webnovel

1. bertemu lagi

"Awas!!"

Suara teriakan terdengar begitu saja di saat seorang gadis terdiam di tengah jalan, merenungi hidupnya yang kurang menantang. Ia tak memperhatikan ada seorang anak laki-laki berlari mendekatinya dengan mata terpejam.

Bruk!

"Aduh..." keluh keduanya sembari memegang pinggang mereka bersamaan. Gadis itu tak lama menatap sosok manusia kecil yang telah menabraknya, orang itu mengenakan pakaian rumah sakit yang benar-benar tak asing baginya.

Merasa di perhatikan Raka ikut menatap gadis di depannya. Ya ampun wajah gadis di depannya benar-benar mirip dengan dokter pribadinya. Gadis cantik siapa gerangan, milik siapa dia. rambut pendeknya benar-benar membuatnya terlihat manis meski kedua ikat rambut di kepalanya juga ikut menghiasi tampilannya.

"Wah ada yang jatuh keren," ucap Raka yang malah membuat suasana di antara keduanya semakin payah. Gadis di depannya sudah murung seakan bayangkan hitam menyelimuti otaknya.

"Keren apanya." jawab Keira sangat ketus. "Golok mana golok." tambahnya. Ia kembali memperhatikan orang di depannya yang malah ikut duduk dengan wajah amat polos. Kapan dia bangun! apa dia akan bangun jika Keira ikut bangun juga.

"Oi tolongin dong malah di Lihatin lagi!!" Tambah Keira semakin protes. Pandangan tak lepas dari Raka anak itu memiliki rambut yang begitu pirang. Puas sekali bila menatapnya lama-lama bisa sambil cuci mata melihat keindahan di depan matanya.

"Apa?" Sungguh Raka tak mengerti apa maksud gadis di depannya. Setelah tangan gadis itu mengulurkan tangan mungilnya akhirnya ia mengerti ternyata gadis itu ingin di tolong. "Kenapa tidak bilang dari tadi sih!" Jawaban yang tidak ingin Keira dengar benar-benar sudah terucap dari bibir merah milik orang di hadapannya.

Tangan Raka tergerak begitu saja ke arah Keira namun di saat Keira ingin menggenggam erat tangan itu, Raka malah menghindar. ekspentasi selalu berbeda dari realitas, dia malah menarik ikat rambut yang berada di kepala Keira, merasa berhasil mengambil yang ia inginkan iapun tersenyum setelah mendapatkan kedua ikat rambut Keira, Raka malah membelakangi dirinya.

"Eh kok ikat rambut." Batin Keira aneh. ia menyeka keringatnya.

"I! itu ikat rambut aku." Keira begitu kaku ketika malu menerpanya, ia kira pangeran di depannya ini ingin menolongnya. Apalah daya Keira hanya mampu tarik mundur tangannya ingin mengambil tapi tak berani.

Gadis itu terdiam beberapa saat, di umurnya yang ke lima tahun ini benar-benar terasa sial. Lagi-lagi ia hanya bisa mengeluh di dalam hati. Kenapa dia harus bertemu orang yang menyebalkan seperti anak laki-laki yang sekarang berhadapan dengannya.

Bisakah pangeran sungguhan saja yang ada di depannya, bukan anak laki-laki bule yang tersesat.

Senyuman di wajah Raka kian terukir begitu indahnya setelah memasukan gelang itu ke kantung bajunya, terlihat tangan itu di bungkus kain kasa.

"Tuan muda... tuan muda anda di mana, Raka..." suara teriakan memanggil itu terdengar dari kejauhan. Mundurnya Raka membuat Keira bertanya, Keira sadar suara itu mampu membuat anak laki-laki di dekatnya mundur secara perlahan.

"Tuan muda? Apakah Raka adalah putra mahkota tanpa tahta?" Keira terus berpikir bagaimana bisa orang yang sangat menyebalkan memiliki harta begitu banyak hingga anak itu di lindungi para pengawal bahkan di panggil tuan muda. Keira berbalik mendengar suara langkah kaki Raka, padahal hanya beberapa menit Keira merenung, posisi Raka sudah ada di belakang tubuhnya dengan kaki yang bergetar.

"Gawat," ucap Raka bergetar. matanya membulat lebar, dia tau siapa yang datang mencarinya. Langkah demi langkah ia memundurkan kakinya, matanya menatap entah ke mana, membuat kakinya tersandung batu yang tidak tahu dari mana.

BRUK!!!

Ia terjatuh dengan tubuh yang lemas. Keringat dingin terus bercucuran membasahi kening.

Gadis yang bernama Keira pun tertawa dengan keras sampai batuk tergetak di aspal, memegang perutnya yang terasa begitu menggelitik.

"HAHAHAHAHA."

"UHUK...UHUK.... Aduh... kena batunya juga." ucap Keira meneteskan sedikit air mata karena lucu. Tak lama ia sadar, dia benar-benar seperti orang jahat bahkan lebih jahat dari yang paling jahat.

Tangannya mulai terulur ingin menolong sosok itu. Ia melihat wajah Raka benar-benar berantakan ternyata Raka menangis di balik poninya yang menghalangi mata. Raka sadar bahwa dua orang berjas menghampirinya.

"Tuan muda anda tidak apa-apa?? kita harus kembali ke rumah sakit! Semua orang mengkhawatirkanmu." ucap salah satu pengawal bertubuh kekar. Melihat tuannya menangis salah satu dari mereka langsung menggendong tuannya untuk di bawa pergi.

