"Terus aku harus gimana? Si Intan gamau itu bukannya kesempatan emas tapi kok aku jadi minder gini,"
Sejenak Kirana berpikir untuk mencari solusi terbaik. Karena jujur saja dia kurang fasih apa itu keislaman walaupun dia beragam Islam, shalat saja masih bolong-bolong apalagi harus ikut kajian segala dihadapan calon mertua cuy, hah mertua? Ngarep.
Terbesit pikiran yang tertuju pada seorang laki-laki yang mungkin bisa dijadikan perantara untuk dirinya perlahan menuju kebaikan. Indra? Ya dia adalah kakak kandung Kirana yang begitu baik hatinya, selain dia selalu memberinya uang dia juga yang selalu menasehati dirinya disaat posisinya salah dan tak benar.
"Apa kak Indra mau membantuku?"
Masih dalam keadaan bimbang harus bagaimana, acaranya pun memang dadakan, andai saja dia diundang dalam jangka waktu yang lama pasti ide cemerlang akan didapati.
"Tak ada cara lain selain menemui kak Indra. Ya, temui nanti sepulang sekolah." Kirana tak ada pilihan lain.
Kirana memasuki ruangan kelas yang cukup luas, kelas yang selalu ramai ketika tak ada guru pelajaran. Kelas yang sering sekali terjadi kegaduhan, beberapa anak laki-laki yang menjadikan meja sebagai alat musik dan gagang sapu sebagai pemukulnya, meja terus bersuara seirama dengan gerakan tangan anak laki-laki itu. Risih sekali jika dibayangkan, harus bagaimana lagi.
"Berisik banget sih ini kelas udah kaya pasar aja, lu nyaman gitu Tan?"
"Hah? Lu ngomong apa tadi Kir?" Intan yang sedari tadi terlalu menikmati alunan nada yang dimainkan anak laki-laki.
"Ck, udahlah lupakan." sahut Kirana yang memilih untuk diam tak melanjutkan pembicaraan itu.
"Haha biasa aja deh, lu jadi tuh datang ke acara Fahmi? Lihat deh tuh orangnya lagi dengerin apa kali asik sendiri sampe fokus ke layar handphone," kembali terfokus pada sosok laki-laki yang tengah memakai earphone dan fokus pada handphonenya.
Kirana yakin dia tak suka musik, mungkin dia streaming Islami? Atau kajian dan sebagainya. Entah kenapa Kirana sangat yakin akan hal itu, sotau memang iya itulah Kirana.
"Hello... udah doyan banget bengong karena Fahmi ya lu, gue dari tadi nyerocos lu dengerin enggak!!" cetus Intan.
"Enggak,"
"Aaaaaaaa Kirana, ah entahlah." Intan sudah muak dengan sahabatnya ini, sedangkan yang dilakukan Kirana tetap santai seperti tak ada salah.
***
Aroma wangi masakan yaitu nasi goreng spesial yang Azahra buat kali ini sampai membuat Indra tertawa dan menarik lengan istrinya berlabuh pada dekapan yang tulus.
"Ish main tarik aja, kenapa coba?"
"Gapapa pengen aja, gak boleh? Udah selesai belum lama banget aku sampe ngantuk."
"Iya lama banget karena spesial, jangan sampai pas dimakan bikin kecewa," ucap Azahra mematikan kompor dan menyajikan makanan itu ke dalam piring yang sudah ia siapkan.
Indra menunggu dimeja makan, tak lupa juga Azahra melepaskan celemek yang sedari tadi dia pakai selama masak nasi goreng.
"Kayanya udah enak nih, emm bumbunya juga udah pas baiklah siap disajikan untuk suamiku." Menuju meja makan dan melayani suami dengan baik, Indra hanya senyum-senyum melihat hal itu.
"Kenapa senyum-senyum? Aku cantik ya."
"Iya kamu cantik sayang hari ini, aku suka."
"Jadi kemarin-kemarin aku enggak cantik gitu? Ih nyebelin banget."
"Ish bukan kaya gitu sayang, maksudnya setiap hari kamu selalu cantik kok. Buktinya kamu satu-satunya wanita yang bisa membuatku jatuh cinta tak tergantikan sosokmu."
