webnovel

COUPLE DREAM [INDONESIA]

Vol. 1 (Regrets of a Bad Boy) Chapther 1 sampai 159 : Perjalanan cinta seorang Bad Boy dengan perempuan seumurannya yang sangat polos dan lugu. Vol. 2 (Relationship With Commitment) Chapthee 160 sampai 318 : Menjaga hubungan dengan porsi dan cara mereka masing-masing, namun menyakiti. Vol. 3 (Serious Problems Before Starting a Household) Chapthee 319 sampai -sekarang Konflik ini pecah begitu saja, melukai banyak orang, mengundang masalah lebih lebar dan lebih banyak lagi. Orang yang tidak memiliki masalah dengan orang itu menjadi terobsesi 'ingin ikut andil'. Salsha dan Aldi. Dia tidak percaya jika salah mengambil keputusan mengakibatkan teman SMA nya yang sudah dianggap mereka sebagai adik justru harus dipenjara karena keduanya percaya pada kakak Salsha. Sebenarnya ini bukan masalah besar untuk mereka, hanya saja dampaknya mulai terlihat semenjak tiga tahun waktu mulai berjalan dengan pelan. Apa masalahnya, dan kenapa terjadi perbalasan dendam?

sakasaf_story · วัยรุ่น
Not enough ratings
417 Chs

SESEORANG MELAKUKAN KEJAHATAN

"Sekali lagi ayah mengekang saya, saya tidak akan segan-segan mengundurkan diri sebagai anak!" Pria tua yang sedang mengesap kopi ditangannya melirik pada Wiga saat anaknya kembali ingin berbicara dengannya.

Semua orang memang mempunyai sisi egoisnya tersendiri, dan tidak sedikit yang sangat kesulitan mengendalikannya. Contohnya saja Wuga, dia terus egpis pada dirinya sendiri.

"Apa rencanamu nak, setelah ini! Kembali membangkang dan membuat masalah lagi?" Wiga terdiam.

"Satu kali lagi kamu melakukan apa yang kamu inginkan dan merugikan ayah, ayah tidak segan-segan melakukan hal besar membuatmu kehilangan semuanya, menurutlah,"

"Silahkan saja, ayah bisa lakukan apa yang ayah bisa. Dan saya bisa lakukan apa yang saya mau, ini hidupku sekalipun kau memporakporandakan hidup saya, ada saatnya seseorang merasa bersalah," Wiga membanting vas bunga diatas meja kecil didepan matanya dan berjalan keliar meninggalkan ayahnya.

Wiga menendang angin beberapa kali. Tiga bulan yang lalu, kejadian dimana hubungannya dengan Nita membuatnya membingungkan. Ini karena ayahnya dan anak haram itu. Airmata Wiga turun satu tetes dari mata kanannya, sakit sekali.

TIGA BULAN YANG LALU.

"Bukannya kita enggak ada janji?" tanya Nita menaikan alisnya bingung, Wiga yang baru saja sampai di rumah pacarnya menatap Nita dengan bingung juga. "Kan kamu yang minta buat jalan malam ini?" Nita kembali mengerutkan alisnya bingung. Jadi, bagaimana semua itu bisa terjadi begitu cepat. Perempuan didepannya tertawa lucu sekali.

"Gue?" tanya Nita pada Wiga menujuk dirinya sendiri. "Iya, kamu kan yang kirim pesan ke aku tadi malam," Wiga mengulangi ucapannya.

"Lo lupa, udah satu bulan ini kita putus," Mata Wiga melebar katena terkejut.

"Pu-putus?" tanya Wiga gugup sampai tidak bisa jelas mengucapkannya. "Gue enggak pernah bilang kalau gue minta putus," Nita memutar bola matanya malas.

"Mending lo pergi aja, gue enggak ada waktu buat lo," Nita berbalik untuk menutup pintunya, namun tangannya ditarik Wiga kasar. "Tunggu dulu,"

"Lepas!" Nita menghempaskan tangan Wiga sangat kasar. "Sekarang gue sama lo udah enggak ada hubungan apa-apa ya, jadi gue mohon sama lo. Jangan seenaknya sentuh gue,"

"Lo enggak lagi bercanda kan?" Nita memutar bola matanya kesal. "Apa lo pikir gue lagi bercanda sekarang?" Wiga menelan ludahnya sulit.

