webnovel

Jantung Gue Lemah Banget Sih!

Begitu Sasha masuk ke dalam kamar hotelnya dan pintu tertutup, dari arah belakang Aldric langsung memeluk tubuhnya. Melingkarkan tangan di perut rata Sasha.

"Dari tadi saya udah pengen meluk kamu," bisiknya di telinga Sasha, yang sontak saja membuat tengkuk Sasha merinding. Hembusan napas Aldric terasa jelas di telinganya.

Saat makan siang tadi, Aldric sudah berjanji pada Sasha bahwa ia akan menjaga sikapnya pada Sasha ketika berada di luar.

Sasha berusaha melepaskan pelukan Aldric, "Pak…" serunya.

"Kan ini bukan di depan umum, cuma ada kita berdua," bisik Aldric lagi seraya mempererat pelukannya.

Sebenarnya Sasha suka dengan perlakuan Aldric ini, yang terkesan begitu manis namun tidak berlebihan. Hanya saja setelah seharian beraktifitas di luar ruangan, membuat tubuhnya berkeringat. Dan merasa tak nyaman karena sedikit lengket dan mungkin akan berbau tak sedap. Jika Aldric memeluknya mungkin akan tercium olehnya.

Sasha kembali mencoba melepaskan pelukan Aldric. "Lepas, Pak. Kita kan baru aja pulang," ujar Sasha tanpa mengatakan apa yang di rasakannya.

"Kenapa?" tanya Aldric tanpa melepas pelukannya.

"Badanku lengket, makin gerah aja dipelukin kaya gini," ucap Sasha pada akhirnya.

"Oh…, kamu takut kecium bau gak enak ya?" tebak Aldric, "Gak kok, kamu wangi, aku suka," lanjut Aldric seraya mengendus leher Sasha yang jenjang. Tentu saja tindakan Aldric itu membuat sensasi geli di lehernya hingga ia merinding.

"Jangan gitu! Geli…" ujar Sasha. Namun Aldric malah sengaja mengelus leher Sasha dengan bibirnya hingga membuat rasa geli itu semakin menjadi.

Sasha tampak menahan tawanya. "Udahhh… Pak!" seru Sasha tak tahan lagi. Jika begini terus dirinya akan semakin terangsang oleh tindakan Aldric itu.

"Jangan panggil Pak terus makanya," ujar Aldric.

Tangannya yang menyentuh tangan Aldric mencoba untuk melepaskan tangan Aldric yang memeluknya, Sasha mengangguk. "Iya, Aldric lepasin aku mau mandi gak enak badanku udah lengket," ujarnya kemudian.

Aldric tersenyum, kemudian melepaskan pelukannya. "Ya udah kamu mandi gih, saya juga mau mandi dulu…" ucapnya seraya memegang bahu Sasha kemudian memutar tubuh Sasha agar menghadap padanya. Dengan gerakan cepat Aldric mendaratkan bibirnya di bibir Sasha kemudian mengecupnya dengan lembut.

Matahari di luar hampir terbenam, kemudian Aldric melangkahkan kakinya menuju pintu. Tapi bukan pintu kamar Sasha. Melainkan pintu lain yang ada di kamar Sasha yang merupakan connecting door, pintu yang langsung terhubung dengan kamar sebelah di mana itu merupakan kamar Aldric. Keningnya berkerut.

"Kenapa ke situ?" tanyanya.

Aldric membalik tubuhnya pada Sasha kemudian tersenyum, "Tadi sebelum pergi aku sudah membuka pintu dari kamarku, jadi aku bisa masuk dari pintu ini sekarang," jelasnya.

Sasha hanya bisa melongo dengan ucapan Aldric tersebut. Ia tak tahu jika Aldric akan melakukan hal tersebut.

'Kalau gitu bukannya jadi kamar ini kaya jadi satu gitu, kan?' tanyanya pada diri sendiri di dalam hati, bersamaan dengan Aldric yang menghilang di balik pintu tersebut membuktikan jika memang benar jika Aldric sudah membuka pintu dari bagian kamarnya.

Aldric tidak menutup rapat pintu tersebut, agar ia bisa masuk ke dalam kamar Sasha kapan saja. Sasha hanya bisa menelan salivanya membayangkan hal tersebut.

"Kalau nanti pas gue lagi tidur tiba-tiba di masuk gitu aja gimana?" gumamnya sangat pelan.

'Bukanya itu yang lu harepin, Sha?' tiba-tiba saja ucapan itu terbersit di pikirannya.

"Ishhh!!" desisnya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pikirannya yang mulai berkelana ke mana-mana.

"Udah deh gue mau mandi dulu, selagi dia sibuk di sana!" ujarnya kemudian seraya berjalan menuju kamar mandi yang sebelumnya ia mengambil pakaian tidurnya. Sasha sadar kini ia tidak bisa seenaknya di dalam kamarnya sendiri, karena bisa saja Aldric masuk dengan tiba-tiba. Meski dia sendiri sebenarnya senang-senang saja.

Meski hubungannya baru saja semalam ia menjalin hubungan dengan resmi bersama Aldric, tapi perlakuan Aldric benar-benar lembut dan baik padanya.

Sasha kini sudah menanggalkan semua pakaiannya dan mulai berjalan masuk ke dalam bathtube. Sasha merendam tubuhnya di dalam air yang sedikit hangat yang tadi sudah ia penuhi sebelumnya untuk meregangkan otot-ototnya yang sedikit kaku.

