webnovel

Epilog (Musim Gugur Terindah)

Angin pagi yang seakan menusuk ke dalam tulang hari itu seakan membuka pintu gerbang cakrawala baru yang akan menuntun setiap insan memasuki musim gugur yang ditandai dengan berbagai jenis dedaunan dan pepohonan di berbagai penjuru kota yang mulai layu dan menguning karena tidak mendapatkan suplai sinar mentari yang cukup, serta hawa dingin yang mulai berhembus, untuk menyambut pergantian musim yang baru saja dimulai. Baru saja gadis itu membuka jendela kamarnya untuk sekedar menghirup udara segar di balkon pagi itu, tiba – tiba sebuah pesan di ponselnya telah muncul dan membuatnya terkesima untuk sesaat. Sebuah senyuman sumringah segera merekah di bibirnya ketika ia membuka pesan itu.

"Morning, sunshine. Udah bangun kan? Aku udah standby nih. Segeralah bersiap – siap karna kita akan berpetualang hari ini. Jangan lupa pakai baju yang tebal ya."

Selesai membaca pesan singkat tersebut, wajah Ivory segera merona. Ia pun segera mengiyakan pesan dari Jade dan membuatnya berpikir sesaat bahwa pria itu bahkan masih sempat memikirkan tentang kesehatannya, hingga membuatnya merasa tersanjung untuk sesaat. Tanpa berpikir panjang lagi, gadis itu segera mempersiapkan dirinya dan merias dirinya secantik mungkin untuk memulai petualangan baru dengan kekasihnya yang telah menunggu dirinya.

"Hai, maaf udah buat nunggu lama," ujar Ivory yang baru saja memasuki mobil dan langsung duduk di sebelah kemudi. Baru saja menutup pintu mobil, pria itu telah membuatnya terperanjat ketika ia tiba – tiba mendapati wajah kekasihnya yang sudah tidak berjarak dengan wajahnya karena pria itu langsung mengunci bibirnya dengan sebuah kecupan mesra.

"Dan ini adalah hukuman untuk kekasihku yang suka membuatku menunggunya lama," ujar Jade menyunggingkan sebuah senyum nakal lalu segera menyalakan kemudi mobil kesayangan James yang dipinjamnya hari itu untuk memulai perjalanannya.

"Usil banget sih Jade… Gak adil, hmph!" ujar Ivory yang meliriknya dan berdecak kesal seraya menutupi bibirnya.

"Hahaha… Kalo mau adil nanti ya, kita sampai di sana dulu… Duh…Kesayanganku ini manja banget sih… Bikin makin gemes tau nggak… Untung aja aku sayang…" ujar Jade seraya mencubit gemas pipi gadis yang kini berada di sebelahnya lalu tertawa usil.

Perjalanan seakan menjadi begitu menyenangkan bagi gadis itu karena dalam setahun sekali itulah ia baru memiliki kesempatan untuk melihat seluruh panorama yang ada di sekitarnya. Pohon – pohon yang telah menguning dan daun – daun jingga yang telah berguguran di sepanjang jalan seakan menambah kesan teduh dalam hatinya. Ivory terlihat sedang menyandarkan tangannya di bagian penyangga kaca jendela mobil untuk melihat keluar agar ia bisa merekam dengan baik segala siluet panorama itu dalam ingatannya.

"Apa gak capek begitu terus sayang? Daripada begitu lebih baik begini aja," ujar Jade memanggil gadis itu lalu segera memalingkan wajah gadis itu dan memiringkannya agar bersandar pada bahunya.

"Gimana? Lebih nyaman kan?" Ivory terlihat telah menganggukkan kepalanya pelan.

"Aku cuma takut membuat lenganmu terasa pegal dan capek nantinya sayang."

"Kamu terlalu banyak mikir sih sayang, lagipula sebentar lagi kita udah sampai tujuan kok. Tuh, udah di depan."

