"Mungkin kau bilang tidak akan mencintai. Tapi, tidak tau kedepannya seperti apa karena hati sudah ada yang membolak balikanya dari yang tidak mencintai menjadi mencintai "
Seminggu sudah setelah kejadian waktu itu dan sudah seminggu Zach dan Luna resmi menjadi sepasang kekasih. Walaupun tanpa ada pembicaraan, selama ini Luna berusaha berbicara pada Zach untuk meluruskan semuanya agar mereka semua percaya bahwa dia dan Zach tidak ada hubungan apa-apa.
Namun semuanya nihil, Zach hanya diam saja tanpa melakukan apapun. Luna yang sudah jengah dengan semuanya membiarkannya saja. Selama tidak ada yang mengusiknya Maka dia juga akan diam saja membiarkannya dan pura-pura tidak pernah terjadi apa-apa.
Memang sudah seminggu juga tidak ada yang berani mengusik Luna lagi, ternyata apa yang dilakukan Zach waktu itu ada keuntungannya juga, dia akan menikmati semua ini
Luna saat ini sedang berada diruang OSIS disana sudah berkumpul para peminpin OSIS mulai dari ketua, Wakil, sekertaris, bendahara, tidak ketinggalan juga para petinggi Paskibra pun juga ikut berkumpul termasuk Zach yang notabennya Ketua Paskibra. Pak Hasan selaku Waka Kesiswaan dan juga pembina OSIS tentu saja juga ikut dalam rapat itu.
"Assalamu'alaikum wr. wb." buka Pak Hasan dengan salam
"Wallaikumsalam wr. wb. " jawaban serempak diberikan semua murid yang ada disitu.
"tinggal dua hari lagi kita Akan melaksanakan Lomba PBB, Alhamdulillah semuanya sudah siap. Tapi masih kurang, kita harus mengganti seragam Paskib kita. Jadi, bapak harap hari ini kamu Zach tolong beli seragam yang keren. Dan tolong Luna bantu Zach untuk membelinya"
"Tapi pak, kenapa saya. Maaf saya tidak bisa pak" sahut Luna ketika Pak Hasan menunjuknya.
"Tentu harus kamu, kamukan bendahara OSIS tidak ada penolakan. Sekarang kamu boleh izin keluar bersama Zach" final ucapan dari Pak Hasan tidak mungkin bisa dibantah. Dengan terpaksa Luna berdiri dari duduknya dan menyusul Zach yang sudah keluar terlebih dahulu
"Mana mobil loe ? "tanya Luna saat sudah sampai diparkiran sekolah.
"Ayok naik" ujar Zach yang sudah berada diatas motor muliknya
"loe naik motor,? Gue gk mau naik motor, loe nanti cari kesempatan lagi sama gue" ujar Luna konyol saat memperhatikan motor Zach, motor sport dengan jok belakang yang lebih tinggi. Bisa dibayangkan kan, gimana posisi Luna nanti. ..
"Gue tinggal "ujar Zach singkat dan segera menjalankan motornya
"Tunggu,.. " Luna menghentikannya dan dengan was was dia menaiki motor itu.
"Gak usah takut, gue gak bakal cinta sama loe." ujar Zach tiba-tiba
"ap.. Apa? " ujar Luna terkejut dia tidak mengerti dengan maksud Zach
"Loe mau kerjasama sama gue, loe cukup pura-pura jadi pacar gue sampai waktu yang gue tentuin. Kalau loe mau gue bisa nolong loe dari mereka yang ganggu loe" baru kali ini Zach berbicara panjang sekali
"Gue gk ngerti sama sekali loh maksud loe apa" ujar Luna sedikit mendekatkan dirinya pada Zach jujur dia tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan manusia es barusan. Karena memang kondisi jalan yang saat ini ramai.
"Nanti gue lanjut lagi kalau kita udah sampai " ujar Zach
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai kesalahan satu Mall besar di kota ini. Luna bergegas turun dan berjalan masuk mall terlebih dahulu.
"Loe mau ketoko sebelah mana dan mau nyari model bajunya kaya apa" Tanya Luna setelah dirasa Zach berdiri didekatnya
"Udah dirumah" ujar Zach datar dan berjalan meninggalkan Luna
"What, maksudnya apa sih tuh anak.. Pak Hasan bapak tega banget sama gue, kenapa gue disuruh pergi sama manusia es" ujar Luna kesal sambil sesekali memandang keatas.
