webnovel

Bagian 3

" Jadi Lo mau ngomong apa?"

Di atas gedung sebuah sekolah tinggi negeri, terdapat dua orang pemuda yang berdiri saling membelakangi satu sama lain dengan berbataskan tiang penyangga.

" Ada perintah selanjutnya dari tuan Hans," ujar Alen sembari memutar-mutar pisaunya.

Alaska menghembuskan nafas panjang. " Apa?"

" Lo harus pindah sekolah, tepatnya ke SMA Aries. Dan keterangan lebih lengkap Lo bisa baca surat ini." Alen menyerahkan surat yang tadi di serahkan Hans padanya.

" Jadi gue harus pindah ke SMA Aries supaya gue bisa lebih fokus menjaga Wakil ketua kalian, gitu?" tanya Alaska setelah membaca surat dari Hans.

" Bener," jawab Alen.

Alaska tersenyum tipis. " Tapi dia nggak akan bisa ngelakuin itu, karena bokap gue nggak mungkin setuju gue pindah sekolah, apalagi keadaannya gue hampir lulus."

Alen tertawa keras. " Lo tau, Hans udah maju selangkah di depan Lo. Dia sudah izin soal kepindahan Lo sama bokap Lo, dan dia setuju kalo Lo pindah ke SMA Aries."

Senyum Alaska luntur, ia hanya bisa pasrah meratapi nasibnya ketika jalan hidupnya di atur-atur oleh Hans. Bukannya dia tidak bisa melawan, dia bisa bahkan sangat bisa untuk melawan Hans. Tapi dia terlanjur males duluan karena sifat Hans 11 12 sama bokapnya yaitu keras kepala, entah bagaimana si Hans itu membujuk bokapnya sampai dia setuju.

" Jadi kapan gue pindah?" tanya Alaska lesu.

" Satu Minggu lagi."

Setelah menjawab pertanyaan Alaska, Alen pergi sembari meloncat dari atas gedung sekolah.

Alaska yang melihatnya terkejut bukan main, sampai-sampai mulutnya terbuka. " Nggak jatuh kan dia?"

" Syukurlah nggak ada mayat di bawah," ujar Alaska setelah melihat ke bawah.

" Ka, Lo ngapain di atas? Semua anggota OSIS sibuk beresin lapangan di bawah," ujar Carrie setelah melihat Alaska di atap gedung sekolah mereka.

" Terus Lo juga ngapain di atas?" timpal Alaska mengalihkan pertanyaan.

" gue disuruh Vilo buat ambil tiang bendera disini," jawab Carrie beralih mengambil tiang tersebut yang ternyata berada di samping tempat Alaska berdiri.

" Ayo Ka, Lo udah dicariin Caca dibawah." Carrie pergi ninggalin Alaska dengan membawa tiang bendera pesanan Vilo.

Alaska tersenyum tipis. " SMA Aries ya? Menarik juga."

" ALASKA!! CACA NGAMUK-NGAMUK NYARIIN LO, CEPET TURUN KE BAWAH!!" teriak Carrie dengan suara dolphin-nya.

" Iya, sabar." Alaska memutar bola matanya malas. " Gadis itu selalu saja membuat gue malu."

Alaska tidak tau bahwa pindahannya dia ke SMA Aries akan membawa dampak yang besar buat kehidupannya kelak. Ayo kita saksikan bagaimana repotnya seorang Alaska Darren dalam mengurus sang wakil ketua kesayangan Rose Gold.

••••

" Lama banget sih kalian," ujar Vian kepada Viona dan Vero yang baru saja kembali dari mobilnya setelah mengambil tas Viona yang tertinggal. Kedua gadis itu langsung berjalan melewati Vian tanpa rasa bersalah, setelah Vian dengan senang hati menunggu mereka.

" Sabar Yan. Punya dua kembaran yang sifatnya mirip kucing ya gitu, berasa bos sama babu," timpal Millan dengan nada prihatin dan mendapat anggukan setuju dari Vian. Cowok itu tadinya memilih menemani Vian yang di seret oleh kedua kembarannya setelah Viona sadar bahwa dia meninggalkan tasnya di dalam mobil.