Kini mereka telah tiba di Taman Bougenville, taman terfavorit mereka sepanjang masa yang memiliki sebuah tapak yang menghadap ke Pantai Florida tempat Gubuk Rahasia Cinta berada di seberangnya. Seakan tak ingin membuang waktu, Jade segera menarik lengan gadis itu dan mengajaknya berlari kecil untuk mengitari taman yang saat itu belum didatangi oleh pengunjung manapun. Jade yang telah berlari lebih cepat mendahului gadis itu tiba – tiba sengaja menyembunyikan dirinya dibalik sebuah pohon besar seraya mengeluarkan sebuah syal tebal berwarna coklat keabuan dengan sebuah tulisan kecil berwarna kuning dibagian sudut syal "I LOVE YOU FOREVER" dari kantongnya. Ketika gadis itu terus mengitari taman dan tidak kunjung menemukan sosok pria tersebut hingga kini membuatnya berjalan menjauh, pria itu segera muncul dari balik pohon dan mengejarnya perlahan – lahan lalu dari belakang ia telah menutup mata gadis itu dengan syal yang telah dipersiapkannya dan mengikat ujung syal yang kini telah menutup kedua mata wanita tersebut dan membawanya berjalan ke sebuah spot yang baru ditemukannya akhir – akhir itu. Sebuah tapak lantai dengan dua anak tangga untuk mencapainya, lalu terdapat bangku besi taman yang berukiran bunga mawar dan menghadap ke sebuah pantai di seberangnya. Ivory yang merasa kaget dan telah meronta – ronta karena merasa tidak nyaman terhadap ikatan kain di mata, membuatnya terus berusaha untuk melepaskan ikatan syal tersebut.

"Tarraaa… Surprise…" ujar Jade segera melepaskan ikatan syalnya. Seketika silaunya hamparan air pantai yang berkilau dan sedang berdesir kesana kemari segera membuat gadis itu memicingkan matanya dan kemudian menangkupkan tangannya menutupi dahinya agar bisa menjadi pelindung bagi kedua matanya.

Kursi tersebut pun terlihat telah dihias dengan untaian bunga – bunga dan dedaunan yang menjuntai panjang. Belum sempat menikmati segala panorama di hadapannya itu, Jade kembali menghadiahkannya sebuah buket bunga mawar merah sembari menekukkan sebelah lututnya pada tapak batu taman tersebut.

"Hadiah spesial untuk wanitaku yang begitu spesial…" ujar Jade seraya menyunggingkan senyum manisnya yang seakan mampu melelehkan seluruh es yang membeku.

"Sayang…" Ivory yang merasa begitu terharu dengan mata yang telah berkaca – kaca tidak mampu meneruskan kata – katanya ketika menerima buket bunga tersebut lalu memeluk erat tubuh pria itu.

"Kamu menyukainya kan?" ujar pria itu seraya menghapus tetesan air dari pelupuk mata gadis itu lalu mengusap pelan wajahnya.

"Iya…Iya sayang, aku suka banget…Makasih banyak ya…Padahal kamu gak perlu melakukan ini…Bisa ke sini bareng kamu aja aku udah senang banget sayang…Tapi ini…apa? Perasaan biasanya kita berkunjung gak pernah melihat semua ini deh," ujar Ivory terisak.

"Nanti akan kuceritakan. Sini, duduk dulu, aku masih punya kejutan lain untukmu. Nah, kalo kamu merasa dingin, pakailah syal ini," ujar pria itu seraya memakaikan syal untuk menutupi bagian leher gadis itu.

"Ini bagus banget sayang…Ada tulisannya juga…Kamu sengaja mendesainnya begitukah?" Tanya Ivory yang membuat Jade mengangguk dan tersenyum.

"Kamu teliti juga ya. Iya, aku sengaja meminta Catherine untuk membuatkan satu untukmu dan untukku jadi kita bisa memakainya secara berpasangan. Nih, udah kubawa juga."

"Sini biar kupakaikan," ujar Ivory seraya memakaikan syal tersebut pada leher pria itu. Napas mereka yang tiba – tiba menjadi begitu dekat tatkala mata mereka bertemu satu sama lainnya membuat hasrat kerinduan yang dirasakan dalam hati mereka kembali muncul dan cinta kasih yang semakin dalam kini membuat kedua insan tersebut tenggelam kembali dalam sebuah pagutan kasih sayang dan dalam indahnya cinta yang kini akarnya kian tumbuh semakin kuat dalam hati mereka, membuat mereka pun terjatuh semakin dalam. Napas yang seakan saling berpacu tersebut kini terasa menghangatkan satu sama lain meskipun cuaca yang mereka rasakan disekitarnya terasa masih dingin dan menusuk ke dalam tulang, kemudian Jade telah memeluk gadis itu.

