Nara dan Nathan saling diam setelah ucapan Nathan yang membuat Nara terkejut.
BRAK!
Tiba-tiba, pintu kamar Nathan terbuka dari luar. Jimmy yang mabuk, salah kamar dan mengira kalau kamar Nathan adalah kamarnya.
"Oh, aku salah," ucap Jimmy. Namun, saat hendak berlalu, dia melihat Nara yang ada di kamar sang adik. "Oh, kau?"
Melihat Jimmy, tentu saja Nara sangat senang. Keinginannya untuk bertemu dengan Jimmy akhirnya terwujud, meski dalam kondisi seperti ini.
Nathan yang kesal karena kakaknya pulang dalam keadaan mabuk. Ia pun segera berdiri. Nathan merangkul kakaknya dan mengajaknya ke kamar Jimmy.
"Kenapa kau selalu salah kamar?" keluh Nathan.
"Hei, bocah. Kau berkencan dengan anak walikota itu?" tanya Jimmy. "Kau tahu ayah tak akan setuju."
Jimmy benar-benar sudah mabuk. Ia tak bisa mengontrol dirinya dan bicara sembarangan. Persis seperti ayahnya ketika mabuk.
"Hentikkan! Kau membuat dia malu," ucap Nathan. Nathan merasa tak enak hati pada Nara.
Tapi sebenarnya bukan Nara yang malu. Nathanlah yang malu karena ucapan Jimmy. Baru saja Nathan mengungkapkan perasaannya pada Nara. Tapi Jimmy datang dan mengacaukan semuanya.
Sejak hari itu, setiap akhir minggu, Nara selalu datang ke rumah Nathan. Hingga akhirnya Nara dan Jimmy mulai dekat. Dan Nathan pun mencoba mengikhlaskan Nara untuk kakaknya. Sayangnya, kedekatan Jimmy dan Nara terendus oleh Tuan Drigory dan juga Tuan Peterson.
Sebagai adik, Nathan selalu berupaya untuk melindungi kakak dan sahabatnya. Bagaimana pun Nathan ingin orang-orang yang ia sayangi bahagia.
FLASHBACK END
Pintu kamar Nathan diketuk dari luar. Karena panik, Nathan segera menutup seluruh tubuh Nara dengan selimut. Ia mencoba memastikan kalau Nara tak terbangun.
Setelah memastikan Nara tak terlihat, Nathan segera membuka pintu kamar. Black–tangan kanan ayahnya berdiri di depan kamar Nathan.
"Ada apa?" tanya Nathan. Ia bersikap seolah tak ada apa-apa.
"Kau belum makan malam. Ini sudah sangat larut," ucap Black.
"Aku tahu. Aku sudah makan tadi," jawab Nathan.
"Kau masih sering ke kebun apel itu? Kudengar ada suara tembakan di sana. Apa terjadi sesuatu lagi? Kumohon, kau harus bersikap tenang, Nathan. Ayahmu tak ingin kau terlibat dalam masalah," ucap Black.
"Aku tak mendengar suara apa pun. Mungkin anak buahmu sedang berlatih," jawab Nathan.
Black hanya menghela napas. Ia tak ingin mengganggu Nathan lagi. Dan hanya ingin mengetahui keadaan Nathan saja.
"Ayahmu telah melarangmu sering lewat jalan belakang. Nanti orang-orang desa akan sembarangan memakai jalan itu. Kebun itu bukan fasilitas umum," ucap Black.
"Tak ada satu orang pun yang berani lewat ke tempat itu kecuali aku dan Jimmy. Kau tak usah khawatir, Black. Aku sungguh lelah hari ini. Tolong biarkan aku istirahat," kata Nathan.
"Baiklah." Black tak ingin mengganggu Nathan lagi. Anak itu pasti lelah, pikiranya.
Black pun meninggalkan kamar Nathan. Ia sama sekali tak curiga kalau ada orang lain di kamar Nathan. Setelah Black pergi, Nathan segera mengunci pintu dan membuka selimut yang menutupi Nara. Untungnya Nara sama sekali tak terbangun.
"Huuft." Nathan pun bernapas lega. Ia tersenyum getir sembari mengusap kening Nara.
****
Menjelang pagi, saat semua orang masih terlelap dalam tidur. Nara terbangun. Ia melihat Nathan tidur di sofa dengan posisi duduk. Nara bangkit dan menghampiri Nathan. Nara segera menyelimuti tubuh Nathan.
"Maafkan aku, Nathan. Aku menyayangimu, tapi aku sangat mencintai Jimmy. Aku tak bisa membiarkan ketidak adilan ini," ucap Nara lirih.