Sasha tahu, Aldric sama sepertinya yang pernah kecewa dengan hubungan sebelumnya dan cukup lama tidak menjalin hubungan lagi setelahnya. Ia juga melihat dari tatapan mata Aldric yang begitu tulus padanya.

"Gue harap dia gak akan mengecewakan lagi…" gumamnya pelan.

Rasa sakit karena ditinggalkan dulu begitu saja masih terasa, meski ia sudah mencoba untuk melupakannya. Rasanya begitu sakit dan menyesakkan. Hingga selama ini ia cukup takut untuk menjalin hubungan karena takut kecewa lagi. Tapi entah mengapa ia bisa menerima Aldric begitu saja semalam.

Setiap sentuhan Aldric begitu hangat, bahkan ciumannya yang begitu lembut hingga ia tak mampu melupakannya. Aldric juga pria yang tegas dan tak pernah berbelit-belit saat berbicara. Tatapan matanya begitu hangat dan terlihat begitu jujur. Hingga Sasha sangat nyaman saat bersamanya. Apalagi Aldric tahu dengan masa lalunya itu dan mau menerimanya tanpa mempermasalahkan apa yang sudah ia lakukan dulu dengan mantan kekasihnya itu.

Sasha kembali dari lamunannya dan mulai menyelesaikan ritual mandinya. Setelah selesai ia segera mengeringkan tubuhnya dan mulai mengenakan pakaian tidur yang sudah disiapkan olehnya tadi. Dengan perlahan Sasha membuka pintu kamarnya, ia sedikit menyembulkan kepalanya untuk memeriksa keadaan kamar hotelnya, mencari keberadaan Aldric di sana. Namun Aldric tak terlihat di sana.

Sasha menghela napas lega. "Syukurlah dia belum datang," gumamnya pelan kemudian segera keluar dari dalam kamar.

Sebenarnya Sasha ingin merebahkan dirinya dan beristirahat, tapi ia takut akan kedatangan Aldric yang tiba-tiba. Hingga ia memilih untuk duduk di sofa dan menonton televisi. Sudah tiga hari ia berada di kamar ini, tapi baru kali ini ia menyalakan televisi di kamar ini.

Beberapa kali Sasha memindahkan channel namun tak juga menemukan acara yang menarik.

"Gak ada yang rame!" gumamnya, hingga akhirnya ia memilih untuk menonton sebuah film luar yang sedang tayang. Meski sebenarnya Sasha sudah pernah menonton film tersebut tapi itu tayangan yang lebih baik dari yang lainnya.

Sesekali matanya menatap ke arah connecting door, tapi tak ada pergerakan sama sekali dari sana.

"Kok gue jadi kaya berharap dia dateng ya?" gumamnya sangat pelan.

Sasha menghela napasnya kemudian kembali menatap ke layar televisi, dan menontonnya dalam diam. Sesekali ia memainkan ponselnya yang rupanya sudah banyak chat di grup chat dirinya bersama teman-temannya. Tapi saat ini ia sedang malas untuk membalas pesan-pesan itu.

"Nanti aja deh…"

Tak berapa lama connecting door itu bergerak dan mulai terbuka, terlihat Aldric yang mulai masuk ke dalam kamarnya.

"Lagi nonton?" tanyanya seraya berjalan menghampiri Sasha yang sedang duduk di sofa. Di tangannya ia memegang kantong kresek berwarna putih.

"Hmm," jawab Sasha seraya mengangguk dan membenarkan posisi duduknya.

'Ganteng banget sih!' gumam Sasha dalam hati namun ia tetap mengontrol ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja.

Aldric menaruh kantong kresek itu di atas meja, "Saya bawa makanan, kebetulan kita bisa memakannya sambil nonton," ucapnya.

Sasha memajukkan tubuhnya untuk sedikit mendekati meja, "Kayanya enak deh, baunya wangi…"

"Saya tadi pesan, dan ini baru datang. Jadi masih hangat, sebaiknya kita cepat-cepat makan," jelasnya seraya mulai membuka bungkusan tersebut dan aroma wangi mulai menguar memenuhi ruangan.

Sasha mengangguk dan tanpa malu mengambil sepotong makanan itu.

Aldric hanya diam dan tersenyum tipis saat melihat Sasha mengambil makanan itu dan mulai menikmatinya tanpa ragu dan malu-malu.

Ini salah satu yang ia sukai dari Sasha. Sasha tidak bukan tipe wanita yang akan menjaga imagenya di depan orang. Jika suka dia akan bilang suka, jika tidak dia akan bilang tidak. Apalagi urusan makanan, dia tidak pilih-pilih makanan seperti wanita lainnya yang akan terlihat malu-malu jika makan banyak apalagi di depan laki-laki.

"Suka?" tanyanya.

"Hmm, ini enak," jawab Sasha seraya mengunyah makanannya.

"Kalau suka habiskan ya, tapi makannya pelan-pelan aja," ujar Aldric seraya mengambil tissu di atas meja kemudian mengusap sudut bibir Sasha yang berminyak.

Entahlah tindakan kecil Aldric ini mampu membuat jantung berdebar dengan cepat begitu saja.

'Jantung gue lemah banget sih, kan cuma segini doang!' gumamnya dalam hati.

-To Be Continue-