" Ayo Lan, kalo kita lama Alaska nanti marah." ujar Vian seraya membenarkan letak kacamatanya.

Mendengar itu, Millan pun mengangguk. Ia berjalan di belakang Vian sembari melihat lihat area lapangan sekolah mereka yang sekarang lebih rame dari biasanya. Tanpa sengaja Millan lihat Alaska yang sedang berbincang serius dengan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya.

Mungkin teman sekelasnya, pikirnya. " Yan, Lo tau gimana kelanjutan perjanjian Alaska sama Rose Gold?"

Vian menoleh, kemudian menggeleng. " Gue nggak tau. Tapi sepertinya Alaska nyembunyiin sesuatu sama kita."

" Kenapa Lo bisa kepikiran gitu?" ujar Millan. Cowok itu tengah memejamkan mata dengan tangan yang dia lipat di depan dada. Ketika melihat kekasihnya tertawa lebar dengan salah satu teman cowoknya.

" Vilo cerita sama gue, semenjak Alaska balik dari markas Rose Gold dia nggak pernah cerita apapun tentang perjanjian yang Hans bicarain kemarin." Vian menjawab seraya merangkul kedua adiknya yang asik menggoda teman sekelasnya.

" Ganggu aja Lo."

" Lama banget datangnya. Cepet taruh tas kalian di kelas, SMA Aries udah mau sampai, kita harus menyambut kedatangan mereka," ujar Alaska kepada Vian yang berada di depannya. Meminta cowok itu untuk bergegas.

Vian dan yang lain lantas berlari menuju kelas mereka masing-masing meninggalkan Alaska yang sedang di marahi oleh guru mereka. Sebenarnya Vian tidak tega melihat Alaska selalu kena marah sama guru kedisiplinan mereka, tapi kalau mereka ikut campur atau membela Alaska malah Alaska yang akan memarahi mereka karena menganggap bahwa mereka ikut campur sama masalahnya.

" Baik Bu saya paham. Nanti saya akan bilang sama mereka untuk berangkat lebih awal," ujar Alaska sopan.

" BUBARIN AJA GANG KALIAN YANG TIDAK BERGUNA ITU, SAYA CAPEK MARAHIN KAMU SETIAP HARI TAPI TINGKAH KALIAN TIDAK ADA YANG BERUBAH SEDIKIT PUN," teriak guru kedisiplinan itu di depan muka Alaska. Ia menunjuk-nunjuk Alaska dengan muka memerah, kemudian pergi setelah Alaska diam tidak menjawab sepatah kata pun.

" Dasar tidak berguna," gumam guru itu sebelum benar-benar pergi dari sana.

Alaska menghela nafas lelah seraya pergi dari tempat tersebut menuju gerbang sekolah mereka meninggalkan seluruh siswa Sagitarius yang memandangnya kasian, juga meninggalkan seorang pemuda yang cukup terkejut dengan kejadian tersebut, ia di utus ke SMA Sagitarius untuk melaksanakan perintah dari ketuanya guna menemui Alaska setelah Alaska menyetujui permintaannya semalam.

" Gue nggak tau kalo kehidupan sekolah Alaska seperti ini, kenapa ketua bisa sampai mempercayakan 'senjata Rose Gold' kepadanya, dia bahkan tidak bisa membuat nama gang mereka baik di sekolah," ujarnya. Perkataannya itu membuat seseorang yang terhubung dengan earphone di telinganya terkekeh kecil.

•••

" Everly Charlotte A. Senjata Rose Gold a.k.a Wakil ketua Rose Gold, tugas Lo dimulai hari ini." Alaska mengernyitkan keningnya setelah membaca surat dari Hans. Cowok itu berfikir bagaimana cara dia menjalankan perintahnya ketika ia tidak tau siapa yang ia harus jaga.

" Kalian fikir gue langsung tau siapa wakil ketua kalian cuman dengan namanya saja?" tanya Alaska datar.

Tito, salah satu anggota Rose Gold yang diutus Hans itu tersenyum kecil. " Tentu tidak Alaska, kami tau Lo nggak sehebat itu."

