webnovel

Otak Gue Ngebul Dari Tadi

Kini keduanya sudah berada di dalam lift hotel yang akan membawa mereka ke lantai 5, di mana kamar mereka berada. Sejak tadi saat makan sore di pinggir pantai Sasha hanya bisa mengunci mulutnya. Pikirannya masih berkelana entah ke mana. Tentu saja ke hal-hal yang bisa membuat bulu kuduknya berdiri dan tubuhnya bergelenyar aneh. Jika ia membuka mulutnya, ia takut keceplosan dan mengatakan hal yang tidak-tidak.

Saat ini saja tubuhnya masih terasa panas, karena ia berdiri di samping Aldric yang aroma tubuhnya menguar ke indera penciumannya. Entah mengapa meski sudah sore dan matahari hampir terbenam, aroma tubuh Aldric seperti saat masih pagi, masih tercium begitu wangi. Dan ini membuatnya semakin gila saja.

Sentuhan tangan yang lembut di keningnya membuat Sasha terperanjat kaget hingga ia memundurkan tubuhnya sekitar 2 langkah. Ia menatap kaget ke arah Aldric yang baru saja menyentuh keningnya dengan tiba-tiba.

"Kamu sakit?" tanyanya yang merasa jika tubuh Sasha sedikit hangat. Sejak makan ia melihat Sasha sedikit aneh, dan hanya diam. Namun ia terlihat begitu gelisah, dan wajahnya tampak memerah. Ia takut jika Sasha sakit. Hingga saat berada di dalam lift ia melihat Sasha yang semakin tampak gusar, seakan menahan rasa sakit, tanpa aba-aba ia menyentuh kening Sasha untuk memastikannya secara langsung.

Namun Sasha begitu tampak terkejut, begitu juga dengan dirinya yang tak kalah kaget dengan gerakan Sasha yang tiba-tiba melompat ke belakang.

"Hah? A-apa?" tanya Sasha tergagap saat Aldric masih menatapnya.

"Kamu sakit? Gak enak badan? Badan kamu hangat, dan kamu sejak tadi hanya diam saja," ujar Aldric.

"T-tidak, aku baik-baik saja kok." Sasha berujar seraya menegakkan tubuhnya dan memperlihatkan lengannya pada Aldric agar ia terlihat begitu sehat dan energik.

"Tapi badan kamu kok panas," ujar Aldric lagi.

"M-mungkin hanya lelah, Pak! Aku baik-baik saja kok!" sahutnya. Yang tak lama kemudian pintu lift terbuka, di mana mereka sudah sampai di lantai yang mereka tuju. Sasha langsung keluar dari dalam lift sedikit mempercepat langkahnya kemudian berhenti dan memutar tubuhnya ke arah Aldric.

"Lihat, Pak! Aku tidak sakit, aku baik-baik saja," ujarnya untuk meyakinkan Aldric.

"Oh… ku pikir kamu sakit," jawab Aldric yang kini sudah berada di dekat Sasha. Kemudian mereka berjalan menuju arah kamar mereka berada. Hingga akhirnya mereka berpisah karena harus masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.

Begitu sampai di dalam kamarnya, Sasha bisa bernapas lega. Karena ia sudah tidak bersama dengan Aldric lagi yang membuatnya pusing sejak tadi dan pikirannya yang berkelana kemana-mana.

"Akhirnya!" lenguhnya lega.

Sasha melepaskan sepatunya dan menaruhnya sembarang, kemudian menaruh tasnya di atas meja. Tangannya ia tempatkan ke belakang kemudian merogoh punggungnya dan di balik blouse yang ia kenakan kemudian melepas pengait bra yang dikenakannya.

"Ahhh… lega!" lenguhnya saat pengait itu terlepas. Sejak tadi ia merasa sangat gerah serta dadanya yang terasa sedikit sesak karena branya.

Kemudian Sasha meregangangkan seluruh otot tubuhnya. Terasa begitu nyaman.

Perasaannya yang tak karuan sejak tadi dan tubuh yang terasa kaku, "Berendam air hangat enak kayanya!" serunya kemudian tanpa menunggu waktu ia segera melangkah menuju kamar mandi.

**

Dirinya hampir terlelap ketika suara berisik berbunyi dari ponselnya. Dengan matanya yang berat dan menahan kantuknya, Sasha mengambil ponsel yang berada di dekatnya.

"Ih apa sih!" gumamnya pelan dan terdengar kesal. "Ganggu aja."

Rambutnya masih sedikit basah, karena setelah mandi ia langsung berbaring di atas tempat tidur dan masih dengan menggunakan bathdrobe-nya tanpa menggantinya dengan pakaian tidur.

Begitu memeriksa ponselnya, ia melihat isi grup chatnya sudah banyak pesan yang masuk danbelum dia baca.

"Ck! Apa sih!" decaknya kesal.

Isi pesan itu berasal dari Mbak Lona yang mendesaknya meminta film hihuhihu yang baru.

