Huo Weiwu menggeser pandanganya ke arah Cai Ya, ia juga mengangkat senyumnya yang mempesona, "Tolong beritahu aku, Di mana toiletnya?"
"Huh, orang sepertimu tidak boleh mengotori toilet rumah ini. Pelayan, bawa dia ke toilet dekat taman bunga." Cemooh Cai Ya.
"Baik Nyonya." Pelayan itu pergi menuju taman bunga.
Tanpa suara, Huo Weiwu mengikuti kemana pelayan itu pergi. Selain itu, ia juga melirik ke arah ajudan Guo yang membawa empat orang bawahan untuk mengawal Huo Weiwu.
"Pelayan, menurutmu apakah Nyonya berharap aku mau menerima lamaran Gu Gaoting?" Huo Weiwu bertanya sambil memetik sehelai daun dan melihat danau kecil yang ada di belakang toilet di depannya.
"Pemikiran Nyonya tidak bisa ditebak oleh pelayan seperti kami." Jawab pelayan itu dengan sopan.
Huo Weiwu tertawa. Huo Weiwu suka berurusan dengan orang pintar, "Apa kau ingin melakukan hal yang benar?"
"Maksudnya?" Pelayan itu tidak paham dengan maksud gadis ini. Huo Weiwu membuang daun yang ada di tangannya itu ke tanah. Lalu ia melirik ke arah pelayan, "Aku beri uang 5.000 Yuan padamu untuk membeli sepeda listrik baru."
Pelayan terdiam. Dia masih tidak paham dengan maksud Huo Weiwu
****
Huo Weiwu memasuki toilet. Awalnya dia masuk dengan sikap biasa saja. Semua itu terjadi begitu saja.
Seketika hal ini membuat pelayan berteriak dengan keras, "Tolong! Siapapun tolong! Nona Huo lompat ke danau."
Empat orang yang berada di luar pintu pun masuk, melihat danau di luar jendela. Satu per satu dari mereka masuk ke danau.
Huo Weiwu keluar dari toilet dan mengambil kunci yang diberikan pelayan. Dengan melayangkan kecupan, ia pun lari meninggalkan tempat ini.
Huo Weiwu sudah membuat rencana dengan matang. Dia menaiki sepeda listrik yang kebetulan ada di sekitar lokasinya. Akhirnya ia bebas dari pengekangan, lalu berkendara menuju gang kecil yang gelap.
Kekuatan Gu Gaoting sangat besar. Kalau Huo Weiwu tidak meninggalkan Jiangning, pasti malam ini ia akan tertangkap oleh Gu Gaoting.
Jika pergi, ia tidak bisa mengendarai mobilnya sendiri karena mudah dideteksi di jalanan kota ini. Jika menginap di hotel, dia juga tidak bisa menggunakan KTPnya, termasuk juga ponsel yang tidak ingin ia nyalakan.
Huo Weiwu berhenti, lalu menghubungi seseorang.
"Yan Zi, wajahmu dan aku hampir sama. Pinjami aku KTPmu dua bulan saja, sehari akan aku bayar 500 yuan, bagaimana?"
"Kak Huo, kau baru satu bulan tidak bekerja. Apa kau punya uang?"
"Unta yang kelaparan lebih besar dari kuda, bukankah aku punya simpanan! Aku bisa memberimu uang muka 500 yuan. Kalau dua bulan kemudian aku tidak mengembalikannya padamu, kau bisa melaporkannya sebagai bentuk kehilangan. Bagaimana? Kau tidak percaya dengan sifat kakakmu ini?"
"Kalau begitu, datanglah ke rumahku untuk mengambilnya."
Huo Weiwu pun menutup telepon.
Hubungan antara Huo Weiwu dan Gu Gaoting memang sangat aneh. Awalnya, Huo Weiwu sendirilah yang berusaha agar Gu Gaoting melamarnya, sekarang ia malah kabur. Serasa seperti mengingkari usahanya sendiri.
Huo Weiwu takut Gu Gaoting mencari masalah dengan kakak pertama dan kakak keduanya.
Huo Weiwu mengetik pesan untuk Gu Gaoting.
"Komandan, aku menderita phobia kecemasan sebelum menikah. Demi keselamatan hidupmu, sekarang aku menjalani perawatan phobia, aku kembali kira-kira dua bulan kemudian, lalu akan bertunangan tepat waktu denganmu. Jangan dibaca keras-keras." Setelah Huo Weiwu mengirim pesan itu, ia pun mematikan ponselnya.
Saat Gu Gaoting menerima pesan itu, ia berada dalam perjalanan menuju rumah jenderal Mei.
Alisnya mengerut, tatapannya tajam, kemudian ia menghubungi ajudan Guo, "Ajudan Guo, mana Huo Weiwu?"
"Maaf komandan, saya baru saja ingin menghubungi Anda. Huo Weiwu melompat ke danau. Saya sudah meminta orang untuk mencarinya." Ujar Ajudan Guo dengan gugup.
"Kau boleh kembali ke kampung halaman untuk bertani." Gu Gaoting masih dalam sambungan telepon, lalu memerintah, "Cari Huo Weiwu di seluruh tempat!"
Gu Gaoting sudah dekat dengan kediaman jenderal Mei.
Sesampainya Gu Gaoting di kediaman jenderal Mei, Mei Lin berlari menghampirinya dengan hati yang gembira, "Gaoting, akhirnya kau datang kemari."
Gu Gaoting berdiri sempurna, pandangan tajamnya mengunci wanita itu. Suasana hatinya sangat tidak baik, seperti mematikan api yang menyala-nyala. Ekspresinya tegang, "Apakah kau baru saja memanggilku Gaoting? Karena jarak usia kita yang jauh, kau seharusnya memanggilku paman. Aku tidak punya kesenangan seksual pada anak kecil, khususnya yang seusia dengan keponakanku."