" Itulah gunanya kami ada disini, untuk menjelaskan ciri-ciri wakil ketua kami. Dengarkan baik-baik gue nggak mau ada pengulangan." Rionca menjeda ucapnya, ia menghembuskan nafas kasar kemudian membaca bukunya lagi. " Dia Everly Charlotte A. biasa dipanggil Erly, berkulit putih, berambut cokelat panjang, tingginya kira-kira sepundak Lo lah, dan yang paling menonjol darinya adalah selalu memakai gelang yang berbentuk bunga mawar emas yang melambangkan gang Rose Gold."

" Dan buat mempermudahkan Lo menemukannya, ketika Lo liat ada segerombolan cewek yang ketika mereka lewat orang-orang disekitarnya menepi, dia selalu berada di barisan tengah," timpal Tito setelah merebut buku yang Rionca baca.

" Gimana caranya gue tau tentang hal itu," ujar Alaska frustasi.

" Lo ingat kan kalo murid Aries masih berada di sekolahan Lo, perhatiin semua siswi Aries yang lewat, mudah bukan?" jawab Rionca santai, seraya pergi dari gudang tua yang mereka tempati.

Setelah upacara selesai, Rionca dan Tito dengan seenaknya membawa Alaska tanpa izin ketika Alaska tengah dinasehati guru kedisiplinan SMA Sagitarius. Mereka membawa Alaska ke gedung tua yang dulunya adalah gedung olahraga Sagitarius tapi sekarang tidak terpakai lagi karena suatu alasan.

" Gue punya satu tips buat Lo, carilah dia di kantin sekolah dia selalu berada disana sepanjang waktu." Tito pergi menyusul Rionca setelah memberikan sedikit saran kepada Alaska.

" Di mulai hari ini? Menjaga senjata mereka? Diincar banyak musuh? Mustahil," gumam Alaska bangun dari duduknya dan pergi dari sana.

Alaska terus memikirkan perkataan Rionca dan Tito sepanjang jalan bahkan tanpa sadar ia sudah sampai di kantin utama Sagitarius.

" Bos, Lo kemana aja dari tadi, cepet kesini lama banget Lo!" teriak Viona dari arah meja tempat dimana semua sahabatnya duduk.

" Lo kenapa bos? Kesambet cowoknya Ella?" ujar Vian yang mendapat tinjuan sayang dari Ella yang dari tadi hanya diam sambil memakan baksonya.

" Diem Lo!" bentak Ella.

Alaska yang melihat drama dari para sahabatnya tersenyum tipis, ia mengambil botol minuman yang berada di tengah-tengah meja.

" Jangan gitu Yan, kasian Ellanya. Udah nggak pernah ketemu pacarnya, sekarang Lo roasting lagi," ujar Alaska ikutan meledek Ella.

" Lo mau gue timpuk juga, Ka?" timpal Ella berancang-ancang melempari Alaska dengan kerupuk yang mau dia makan. Tetapi dihadang Vilo karena ia melihat gerombolan orang memasuki kantin sekolah mereka.

" Ada apa, tiba-tiba rame banget gini?" ujar Vilo sembari menunjuk kearah gerombolan tersebut yang kini semakin lama semakin terlihat beberapa murid cowok Aries yang berjaga layaknya bodyguard.

" Ada apa sih?" ujar Viona berdiri dari duduknya. Kini ia bisa lihat siapa biang kerusuhan tersebut, yang tidak lain dan tidak bukan adalah The Diamond julukan orang-orang pada tujuh gadis yang tidak hanya cantik tetapi juga pintar di bidang mereka masing-masing.

" Oh mereka ternyata, pantes." Viona kembali melakukan aktivitasnya yaitu makan seblak dengan ceker ayam sebagai pelengkap.

" Emang mereka siapa, sampai semua siswa merhatiin mereka sebegitunya," tanya Ella setelah melihat bukan hanya murid Aries, tetapi murid Sagitarius juga ikut mendekat guna memfoto mereka. Yang mendapat anggukan setuju dari Vilo.