Sasha : Gua ngantuk Mbak, astaga gue cape.

Mbak Lona : Cape apaan? Kan tadi Lu cuma makan aja, cepetan kirimin film baru buat gue. Laki gue ngajak hihuhihu entar malem.

Mia : Cape habis ngapain hayo? Abis makan ngapain tuh…

Mbak Lona : Eh maksud Lu apa?

Mbak Lona : Si curut sama Aldric gue hihuhihu?

Sasha : Kalian ngomong apa sih? Ngaco!!

Mia : Yakin nih gak ngapa-ngapain?

Mbak Lona : Heyyy heyy heyyy

Sasha : Apa sih Mia! Lu ngaco banget deh. Gue cape belum lama gue balik terus mandi, sampe hampir ketiduran. Kalau bukan gara-gara Lu pada gue pasti udah tidur.

Langit di luar tampak sudah gelap.

Mbak Lona : Awas ya, kalau sampai Lu berani-berani nyentuh laki gue! Gue bikin sate Lu!

Mia : Ih Mbak! Katanya mau hihuhihu sama Mas Adrian entar malem, ngapain ngurusin laki lain?

Mbak Lona : Urusan gue! Kan udah bilang Pak Aldric punya gue.

Mia : Maruk Lu Mbak!

Sasha : Ngaco banget sih kalian! Udah ah gue mau tidur!

Mbak Lona : Hey, Curut! Film dulu kirimin sama gue!

Sasha : Ah sial bener!

Mbak Lona : Buruaaannn!!

Sasha hanya bisa memutar bola matanya kesal.

Sasha : Iya-iya!

Sasha memilih untuk memenuhi permintaan Mbak Lona, jika tidak pasti Mbak Lona akan terus menerornya hingga keinginannya terpenuhi.

Sasha kemudian beranjak dari atas tempat tidurnya kemudian berjalan menuju meja. Mengambil laptopnya kemudian menyalakannya.

Sungguh ia merasa kesal sekaligus mengantuk. Tapi jika keinginan Mbak Lona tidak di penuhi mana mungkin ia bisa tidur.

"Udah otak gue ngebul dari tadi. Eh harus download-in film! Makin ngebul entar!" kesalnya. Tapi kemudian ia segera membuka web yang biasa ia gunakan untuk men-download film-film pesanan Mbak Lona.

Bukan hanya mendownload, sudah jelas ia setidaknya harus menontonnya meski sedikit.

"Bener-bener bisa gila gua!" gumamnya ketika ia melihat gambar-gambar yang muncul di layar laptopnya yang tentu saja memperlihatkan gambar-gambar panas.

Sasha harus mengatur napasnya dan terus menjaga isi pikirannya agar tidak semakin tidak terkendali saat ia memilih-milih film yang akan di kirimkan pada Mbak Lona.

"Sialll emang bener sial gue!" gerutunya saat ia merasakan jika tubuhnya mulai memanas terpancing oleh adegan yang terlihat oleh matanya.

Dengan cepat Sasha memilih beberapa film tanpa melanjutkan untuk memeriksanya dengan menontonnya. Kemudian ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja lain untuk mengambil air minum. Setidaknya akan meredakan panas di tubuhnya meski sedikit. Sebenarnya tidak berpengaruh sama sekali.

Glek…glek…glek…

Air yang segar itu membasahi kerongkongannya, membuatnya merasa sedikit segar. Namun, tidak dengan isi kepalanya. Tentu saja sedikit sulit untuk menyingkiran pikirannya yang sudah berkelana kemana-mana itu.

"Ah… gara-gara Mbak Lona! Nyebelin!" kesalnya.

Sasha menggelengkan kepalanya, berusaha untuk mencoba menyingkirkan pikiran itu.

Sasha kembali melenguh saat ia menolehkan kepalanya pada laptop miliknya yang masih terbuka, tentu saja di sana masih dalam proses download. Jika kembali melihatnya pikirannya akan kembali traveling dan semakin parah.

Namun mau tidak mau ia harus kembali mengeceknya dan setelah selesai segera mengirimkan film-film itu pada Mbak Lona. Setelah menaruh kembali gelas di atas meja, Sasha dengan langkah beratnya kembali menuju meja.

Saat beberapa langkah lagi ia sampai di meja, Sasha mendengar pintu kamarnya di ketuk dari arah luar. Dengan spontan ia menolehkan pandangannya pada pintu. Keningnya berkerut dalam.

"Siapa?"gumamnya pada diri sendiri.

Namun wajahnya kini meringis saat ia menebak jika orang yang mengetuk pintu itu adalah Aldric.

"Ah sial! Bagaimana jika dia yang datang!" kesalnya.

Sasha sempat terpaku beberapa saat, namun ketukan di pintu kembali terdengar dan kini ketukan itu terdengar seakan minta cepat-cepat untuk dibukakan.

-To Be Continue-