Zach malah pergi ke sebuah Caffe yang ada di Mall tersebut, Luna yang berlari-lari kecil dibelakangnya merasa bingung.
"Eh, manusia es. Ngapain loe malah masuk ke Caffe ayo kita nyari baju"
"Bajunya udah ada dirumah, "
"Whatt, maksud lo"
"Udah beli" singkat tanpa panjang lebar dan semakin membuat Luna kesal dengan orang didepannya ini yang dengan santainya menyeruput Cappuccino
"maksud loe apa? Ngomong singkat banget. Maksud loe udah beli bajunya gitu dan sekarang udah ada dirumah loe?"
Tidak ada jawaban Zach hanya diam saja, Namun Luna sudah mengerti jika manusia es hanya diam saja berarti itu benar. Sudah cukup Luna benar-benar emosi
"KALAU UDAH BELI KENAPA LOE GAK BILANG SAMA PK HASAN, KALAU LOE BILANG GUE GAK BAKAL DISURUH PERGI SAMA LOE" sangking emosinya Luna sampai menaikan nada suaranya sehingga para pengunjung Caffe menatap kearah mereka berdua yang menunjukkan ekspresi berbeda. Zach hanya diam saja sementara Luna mencoba mengontrol emosinya.
"Sudah? Duduk " ujar Zach singkat sambil menarik tangan Luna agar duduk dikursi sebelahnya
Luna menatap Zach dengan tajam seakan ingin sekali membunuh manusia didepannya.
"Gue bakal nerusin tadi yang dijalan, Loe bakal Jadi pacar pura-pura gue sampai waktu yang gue tentuin, kita kerjasama. Loe jadi pacar pura-pura gue dan gue bakal ngelindungin loe dari mereka yang gangguin loe gimana? "
"Terserah, gue juga gak nganggep loe pacar gue. Jadi, tenang aja gue juga gak cinta kok sama loe. Bye gue pergi dulu. Loe udah buang-buang waktu gue" Luna langsung pergi dari hadapan Zach dia benar-benar kesal dengan manusia es itu bukan kesal karena perkataan Zach barusan tapi kesal dengan sifat anak yang menyebalkan.
°°°°°
"Luna pulang, Hello" Teriak Luna saat sampai didalam rumah besarnya.
"Eh, adik kesayangan gue udah pulang " ujar seorang laki-laki yang turun dari tangga sambil menggendong balita laki-laki digendonganya.
"loh, loh, kok, kok kak Liam disini? Kapan datengnya iihh sama sepupu gembul aq lagi" Ujar Luna berjalan mendekati sang kakak sulung dan kemudian mencubit pipi keponakannya yang menggemaskan.
"Mana kak Zahra sama kembarannya sih Julian" tanya Luna saat tidak melihat kakak iparnya dan keponakan kembarnya yang satu lagi.
"Itu tadi lagi diatas sama mami mereka" jawab Liam
"lah Papi dimana? "
"Papi masih mandi, tadi baru pulang ngantor"
" waah kayaknya gue gak dianggap nih dirumah ini" ujar seseorang yang baru saja masuk
"Hehehe, sorry-sorry kak Onil" Ujar Luna. Lionil kakak kedua dari Luna, pantas saja Luna merupakan anak kesayangan dan cucu kesayangan dikeluarga Rayes, semua keluarga laki-laki. Dikarenakan ayahnya yang anak semata wayang dikeluarga Rayes.
" Tumben sih dek, loe baru pulang" ujar Lionil.
"IYAA, gara-gara manusia es " ujar Luna kesal
"manusia es? " ujar Liam dan Lionil serempak sambil sesekali saling pandang
"udah ah malas bahas tuh orang , gue mau kekamar " ujar Luna dan langsung berjalan meninggalkan kedua kakaknya yang memandangnya aneh
"Dek, loe dipanggil Daddy suruh turun" teriak Onil dari balik pintu kamar Luna karena pintu dikunci sang adik
"Iyaa"
Luna pun segera keluar dari kamarnya dan turun untuk menemui ayahnya yang ternyata sudah ada diruang keluarga bersama yang lainnya.