Nara bergerak keluar perlahan. Ia tak ingin Nathan terbangun.
Dengan langkah yang sangat hati-hati, Nara melangkah menuju ke lantai tiga. Ia sudah tahu, ke mana ia akan melangkah. Rumah ini bukan tempat asing untuk Nara. Karena ia sering datang ke sini dulu.
Nara berjalan mendekati kamar Tuan Drigory. Tanpa rasa takut sedikit pun, Nara masuk ke kamar Tuan Drigory yang tak pernah dikunci itu. Nara tersenyum saat melihat Tuan Drigory tidur seorang diri.
"Tuhan sedang berpihak padaku ternyata," gumam Nara. Ia lantas mengeluarkan sesuatu dari balik rok yang dikenakannya. Sebuah belati kecil. Dengan tatapan matanya yang dingin. Nara beranjak ke atas ranjang Tuan Drigory. Ia berbaring di samping ayah dari kekasih dan sahabatnya itu.
Nara memeluk perlahan Tuan Drigory, membuat Tuan Drigory terhenyak dan mengubah posisinya. Namun, Tuan Drigory masih belum terjaga dari tidurnya. Ia justru mendekap tubuh Nara. Tercium bau alkohol dari aroma napas Tuan Drigory.
"Huuh, kau mirip sekali dengan Jimmy. Kalian sama-sama suka minum," gumam Nara.
Mendengar suara Nara, seketika Tuan Drigory membuka matanya. Ia melihat yang di depan matanya bukan Lucy, melainkan Nara.
"Siapa kau?"
Refleks, Nara langsung menikam perut Tuan Drigory dengan belati yang dibawanya.
"Aaargh!" Tuan Drigory mengerang kesakitan. Tapi ia masih bisa bangkit dan menangkap Nara yang hendak kabur.
"Lepaskan aku!" pekik Nara.
Tuan Drigory baru menyadari siapa wanita itu. "Kau? Nara Peterson?" Ia begitu terkejut. Bagaimana caranya Nara Peterson bisa masuk ke kediaman Tuan Drigory?
****
Beberapa mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan kantor polisi. Tuan Peterson–walikota kota X, turun dari mobil bersama beberapa orang pengawalnya.
"Tuan Peterson, benarkah anak Anda melakukan percobaan pembunuhan pada Moreno Drigory? Apa motif yang mendasari perbuatan putrimu, Nara Peterson?"
Pertanyaan para wartawan mencecar Tuan Peterson satu persatu. Namun, sang walikota tak memberikan pernyataan apa-apa. Ia hanya tersenyum dan melangkahkan masuk ke kantor polisi.
Begitu masuk ke dalam kantor polisi, ia sudah disambut oleh seorang polisi dengan seragam dengan pangkat tertinggi d tempat itu.
"Kepala polisi Morgan Loch," sapa Tuan Peterson kepada Tuan Peterson kepada Kepala kepolisian kota X, Morgan Loch.
"Selamat datang, Tuan Peterson. Maaf, kau harus datang seperti ini. Ada Aya tak tahu harus bicara apa saat ini," kata Morgan Loch.
"Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Dimana Nara?" tanya Tuan Peterson.
"Dia ada di ruang penyidik. Anda tak usah khawatir. Kami tak memasukkan dia ke sel," kata Morgan Loch. Morgan lantas berbisik ke telinga Tuan Peterson. "Moreno Drigory saat ini dirawat di rumah sakit. Anaknya ada di sini untuk menemani Nara."
Tuan Peterson menunjukkan reaksi yang sedikit tak enak saat mendengar kata 'anak Moreno Drigory.' Seakan teringat dengan Jimmy.
"Dimana dia?" tanya Tuan Peterson.
"Bersama Nara. Kami tak bisa meminta dia pergi karena dia adalah Drigory dan merupakan anak dari korban kasus ini," ucap Morgan Loch.
"Baiklah, antar aku ke sana," ucap Tuan Peterson.
Morgan Loch segera mengantar Tuan Peterson masuk ke ruang penyidik. Di sana ia melihat Nara duduk dengan tangan diborgol. Sementara Nathan di sampingnya tertidur. Dan ada Black yang mengurus masalah Ini untuk Tuan Drigory.
"Nara!" panggil Tuan Peterson.
Melihat ayahnya, Nara pun segera bangun. Tuan Drigory pun memeluk putrinya yang tengah diborgol.
"Ada apa, Sayang?" tanya Tuan Peterson.
Bersambung ....