Gadis cantik, berkulit Putih, baik hati, tidak suka melihat orang ditindas, pemberani, berambut panjang, bermata coklat. Tak suka dengan orang yang selalu menindas orang lain. Ia selalu membela orang yang sering ditindas oleh mereka-mereka yang tergabung dalam sebuah geng – geng an sekolah. Istilah geng – geng an sering dijumpai di sekolah – sekolah menengah keatas. Salah satunya di SMA Wiradi. Banyak dari mereka yang membully serta menindas teman mereka karna sebuah hal sepele diluar nalar.
*****
"lo mau makan apa?bakso, somay, mie ayam, atau apa? Gue yang traktir" semua makanan yang ada di kantin Luna tawarkan menunjuk satu persatu gerobak makan yang berjejer di Kantin sekolah.
Chika teman baru yang juga adik kelasnya hanya melongo dan diam saja, dia bingung harus memilih mana yang akan dia makan. Keheranan terjadi dalam diri Chika bagaimana bisa Luna memperlakukan dirinya sebegitu baik padahal mereka baru kenal selama beberapa hari ini. Luna begitu baik terhadap dirinya jelas – jelas, ia hanya murid baru di SMA Wiradi.
Banyak mata yang memandang ke arah mereka, ada mata yang memandang takjub sekaligus kagum dan ada juga mata yang memandang tak suka tertuju kepada mereka berdua.
"udah Chika, Gak usah ragu buat milih makanan nanti gue yang bayar" nada ramah mengiringi perkataan Luna yang sembari memegang bahu Chika yang masih kebingungan harus memilih makanan mana
"gue bingung mau makan yang mana Lun?" balas chika memandang Luna dan sesekali melihat – lihat foodcourt yang berbaris dikantin.
"kalau lo bingung gue aja yang pilihin gimana?" usul Luna yang terus melihat raut kebingunan diwajah teman barunya.
"Ayo kesana" tunjuk Luna kearah sebuah meja yang sudah terisi dua orang yang saat ini menatap kearah mereka dengan senyuman dan lambaian tangan.
" Lo berdua udah kekanti duluan tapi gak ajak – ajak kita, gitu ya!!" Luna pura – pura marah saat sampai di depan kedua temannya yang lain.
"Yah, bukannya gitu Lun. Lo kan tau sendiri tadi kita berdua disuruh Bu Montez ngumpulin buku ke kantor. Jadi, sekalian deh kita ke kantin" Ujar Dinda salah satu sahabat Luna saat berada di Junior High School yang hingga saat ini masih bersahabat bahkan satu sekolah dan satu kelas juga dengan Luna. Sebuah takdir sahabat yang selalu bersama.
"Iya bener kata Dinda, Sory-sory to say ya Lun. Udah deh gak suash merengut gitu jelek tau, udah jelek tambah jelek" Anya juga ikut berbicara. Anya sahabt Luna dan Dinda saat mereka berada di Junior high School (SMP). Mereka dulu sering dijuluki tiga serangkai saat di SMP karena mereka selalu kemana – mana bertiga.
*****
Kriingggg
Jam pelajaran terakhir berakhir juga, waktu yang sangat disukai dan di tunggu – tunggu para murid. Waktu bebas bagi mereka semua, terbebas dari segala macam aturan yang diterapkan sekolah. Rasa terkekang dengan peraturan yang ada membuat mereka mengibaratkan bahwa sekolah mereka saat ini layaknya sebuah penjara. Ya, pengibaratan yang diberikan oleh anak – anak yang merasa muak dengan sekolah. Apalagi sekolah di SMA Wiradi yang terbilang begitu ketat. Karna saat ini jam pulang sekolah telah tiba begitu banyak murid yang keluar kelas dan beranjak pulang. Lain halnya dengan Luna, setelah kedua temannya dinda dan Anya pergi pulang ke rumah mereka. Ia segera merapikan buku – buku miliknya yang berserakan di atas meja dan kemudian ia memasukkannya ke dalam tas.
Selesai dengan barang – barang miliknya Luna beralih mengambil sapu yang tergantung di belakang pojok kelas. Ia berniat untuk menyapu kelas itu. Kenapa dia menyapu kelas? Karna besok adlah jadwal piketnya. Ia sudah terbiasa piket kelas sebelum jadwalnya diesok hari.