"iya kenapa Dad?" ujar Luna saat sampai dihadapan papinya
"duduk dulu, " Luis mmenyuruh anaknya untuk duduk terlebih dahulu.
"Daddy denger, kamu sering dibuly ya disekolah? Bilang sama Papi siapa yang berani ngebully kamu"
"ngg.. Nggk, siapa yang bilang" jawab Luna ragu
" Kakakmu Liam yang bilang" Luis melihat raut wajah Putri penuh selidik, ia menanti putri kesayangannya ini akan jujur atau tidak.
"Issh kak Liam nih bikin berita Hoax aja loh" Luna menatap penuh kekesalan pada kakak sulungnya yang kebetulan juga ada diruang TV bersama Baby Julian.
"Iya, kak Liam nih bikin berita Hoax aja" Timpal Lionil yang baru saja datang dan langsung menerima lemparan bantal sofa dari sang kakak
" waah perilaku daddy buruk ini, kasihan keponakan gue punya daddy kayak kak Liam" Lionil langsung menggendong Julian sambil mengelus elus rambutnya lembut.
"Lionil, datang-datang langsung ikut ngomong " ujar Luis sambil menatap anak keduanya itu.
"ehmm" Lionil merungut saja sambil menggendong Julian dan duduk disofa sebelah Luna.
"Benerkan kamu di bully disekolah mu dan Papi denger Ayah dari temanmu Tiara datang kesekolah dan menamparmu" ujar Luis kembali kepada topik antara dirinya dan siputri bungsu
"Oh, berarti Daddy yang menghentikan kerjasama dengan om Hermawan" tanya Luna tiba-tiba saja
"Nggak usah main menghentikan kontra dengan orang Dad, kasihan kalau perusahaannya bangkrut gimana nasib anak buahnya nanti? " ujar Luna lagi
"Bukan Daddy dek yang menghentikan kerjasamanya tapi kakak, kakak nggk terima aja kamu diperlakukan seperti itu. Kata Bg Gerald kamu ditampar berkali-kali, kamu juga direndahin sama dia. Jujur kakak nggak terima aja seumur-umur kamu nggak pernah Papi, Kakak, dan Kakakmu Lionil nampar kamu. Nggk pernahkan, dia yang cuman orang lain beraninya nampar anak kesayangan keluarga Rayes. Jadi, kakak gak bisa tinggal diam dek" ujar Liam panjang lebar sambil menahan emosinya dikala ia mendengar ceritanya dari sahabatnya bahwa adiknya disekolah ditampar oleh orang.
"Tapi, Kak.. " belum selesai Luna berbicara Papinya sudah memotong terlebih dahulu
"nggak usah tapi-tapi, dia memang pantas mendapatkannya. Salah sendiri dia berani meninggalkan bekas tangan kotornya diwajah putri kesayangan ku"
"Bagus Liam, kau memang kakak terbaik, kau bisa melindungi adikmu" ujar Luis kembali sebelum dia meninggalkan Ruang keluarga tak lupa dia melirik kearah Lionil yang sedikit bercanda gurau dengan keponakan kecilnya.
"Why, Why, Dad? Whats wrong with me?" Ujar Lionil kesal saat mengetahui Papinya melirik kearahnya.
"Yeah, I know aku bukan anak yang bisa dibanggakan, Guekan beda sama tuh orang.. Gue gak perduli" ujar Lionil lagi sambil menunjuk kearah Liam
"Main yok kak" ajak Luna Pada Lionil, dia tahu Kakak satunya itu sedang kesal
"Main kemana adik gue yang cantik, ini udah malam.. Bisa-bisa kita berdua bisa mampus sama dua orang killer bee dirumah ini" Ujar Lionil sambil beranjak dari sofa dan menyerahkan Julian pada Liam.
"Nih anak loe, Keponakan imut gue, gue harap loe nggk kayak daddy sama kakek loe ya" ujar Lionil menyerahkan Julian pada Liam dia juga tidak lupa berbicara pada Julian entah Julian mengerti atau tidak maksud pamannya itu#Aneh nih si Lionil anak Balita diajak ngomong
"Udah ah, gue juga mau nyusul Kak Lionil keatas bete gue disini sama yang namanya Killer bee satu" ujar Luna segera beranjak dari sofa dan menyusul kakaknya Onil yang terlebih dulu pergi kelantai dua.
°°°
T. B. C