Huo Weiwu dan Gu Gaoting berada dalam perjalanan sambil mengendarai mobil Humvee. Huo Weiwu yang tanpa sadar salah memberikan pertanyaan, malah membuat situasi dalam mobil itu terasa canggung.
Huo Weiwu pun sampai tidak berani bicara sedikitpun.
Gu Gaoting mengerutkan alis. Ia menghentikan mobil berlapis baja itu ketika sampai di lampu merah. Ia melihat spion belakang mobilnya.
Pada saat yang sama, Huo Weiwu melihat pemandangan seorang ayah dan anak. Pasti sang ayah sedang mengantar anaknya ke sekolah. Sang ayah membeli sarapan di pinggir jalan. Ia melihat jalanan sambil menggandeng tangan anaknya. Selain itu, ia juga menyeka bibir si anak. Pandangan sang ayah kepada si anak penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Di dunia ini, tidak ada cinta yang lebih besar dari seorang laki-laki, melainkan dari ayah. Cinta dari ayah itu tiada pamrih, paling memanjakan, dan paling lembut. Huo Weiwu perlahan menyunggingkan senyuman. Huo Weiwu yang semula berhati dingin, perlahan menjadi hangat.
Pandangan Gu Gaoting melembut dan bertanya, "Kau lapar?"
Huo Weiwu mengembalikan ekspresinya seperti sedia kala. Dalam hatinya, gadis ini tidak ingin makan bersama Gu Gaoting.
"Menurutku, dalam politik, lebih baik punya banyak teman daripada punya banyak musuh." Huo Weiwu mengutarakan pendapatnya.
"Musuhnya musuh adalah teman, orang yang berteman dengan musuh kita adalah musuh. Kau tahu, Jenderal Mei dan temanmu adalah musuh. Sejak aku memilihmu, otomatis aku sudah menjadi musuh Jenderal Mei, kecuali kalau aku berada dalam kelompoknya. Sebaliknya, apapun yang kau lakukan, akan sia-sia. Kenapa kau merendahkan dirimu?" Gu Gaoting mengucapkannya dengan dingin. Kemudian ia kembali mengemudikan mobil baja ini setelah melihat lampu sudah hijau.
Bola mata Huo Weiwu terkulai.
Semenjak ia meninggalkan lembaga besar negara, ia sengaja tidak bertanya-tanya tentang wilayah militer.
Huo Weiwu tahu kakaknya punya banyak lawan politik, tapi apakah ia tidak tahu siapa saja yang menjadi musuhnya?
Huo Weiwu hanya tahu jika Gu Gaoting adalah orang yang tidak menyenangkan. Jadi, hanya dengan menerima lamaran Gu Gaoting lah, konflik antara kakaknya dan musuhnya bisa mereda.
Tanpa terasa mobil ini sampai di depan gerbang tempat tinggal Huo Weiwu.
Huo Weiwu terbayang kejadian menyedihkan sebelum ia meninggalkan apartemennya. Setelah membuka pintu mobil baja ini, Huo Weiwu turun, "Terimakasih kau telah mengantarku pulang. Di sini ada lift, jadi tak usah repot-repot mengantarku sampai ke kamarku."
Gu Gaoting turun dari mobilnya menghampiri Huo Weiwu. Karena tubuh Gu Gaoting lebih tinggi, bayangan hitamnya seperti menyelimuti sekujur tubuh Huo Weiwu.
"Apakah di apartemenmu ada hal yang tidak bisa kulihat? Kenapa kau terburu-buru menyuruhku pergi?" Tanya Gu Gaoting tidak senang, tatapan tajamnya mengunci Huo Weiwu.
Huo Weiwu mengangkat senyum, bersandar pada kusen pintu mobil berlapis baja, "Percayalah padaku. Pergilah, nanti kau menyesal." Ucapnya dengan malas.
"Sejak awal aku tidak menganggap perbuatanmu sebagai penyesalan." Telapak tangan Gu Gaoting menahan kusen pintu mobil berlapis baja yang disandari oleh Huo Weiwu, lalu menutupnya.
Hal itu membuat Huo Weiwu sempoyongan dan hampir terpeleset. Alisnya mengerut memandang Gu Gaoting dengan jengkel.
Gu Gaoting merangkul erat Huo Weiwu. Wajah datarnya mengarah ke lift dan berjalan ke arah lift itu. Gu Gaoting berjalan dengan angkuh, sampai saat berjalan pun postur tubuhnya sangat tegap. Disisi lain, Huo Weiwu pasrah. Aslkan selama tidak ada hal yang memalukan terjadi dengannya, ia mau pergi mengikutinya. Terserahlah!
Gu Gaoting sampai di pintu apartemen Huo Weiwu, lalu melepaskan rangkulannya.
Huo Weiwu mengambil kunci di dalam tas.
"Weiwu, itu pacarmu? Pacar barumu ini lebih tampan dari pacar lamamu." Kata Bibi tetangga dengan ramah sambil tersenyum.
Huo Weiwu tidak berkomentar sedikitpun. Ada, ya, cara menyapa seperti ini?
Huo Weiwu tidak melihat perubahan ekspresi dari wajah Gu Gaoting. Ia bergegas membuka pintu, menghindari ocehan lain dari tetangga yang lain.
"Pacar lamamu kemarin datang. Semalaman dia ada di depan pintumu. Kau tidak meneleponnya?" Bibi itu berbicara lagi.
Huo Weiwu menutup pintu sehingga bibi pun tidak bisa melihatnya, yang ada malah melihat ke arah Gu Gaoting.
Wajah Gu Gaoting memburuk, ia menyapu kekacauan yang ada di apartemen Huo Weiwu, "Apakah tempat tinggalmu ini sama seperti tempat tinggalnya anjing?
"Kaulah Anjingnya. Kau tidak menemukan ada peraturan untuk barang hilang di sini? Kalau ada orang masuk, aku langsung bisa mengetahuinya lewat debu di lantai." Kata Huo Weiwu dengan nada sinis.
Pandangan dingin ada dalam mata Gu Gaoting. Ia pun memeluk pinggang Huo Weiwu, menariknya ke samping, menatapnya dengan penuh kewaspadaan, "Aku belum memberitahumu, kondisi ruangan yang berantakan dapat membangkitkan hasrat lelaki. Aku tak sabar menunggumu."