Jika dia piket esok maka pekerjaannya tidak akan pernah selesai karna terganggu oleh teman – temannya yang berlalu – lalang dan ujung – ujungnya ia akan kesal serta marah – marah pada temannya. Setelah menyapu Luna mengambil ember dan beranjak keluar kelas untuk mengambil air. Ia berniat untuk mengepel kelas juga, kalau dibilang rajin memang benar Luna adalah seorang yang rajin dan bahkan seorang yang pekerja keras.
Sehingga banyak anak yang menyukai dirinya bukan hanya dari soal kecantikannya tetapi soal keperibadiannya ia banyak di sukai oleh oran – orang. Luna bukanlah orang yang cantik sekali, ia hanya cantik saja bagi orang yang menyuakai dirinya dan kepribadiannya. Bagi mereka Luna adalah sosok wanita yang cantik baik dalam maupun luar.
Luna yang berniat mengambil air teralihkan pandangannya kearah lapangan. Disana banyak anak – anak dari ekskul Paskibra sedang berlatih untuk perlombaan PBB yang akan segera di laksanakan beberapa minggu lagi.
Disana ia melihat seorang laki – laki sedang marah – marah kepada para pasukan paskibra bisa dilihat serta disimpulkan bahwa orang itu adalah Komanadan atau pemimpin Paskibra.
"itu anak nyeremin banget kalau marah. Pantesan anak – anak paskib pada nurut semua sama dia, lah marahnya aja macem Singa meraum. Iih nyeremin. Zach – Zach lo apa gak bisa senyum dikit apa?" ujar Luna pada dirinya sendiri sambil bergidik saat memperhatikan seorang Zach yang tengah marah – marah di lapangan.
Luna melanjutkan langkahnya menuju kelas, ia harus segera menyelesaikan pekerjaanya saat ini agar cepat pulang dan tiduran santai dirumah sambil menonton Drakor favoritnya.
Belum juga selesai mengepel lantai, sudah ada orang yang masuk kedalam kelas. Suara langkah kaki membuat ia mendongakkan kepala keatas memandang orang yang saat ini sudah berdiri didepan dirinya dengan pandangan kebencian yang menghiasi wajah orang tersebut.
"eh lo, ngagetin aja sih Ra!" mau ada perlu apa lo kekelas gue?" ujar Luna merasa tidak suka dengan kedatangan seorang Tiara mantan temannya dulu.
"gue kesini mau apa? Lo tanya itu kan?" jawab Tiara berjalan kearah meja yang ada disamping. Tanpa aba – aba atau tanpa pemberitahuan dia menjatuhkan meja itu kedepan. Untung saja meja tersebut tidak mengenai Luna yang dengan sigap langsung menghindar.
"ini yang gue mau" setalh menjatuhkan meja, secepat kilat Tiara juga menarik rambut Luna dan membentukannya kepala Luna ke tembok. Tidak cukup dengan itu semua, Tiara mendorong Luna ke lantai. Dorongan yang begitu keras membuat Luna kesakitan dan tidak berbicara apa – apa, ia hanya memandang ex temannya dengan tajam setajam silet.
"ini akibat lo udah ngelawan gue tadi, dan ini akibat lo yang jadi sok pahlawan kesiangan" dengan kejamnya Tiara mengambil dan menyiramkan air kotor bekas pel – pel an ketubuh Luna.
"gu, gue salah apa sama lo?" Luna akhirnya mengeluarkan suaranya walaupun dengan tergagap dan bibir bergetar menahan sakit.
"lo, gak tau kesalahan lo apa..?DASAR!!" emosi Tiara kembali memanas satu tangannya terangkat dan hendak menampar Luna yang ada didepannya terduduk lemas.
Plakkkk
Tamparan keras terdengar, bukan mengenai wajah Luna melainkan mengenai sebuah punggung kekar yang memeluk Luna, seorang Lelaki. Seorang lelaki tampan tengah memeluk Luna saat ini ia memasang punggungnya agar menghalau tamparan tersebut mengenai Luna.
Luna membuka mata yang sebelumnya tertutup siap menerima dengan pasrah tamparan yang akan diberikan tiara. Namun setelah sekian lama ia terpejam kenapa dia tidak merasakan sakit diwajahnya padahal suara tamparan sudah terdengar dari tadi dan kenapa saat ini tubuhnya serasa ada yang memeluk dirinya. Saat matanya terbuka betapa terkejut serta tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini
"Zach..."
°°°
T. B. C