"Aku ingin main..." Tangis Raka di gendongan pengawalnya. Keira yang melihat kejadian itu bertanya-tanya, apa bermain sesulit itukah sampai dia harus menangisinya?

Raka pergi dengan para pengawalnya. Kaki Keira terasa ingin melangkah mengejarnya namun niat itu ia urungkan, cukup sudah ia selalu mengingatnya, ia benar-benar akan selalu mengingatnya. Tangisan itu, warna rambut pirang itu, kulit putih itu dan warna mata yang indah itu akan selalu tersimpan di memorinya.

"Namanya Raka ya... tapi sepertinya dia anak blasteran." Hatinya seakan berkata seperti itu. Keira berpikir Raka sangat berbeda dengan dengan dirinya yang memiliki kulit kuning langsat, rambut hitam dan mata coklat.

Keira meraba kepalanya mencari sesuatu di sana, sesuatu yang tadinya terikat di rambut tebalnya.

"AAAAAAAAAA... ikat rambut aku." teriak Keira histeris.

"Tunggu, tunggu sepertinya aku pernah bertemu dengan dia." Keira memegang dagu berpikir lebih keras. Karena sekilas bayangan wajah anak laki-laki itu melewati ingatan Keira.

"Padahal itu dari orang spesial... dia beli itu di di Jepang biar kayak anime-anime gitu... mirip banget kayak punya waifu aku, itukan yang paling aku suka tiba-tiba hilang begitu saja di ambil cowok." Curhatnya pada sendiri. Lagi dan lagi Keira berteriak seperti orang gila.

Penyakit lebaynya kambuh di saat hal seperti ini menimpa. "Kenapa... kenapa!!"

"Aku akan mencarinya lalu mengambilnya kembali, tunggu aku Theo eh Raka eh Theo eh Raka bodo ah siapapun namanya akan ku cari sampai ujung indonesia." Keira menginjak-injak aspal dengan wajah kusut. Bibirnya maju dua sentimeter lalu wajahnya di tekuk begitu saja. Pasrah sudah.

🐾

Kemarin benar-benar terasa kurang beruntung. Gadis rambut pendek yang selalu mengikat rambutnya itu kembali ke taman yang ia lewati kemarin. Keira kembali ke taman dengan harapan bertemu dengan dia lagi.

Letak taman itu tidak jauh dari rumahnya, lebih tepatnya lagi taman itu berada di belakang rumah Keira hanya berjarak 100 kaki.

"Seratus kaki itu jauh." keluh Keira berjalan kecil sembari mengembungkan pipinya. Akhirnya dia melihat anak itu lagi. Anak pirang itu lagi.

"Itu....ikat rambutku." bisik Keira murung. Seharusnya ia berteriak agar anak itu membalik, mendengar teriakannya lalu mengembalikan itu padanya.

Entah kenapa Keira malah menunduk, melihat Raka yang sedang bermain ayunan dengan senyuman kecil mengembang di pipinya. Infus menusuk di punggung tangannya, salah satu pria berotot itu memegang infusnya ke atas.

Terlihat dia sangat bahagia siapapun yang melihatnya pasti tidak tega. Meski ayunan itu tidak bergerak sama sekali namun senyuman itu mampu terukir di pipi manisnya.

Ikat rambut Keira terlihat melingkar di tangannya, kenapa? karena Raka menganggap itu gelang.

Raka pun membalikan tubuhnya, meski tidak di panggil dia tetap melirik gadis yang ada dibelakangnya.

Wajahnya yang imut meracuni perasaan Keira dan hati nya.

"Manis nya Imut banget anak siapa sih." gumam Keira, Keira menatapnya sangat lama, lama kelamaan mata anak laki-laki itu pun mulai mengeluarkan air mata, mungkin perih atau mungkin... dia sedang sangat bersedih.

"Tuan muda anda sudah puas." tanya pengawal, menunduk ramah.

"waktunya kita kembali." tambah pengawal satunya lagi.

Sang pengawal sesegera mungkin menggendong Raka yang polos dan lagi-lagi di perlakukan sangat spesial oleh kedua pengawal itu, bak emas berlian yang sangat berharga.

Mulut kecil dari sang anak majikan hanya menjawab satu kata.

"Ummhmm..." namun itu sangat berarti bagi mereka.

Lagi, anak itu kembali pulang. Keira yang akan mengambil ikat rambutnya pun tidak jadi karena merasa iba, Entahlah perasaan itu terasa tercampur aduk.

"Punyaku..." gumam Keira, dia hanya bisa bergumam dan melihat barang miliknya menjadi milik orang lain. Mungkin dia harus mulai mengikhlaskannya.

Kulit putih, rambut pirang, mata hijau mungkin biru... seolah olah itu semua meracuni Keira seperti racun tikus, sampai akhirnya pipi Keira dan wajahnya yang cantik berubah menjadi merah seperti kepanasaan.

Apa ini panas yang disebabkan oleh api cinta?

Tapi perasaan seseorang itu bisa Mudah berubah seperti musim dan cuaca.

Bagaimanapun juga Raka itu generasi cowok terlalu tampan.

-bersambung-

Anyeonghaseo Balik lagi.

Butuh vote, biar cerita ini semakin berkembang