" Mereka The Diamond, kumpulan siswi Aries yang pintar juga cantik." Vero dengan ogah-ogah ikut menjelaskan.

" Cuman gitu? Bukankah itu hal yang wajar?" sambung Carrie beralih menyomot ceker Viona yang di balas Viona dengan melempar kerupuknya.

" Semena-mena banget Lo sama gue. Gini aja, biar Lo semua paham dan nggak kelihatan norak banget, gue jelasin daya tarik mereka satu persatu," ujar Viona sambil meletakkan sendoknya kemudian melipat tangannya diatas meja.

" Pertama, yang duduk dipojok kiri meja dia adalah Jiao si kakak disebelahnya ada Lian si adek, mereka dinobatkan sebagai pemain bulutangkis ganda putri terbaik khusus SMA dengan serangan tanpa diduga, yang membuat mereka meraih puluhan medali lomba baik di dalam negeri maupun luar negeri. Vero lanjut," ujar Viona pada Vero, cewek itu langsung mengambil minumannya dan meneguknya sampai habis.

" Udah dibilangin jangan makan seblak banyak-banyak, kepedesan kan Lo," amuk Vero yang balas tatapan tajam dari Viona.

" Gue cuman nyuruh Lo jelasin The Diamond, bukan buat ceramahin gue."

" Kalian liat cewek yang duduk di pojok kanan?" tanya Vero ke arah sahabatnya, mereka lantas mengangguk dan menatap cewek itu lagi.

" Dia Zoey Flower si jenius dari Aries, disebut-sebut sebagai 'Fisika Flower' karena telah memenangkan puluhan lomba Fisika sejak dia duduk di bangku sekolah menengah pertama, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negri bahkan dia memenangkan tempat pertama ketika ikut lomba di Inggris saat baru memasuki sekolah menengah atas."

Vilo yang mendengar marga itu langsung memotong ucapan Vero. " Flower? Sepertinya gue pernah denger. Bukannya itu marga dari pemilik perusahaan otomotif terbesar disini?"

Viona yang mendengar itu memutar bola matanya malas. " Bener. Tapi Lo belum dibolehin buat tanya-tanya tentang mereka, nanti ada waktunya sendiri."

" Oke, sorry. Lanjutin, Ro."

Vero tertawa lebar melihat wajah memelas Vilo, memang hanya Viona saja yang membuat Vilo diam tanpa perlawanan.

" Oke gue lanjut. Nggak hanya pintar dalam akademik, dia juga satu-satunya orang yang bisa mengimbangi kemampuan balap motor queen racing kita a.k.a Viona." Mereka semua lantas membuka mulutnya bermaksud bertanya tapi di tutup lagi setelah melihat tatapan tajam Viona.

" Dia juga menyandang status sebagai calon kakak ipar gue, atau pacar dari Vian." Vian tersenyum miring mendengar ucapan sang adik.

" Di sebelah Zoey, ada Mona 'princess of basket ball' si cantik berkulit putih pucat dengan mata biru safir itu membuat siapa saja yang mengenalnya akan terkejut dengan kemampuan basketnya yang tergolong unik, ia juga satu-satunya anggota yang memakai jilbab di The Diamond."

" Wow pacar idaman." Setelah berkata itu, Millan langsung mendapat lirikan tajam dari Viona dan Vero.

Setelah meminum susu strawberry milik co-leader mereka, Viona lantas mengambil alih menjadi inforgirl dadakan yang bertujuan untuk membantu anggota Ocean biar tau informasi terkini.

" Di samping si kembar, ada Heera pemilik gelar 'The Diamond guard' kemampuannya dalam seni pencak silat membuat dia meraih ratusan piala dari umurnya 5 tahun dan karena prestasinya itu dia di angkat sebagai satu-satunya siswi kelas 10 yang ikut menyandang nama The Diamond."

Vero langsung menyamber Viona. " Dia tu gemes banget nggak sih, kiyowo cute gitu."

" Sebelahnya Mona, ada Rachel si cantik berambut merah alami ia dijuluki sebagai 'pecandu sejarah' memenangkan pertandingan sejarah sejak dia di sekolah menengah pertama hingga dia ditawari masuk di universitas ternama di Inggris setelah ia menang melawan salah satu mahasiswa disana."