"Preeet gombal banget, udah nih selamat makan semoga suka ya. Tadi aku udah cicipi sih sedikit enak kok, tapi enggak tahu deh menurut kamu gimana."
Indra tak lupa membaca doa lalu menikmati disetiap rasa yang ada pada nasi goreng itu.
Tak ada komentar apapun yang membuat Azahra penasaran.
"Komen dong gimana rasanya? Enak apa enggak enak, atau ada yang kurang," tanya Azahra.
"Enggak ada kurangnya tuh, kenapa coba enggak komen?"
"Kenapa?"
"Ya karena enak banget, jadi untuk apa dikomen sayang."
"Aihh bisa aja nih gombal nya, tapi serius kan enak?"
"Iya serius enak kok, nih cobain aja sama kamu. Aku suapin ya, gimana pun kamu juga harus makan, gapapa kan makan sepiring berdua sama aku?"
Azahra tersenyum dan mengangguk.
"Alhamdulillah mau juga, nih bismilah dulu." Menyuapinya dengan mesra.
Dapat perlakuan selalu manis dari sang suami tentu membuat hatinya luluh lantah bergelora yang dirasakan Azahra.
"Iya ternyata enak rasanya, kamu mau di rumah aja atau mau ngojeg lagi hari ini?"
"Enggak sayang lanjut besok aja, karena hari ini spesial banget untuk kita berdua." Melanjutkan makan nya.
"Baiklah, oh iya gimana kalau mulai saat ini kita berdua ada panggilan khusus nya. Sebagai pasangan suami istri gitu? Biar enggak aku sama kamu terus manggil nya."
Indra mengerti dan langsung terbayang apa yang harus dia katakan.
"Gimana kalau panggilannya mas sama adek aja?"
"Boleh juga, yaudah aku panggil nya mas ya mulai sekarang," ucap Azahra.
"Dan aku panggil nya adek."
"Iya mas, kalau gitu silahkan lanjutkan makan nya nanti keselek kalau ngobrol terus," titah Azahra.
"Siap adek cantik."
Indra pun melanjutkan makan nya sedangkan Azahra menemaninya seraya disuapi saling bergantian.
***
Sore harinya setelah mereka menunaikan ibadah shalat ashar. Ada bel berbunyi menandakan ada seseorang yang datang dan menunggu pintu rumah dibuka.
Azahra berlarian kecil dari dalam kamar menuju pintu rumah.
Clek, dibukanya pintu rumah dan ternyata dia lagi yang datang.
"Assalamualaikum kak Zahra, bolehkan aku bertemu dengan kakakku." Kirana kali ini mengedepankan etikanya dengan mengucap salam serta salaman dengan kakak iparnya.
Azahra otomatis heran dong dengan perubahan dadakan itu? Tapi Azahra tetap biasa saja menanggapi hal itu.
"Waalaikumussalam iya boleh, silahkan masuk." Ajak Azahra yang saat ini mereka tengah duduk di ruang keluarga karena yang datang bukan sekedar tamu biasa melainkan masih keluarga.
Kirana yang melirik ke sana kemari melihat kakaknya belum terlihat.
"Kakak dimana? Apa dia tidak ada di rumah."
"Sebentar lagi juga dia pulang, dia masih shalat di masjid dekat rumah ini enggak jauh kok jadi insyaallah enggak akan lama," sahut Azahra.
"Oh masih di masjid, yaudah aku tunggu saja. Lagian ke sini bukan untuk main biasa kak, ada hal yang penting banget," ucap Kirana.
"Sepenting itukah sampai pulang sekolah langsung ke sini, ibu enggak cari kamu?"
"Aku sudah kirim SMS kok, tentunya enggak akan marah kalau tahu anaknya mengunjungi kakaknya sendiri," ucap Kirana.
"Hmm baiklah kalau emang begitu, mau minum ataupun ngemil tinggal ambil saja di dapur ya."
Saat ini Azahra memilih untuk tenang dalam menghadapi setiap orang, Kirana pun tetap menjaga etika yang baru saja dia perbaiki.
"Iya kak makasih ya, sebaiknya aku tunggu kakak pulang dulu," ucap Kirana tersenyum.
Azahra pun mengangguk saja.