"Satu bulan yang lali, 16 Juni. Lo kirim pesan sama gue kalau lo udah enggak mau pertahanin hubungan kita. Lo maki-maki sama gue, dan saat gue minta buat lo buat jetemu saat itu juga lo enggak ngerespon dan bilang 'Makasih servisnya selama ini,' apa lo pikit gue jadi pacar lo cuma sebatas itu aja?" Wiga masih terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Nit, sumpah. Handphone ada diguen terus, gue enggak kasih siapa-siapa. Dan, gue enggak mungkin bilang kaya gitu ke lo. Gue beneran sayang sama lo," ucap Wiga menarik tangan Nita meyakinkan Nita jika itu bukan dirinya. Sayangnya Nita sudah menjauhkan diri dari Wiga agar tidak menyentuhnya.

"Enggak usah munafik, lebih baik lo pergi dari rumah gue sebelum dady gue lihat lo dan ngebunuh lo detik ini juga," Nita menusir Qiga masih dengan perasaannya.

"Nit," Nita mendorong bahu Wiga untuk menjauh. "Gue jijik sama lo sampai saat ini, detik ini juga gue benci banget sama orang yang cuma mau sesuatu dari gue dan setelah dapetin apa yang dia mau orang itu ngebuang gue dan nyampakan gue gitu aja,"

"Apa perlu gue perjelas juga kalau lo juga ngirim bekas kondom yang lo pake? Dady gue yang buka, apa lo masih punya muda dateng ke sini ngajak jalan gue?" Wiga masih diam ditempatnya sulit sekali mencernanya.

"Selama ini gue enggak pernah ngirim yang aneh-aneh ke lo, gue berani sumpah. Tadi pagi lo kirim pesan ke gue kalau kita mau jalan, kenapa sekarang lo emosian gini?" Nita memutar bola matanya malas.

"Pulang dari rumah gue, gue muak lihat muka sok polos lo di rumah gue. Ternyata bener, orang jahat enggak akan bisa tiba-tiba berubah jadi baik. Lo contohnya,"

Ingatan Wiga masih jelas saat Nita benar-benar memakinya habis-habusan hari itu. Wiga mengacak-acak rambutnya kesal. Dia menundukan kepalanya sangat lelah dengan jalan hidupnya sendiri.

Hubungannya hancur entah siapa yang memlakukannya, bunda nya tidak ada, dan ayahnya terus bertengkar dengannya. Jadi, apa alasan Wiga untuk bernafas sekarang.

"Mau sampai kapan lo jadi gelandangan?"

°°°

"LEPASIN CEWEK GUE BANGSAT!!" Aldi emosi sekali saat dua pria tingga menggunakan pakaian himat itu berusaha menculi Salsha.

"Jauh-jauh dari cewek ini atau gue potong tangan dia," Pria itu mendekatkan pisau kecil pada bahu Salsha menakut-nakuti Aldi.

'Sialan,"

"Mau apa kalian sama cewek ini?" tany Aldi santai-santai saja. Aldi tersenyum miring saat salah satu pria itu mulai berjalan maju ke arahnya. "Uang," Aldi berdecit, dasar pengangguran!

"Dibayar berapa lo mau culik cewek gue, sebutin nominalnya. Gue yakin bos lo lebih miskin dari keluarga gue," Satu pria yang memegangi Salsha menatapnya remeh, dia menujukan amplop coklat dengan tiga centi tebal uang. "Lima belas juta dolar,"

Aldi menarik tangan Salsha kasar sekali dan gerakan itu membuat Pria itu terkejut. Aldi mengambil alih pisau ditangannya dan melukainya dengan mudah di bahu kanannya dan mencabutnya lagi. Salsha tidak percaya saat melihatnya.

Satu tusukan kembali Aldi lakukan pada orang yang sama di kaki kirinya. Aldi melakukannya lagi pada pria satunya di tempat sayang sama. Salsha menelan ludahnya sukar.

'Tikaman di bahu dan kaki kiri engga membuat mereka mati dan gue masuk penjara kan?'

"Yang," Salsha bergumam masih tidak percaya jika Aldi melakukannya dengan sangat cepat. "Lari!!"

Aldi yang bersiap menyusul Salsha justru mendapat lemparan pisau cepat pada punggunya, Aldi menariknya cepat juga dan melemparnya ke sembarang arah.

Tujuannya sekarang hanya Rumah Sakit, Aldi harap dia tidak membuat Salsha khawatir berlebihan dengan pingsan ditengah jalan.

"Keja bagus,"

Hal paling bahagia adalah saat semua waktu berjalan tidak ada kendala dan hari-hari saya berjalan tidak ada masalah.

sakasaf_storycreators' thoughts