Vero tepuk tangan dan berujar. " Fyi, dia nolak undangan masuk universitas ternama di Inggris karena nggak mau ninggalin ke enam sahabatnya."

" Gue salut saat denger informasi itu," timpal Viona, ia menghela nafas karena harus menceritakan orang terakhir yang ada disana.

" Dan yang terakhir adalah 'Ring' si cantik penyatu mereka semua yang membuat mereka bisa bersama sampai sekarang. Erly namanya, si jenius Aries bahkan ia bisa mengalahkan leader kita saat dia lomba di Singapura tahun lalu, ia bisa dikatakan sempurna karena mempunyai wajah cantik bak princess dalam negeri dongeng dan kemampuan non akademiknya bisa dikatakan perfect karena ia adalah satu-satunya anggota yang mahir dalam memainkan alat musik dan jago dalam memanah."

Viona menutup cerita mereka, kemudian beralih ke meja yang dari tadi mereka bicarakan. Berbicara dengan salah satu anggotanya dan mengajaknya bergabung ke mejanya.

" Nahh, sekarang gue bawa artis kita. Kalian bisa tanya sepuasnya sama dia, karena kita berdua udah capek." Viona dan Vero lantas memejamkan mata mereka dan bersender di bahu lebar milik Millan. Vero disisi kiri sedangkan Viona di sisi kanan.

" Kalian mirip banget sama tetangga kita yang suami beristri dua," ujar Vian yang tidak dihiraukan kedua kembarannya.

" Nggak boleh gitu ay, bukankah mereka imut."

Mereka semua langsung menoleh kearah sumber suara, bukan karena apa tapi mereka baru kali ini mendengar suara gadis SMA yang super lembut. Sangat berbanding terbalik dengan suara anggota cewek mereka yang terkenal tajam dan ceplas-ceplos.

" Biasa aja dong matanya, dia punya gue kalo kalian lupa," ujar Vian beralih duduk di samping Zoey, mengusir Vilo dari tempat duduknya kemudian merangkul kekasihnya itu.

" Ay, nggak boleh gitu," timpal Zoey seraya mencubit tangan Vian. Yang dicubit hanya senyum-senyum sambil menggumamkan kata maaf.

Vilo yang melihat itu hanya bisa membuka mulutnya, cowok yang terkenal sadis di hadapan lawannya itu sekarang hanya bisa bingung akan apa yang terjadi sekarang. " Gue mau tanya, apa boleh?"

Semua yang mendengar pertanyaan Vilo langsung menoleh ke arah wakil ketua Ocean itu.

" Apa?" ujar Vian, masih merangkul Zoey.

Vilo menyeruput minumannya sedikit. " Bukannya apa, tapi gue penasaran gimana Lo bisa ketemu Zoey?"

" Itu rahasia," ujar Vian melepaskan rangkulannya.

Di waktu yang sama saat Vian melepas rangkulannya dari kekasihnya itu, salah satu siswa Aries mendatangi meja mereka.

" Zoey, waktunya pulang." Setelah mengatakan itu cowok tersebut langsung pergi dari meja mereka.

" Sudah saatnya pergi ternyata," gumam Zoey, berdiri dari duduknya.

" Maaf tidak bisa berlama-lama, aku sudah dipanggil. Selamat tinggal semuanya, senang bertemu dengan kalian semua," sambung Zoey, ia membungkukkan badan sebagai tanda hormat saat ia pergi.

" Bye Zoey, jangan lupa nanti malam yaa." Viona lantas bangun dari tidurnya saat mendengar ucapan selamat tinggal dari Zoey, berbanding terbalik dengan adiknya yang masih tertidur dengan berbantalkan pundak penasehat Ocean itu.

" Oke, bye-bye." Zoey pergi setelah mendapat anggukan dari Vian.

Tepat setelah Zoey sampai ketempat awal ia duduk, The Diamond lantas berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan kantin Sagitarius diikuti oleh orang-orang yang mengikuti mereka tadi.