"Apa kamu setuju kalo nanti kita nikahnya di sini aja sayang?"

"Nikah? Secepat itu? Kok kamu udah berpikir gitu jauh sayang?"

"Why not honey? Aku kan udah berkomitmen untuk menjagamu seumur hidupku, jadi kapanpun aku udah siap."

"Kamu segitu yakinnya aku mau nikah denganmu?" ujar gadis itu meledek Jade dan membuatnya berdecak kesal.

"Oh…jadi aku ternyata selama ini udah salah menilai ya, ternyata aku masih bertepuk sebelah tangan dan ternyata masih ada nama pria itu dalam hati gadis yang paling kucintai…lalu…" Ivory segera menutup bibir pria itu dengan sebelah tangannya.

"Sshhh… Kalo masih sebut tentang dia kusumpel terus nih," ujar Ivory namun Jade segera melepaskan tangan gadis itu dan segera berdiri lalu menggendong tubuh gadis itu dan kemudian berputar serta bersorak gembira.

"Aku mencintai seorang gadis yang bernama Ivory Smith dan aku akan segera melamarnya… Semoga ia mau menerima lamaranku dan bersedia untuk menikah denganku…"

"Sayang…Turunin aku gak? Ngapain…kamu berteriak – teriak gitu…"

"Aku mau seluruh dunia ini tau bahwa aku, Jade Swan akan segera melamar gadis dihadapannya dan menjadikannya istriku lalu hidup bahagia bersamanya," ujar Jade tersenyum manis lalu merapatkan dahinya dengan dahi gadis yang masih berada dalam genggamannya. Perlahan – lahan ia menurunkan gadis itu dan kembali mendudukkannya pada kursi taman tersebut seraya merangkulnya dan keduanya kini menatap ke arah pantai yang berwarna biru.

"Sayang…Terima kasih untuk semua ini ya. Aku juga sangat mencintaimu dan ingin hidup bersamamu selama – lamanya. Aku merasa beruntung dan bahagia bisa menjadi bagian dari hidupmu," ujar Ivory membaringkan kepalanya manja di kaki pria tersebut, dan ia segera merasakan tangan pria itu telah membelai rambutnya.

"Justru aku yang harusnya berterima kasih padamu sayang, aku pun merasa lebih beruntung dan bahagia ketika kamu akhirnya bisa menerimaku dalam hatimu. Kini aku merasa lebih lega. Asalkan aku bisa mengembalikan kebahagiaanmu yang telah hilang, aku rela melakukan dan mengorbankan apapun sayang, termasuk itu jiwa dan ragaku," ujar Jade.

"Jangan begitu sayang, bagiku kamu adalah segala – galanya, kalo kamu sampai mengorbankan dirimu seperti kemarin lalu kamu kenapa – kenapa aku mungkin gak akan pernah bisa memaafkan diriku dan akan ikut bersamamu ke akhirat. Untuk apa lagi aku hidup tanpamu di sampingku," ujar Ivory lirih seraya memegang wajah pria itu, membuat pria itu semakin merindukan sosok gadis itu dan kini telah menggenggam tangannya.

"Kamu tenang aja ya, aku akan selalu di sampingmu untuk menjagamu. Apa kamu tau, aku baru akhir – akhir ini aja menemukan tempat ini, yang baru kuketahui ternyata pantai di seberang itu adalah pantai tempat di mana kita sering ke sana."

"Oh ya, aku baru tau ini loh. Keren ya kamu, bisa menemukan tempat seperti ini. Tapi sekali lagi makasih banget ya, karna ternyata kamu gak lupa sama janjimu."

"Tentu sayang, bahkan setiap tahun berikutnya sampai kita udah nikah nanti pun kita akan kembali lagi ke sini, kembali ke tempat yang penuh kenangan bagi kita berdua."

