ini! Dia menggunakan benda aneh, lalu berubah menjadi sosok berkostum. Dan memiliki kekuatan yang aneh-aneh." Ucap kepala bandit yang keheranan.

'Attack ride.'

'De-De-Decade!'

HIYAAAHHH!!

Kamen Rider Decade mengayunkan kakinya ke udara dengan kecepatan kilat, sementara energi bertabrakan di sekitarnya. Dalam sekejap, ia meluncur menuju musuhnya dengan kekuatan penuh.

Setelah itu, sang bandit pun hanya bisa terdiam. Sebelum kematiannya, dia berkata. "Orang ini! Dia lebih berbahaya dari raja iblis!"

"ARRRGHHH!" Ucapnya dengan kesakitan. dan seketika tubuhnya langsung meledak dan hancur menjadi serpihan.

"Selesai sudah." Ucap Tsukasa.

***

Akhirnya, pada malam hari, dari perjalanan yang jauh, dan halangan yang datang. Tsukasa pun tiba di kota Selefia dengan keadaan yang baik-baik saja.

Tsukasa turun dari atas kereta, dan berjalan menuju Noro-Noro. Dan berkata. "Terima kasih telah mengantarku. Titipkan salam ku kepada Nifla, jika kita sampai dengan selamat."

"Tuanku. Masalah yang itu?" Tanya Noro yang khawatir.

"Rahasiakan saja darinya. Oke." Perintah Tsukasa sambil tersenyum dan mengancungkan jempol ke arahnya.

"Baiklah. Sekali lagi, terima kasih telah menolong kami." Ucap noro sambil membungkukan tubuhnya.

"Ya, sama-sama." Balas Tsukasa.

Noro pun langsung putar balik, dan berjalan pergi meninggalkan Tsukasa di kota Selefia.

"Ini dia. Kota Selefia. Negara kelahiran pahlawan peringkat sembilan. Norha Velozia." Ucap Tsukasa dan berjalan masuk kedalam gerbang.

....

Disebuah tempat surgawi.

"Kau sudah mengetahuinya kan? Dewi." Ucap pria berkostum putih dengan pedang di tangannya.

"Aku tidak menyangka, pria itu benar-benar akan membawa kadoya Tsukasa ke dunia ku. Kalau begini caranya, rencanaku akan segera berakhir! A--Aku harus memikirkan cara lain." Ucap ratu dengan gemetaran.

"A--Aku merasakan kekuatan yang bahkan lebih besar dari kebanyakan dewa lainnya. Pria bernama Kadoya Tsukasa itu, dia adalah ancaman yang mengerikan. Dewi!" Ucap pria yang berada di sisi Kirinya.

"Blackmask! Aku tidak menyangka, kau akan berbuat sejauh ini, demi menjaga dunia yang bukan milikmu!" Ucap Dewi yang sudah gemetar dan ketakutan.