Setelah merasa puas menikmati indahnya panorama pantai dan menghirup angin segar yang berhembus dari perbatasan pesisir tersebut, kini mereka kembali ke dalam inti taman dan kemudian duduk di sebuah kursi kayu yang menghadap ke bagian taman yang luas yang terletak di bawah sebuah pohon besar dengan dedaunan yang keseluruhannya telah menguning dan sehelai demi sehelai telah berjatuhan pada tubuh kedua insan tersebut. Ivory terlihat sedang menutup kedua matanya untuk mendengar suara semilir angin yang sedang berhembus melewati pipinya, membuat Jade menatap gadis itu gemas. Rasa syukur segera diucapkannya dalam hati karena setelah semua hal yang terjadi, ia masih diberikan kesempatan untuk menebus dosa besar yang telah dilakukan oleh ayah kandungnya dengan melakukan berbagai percobaan pembunuhan yang akhirnya membunuh kepala keluarga yang paling berarti dalam hidup Moniq dan gadis itu, lalu ia masih diberikan kesempatan untuk membahagiakan gadis yang begitu dicintainya dan bahkan memiliki kesempatan untuk memperbaiki segalanya.

"Sayang, apakah jauh didalam lubuk hatimu, kamu masih menyimpan dendam atau kebencian padaku atas kematian papa Enrique atau semua hal yang telah terjadi diantara kita?" Jade melontarkan pertanyaan yang begitu mengagetkan hati Ivory yang sedang merasakan ketenangan dan kedamaian itu.

"Hm…? Kenapa kamu tiba – tiba nanya begitu?"

"Nggak apa – apa, aku cuma ingin tau aja," ujar Jade tersenyum, namun jauh didalam lubuk hatinya ia sebenarnya masih merasa takut jikalau gadis itu masih menyimpan dendam atau kebencian terhadap dirinya.

"Dengarkan aku ya sayang, sejak aku menyadari bahwa benih cinta dalam hatiku untukmu telah tumbuh hingga saat ini semakin menjalari seluruh hati dan pikiranku, entah kenapa dendam dan kebencian dalam hatiku kini telah musnah. Apa kamu tau, yang ada dalam hatiku sekarang hanyalah rasa cintaku padamu yang semakin lama semakin tumbuh besar dan kuat. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan padaku bahwa ketika kita mencintai seseorang, apapun akan kita upayakan dan berikan pada orang yang kita cintai tersebut kan? Cintaku padamu yang semakin besar itu kini telah menghapuskan segala rasa dendam dan benciku terhadapmu dan aku pun telah siap dan bersedia untuk berkomitmen denganmu, jadi please ya sayang, jangan pernah ungkit lagi hal itu. Aku gak ingin kita hidup pada masa lalu, karna itu hanya membawa kesedihan bagiku. Mulai sekarang kita fokus sama masa depan kita aja ya. Aku hanya ingin kamu tau satu hal, bahwa penyesalan terbesar dalam hidupku ialah ketika aku menyalahkanmu atas peristiwa yang telah terjadi. Untuk itu, sekarang-lah saatnya kita bersama - sama memperbaiki semuanya dan memulainya dari awal," ujar Ivory memeluk manja tubuh Jade lalu menyandarkan kepala pada dada bidangnya.

"Terima kasih juga atas segala kesempatan yang telah kamu berikan padaku sayang dan aku serius dengan ucapanku untuk membahagiakanmu dan menjadi pendamping hidupmu hingga maut memisahkan kita," ujar Jade mencium gadis dalam pelukannya itu.

Musim gugur terindah yang seakan menjadi pengingat dan peta kebahagiaan bagi gadis itu adalah musim gugur kali ini, dimana semua keadaan telah kembali normal dan kebahagiaannya sekarang pun telah kembali utuh, bagaikan badai yang telah mengombang ambingkan kapalnya namun air itu kini telah surut tidak lagi menyisakan genangan air, seperti keadaan mereka yang semakin baik seiring dengan berjalannya waktu yang terus mengiringi perkembangan perjalanan cinta mereka.