Faisal bangun dengan tubuh mengigil. kedua tangan dan kakinya dirasaka beku, lalu dia turun dari tempat tidur dan mendekati jendela kamarnya dan membukanya, Langit tampak cerah dipagi itu,
Faisal kembali berjalan ke arah lemari, mengambil handuk lalu dibungkus dengan kertas kemudian ia masukkan kedalam tas kecil tempat tustel, Untuk sesaat Faisal berjalan kedapur, berpapasan dengan mbok inem,
"Tolong buatkan aku kopi mbok."
"iya Den, masih pagi kok udah bawa tas mau kemana.?" Tanya mbok inem,
"Kepingin lari pagi mbok supaya tidak kedinginan."
"Memang begitu biasanya kalau baru datang kesini Den," Mbok inem cepat-cepit membuatkan kopi buat Faisal,
"Habis nga kuat dinginya mbok."
"Pada pagi hari seperti ini, banyak penduduk desa yang sedang mencuci dipinggir sungai Den,"
"aku sekalian pengen kenalan dengan meraka mbok."
Mbok inem menyerahkan kopi pada Faisal.
"Paman dan Bibi belum bangun mbok.?"
"Belum Den,"
"Santy.?"
"juga belum."
Faisal meneguk kopi yang hangat itu, rasa hangat mengalir ditenggorokannya,
"Mbok, jika Paman dan Bibi tanya, katakan aku pergi kesungai."
"Iya Den,"
Mbok Inem tersenyum setelah berlalunya Faisal, perempuan tua ini terkesan akan sikap Faisal akan sikap Faisal yang ramah dan baik hati.
Faisal untuk beberapa saat bersenam pagi didepan villa, Setelah tubuhnya mulai berkeringat, ia lalu berlari keluar dari halaman villa, Ia banyak menemui penduduk dengan kesibukannya masing-masing, ada yang berangkat mencari ikan, ada juga yang berangkat keperkebunan, bekerja sebagai Buruh.
Sungai itu terbentang membujur arah pantai menuju ke perbukitan, airnya cukup jerni, Faisal berdiri sesaat dipinggir sungai. Dia dapat melihat gadis-gadis tengah mencuci pakaian dan ada juga yang mandi telanj*ng,
Faisal segera menghentikan larinya, dan bersembunyi dibalik pohon. Dia mengintip gadis-gadis desa yang sedang mandi telanj*ng. Sungguh pemandangan yang mengassikkan. dan sesaat mata Faisal tertuju kepada seorang gadis yang sangat cantik, Betapa ramping dan indahnya tubuhnya.
Faisal lalu mengeluarkan tustelnya, Dia memotret gadis itu dengan segala posenya, pose yang alami dan mengagumkan, sampai-sampai tangan Faisal gemetar sangking berusaha menahan gejol*k n*fsunya. Dia berpikir alangkah nikmatnya tubuh gadis itu, pasti belum pernah disentuh oleh lelaki.
Kehadiran Faisal disungai itu benar-benar mengagetkan mereka, lebih-lebih terhadap Gadis yang ia potret tadi yang tengah mandi tanpa pakaian sehelai pun ditubuhnya, Cepat-cepat Gadis itu meraih kebayanya disusul oleh gadis-gadis yang lain.
Faisal sendiri jadi kikuk, wajah Gadis yang ia potret tadi sangat cantik. rambutnya terurai sampai punggung. maka Faisal segera turun daru tanggul sungai itu dan mendekati gadis-gadis itu.
"Maafkan saya..." kata Faisal dengan nada malu-malu, namun tak ada uang menjawab tetapi hanya tersenyum kepada Faisal, senyum itu tanda damai.
"Bolehkah saya mandi disini.?" Faisal bertanya kepada seorang gadis yang sedang mencuci pakaian.
"Bukan disini tempatnya Den, itu sebelah sana.!"
Faisal melihat tempat yang ditunjukkan gadis itu, sedang mata Faisal sedang melihat Gadis yang ia potret tadi.
Gadis itu sangat cantik, dan mulai ketepi sungai yang berbatu, Wajahnya cantik alami, bagai dewi yang patut disanjung. Faisal kemudian kemudian berjalan kearah yang ditunjuk oleh gadis yang tengah mencuci itu. Faisal jdi teringat detik yang mendebarkan tadi, ia melihat jelas sesuatu yang padat berisi titubuh gadis itu.
Faisal lalu, mengeluarkan tustel dari dalam tasnya yang sempat ia simpan kembali, ia membidik air terjun dan sekitar tempat itu. Timbul niatnya untuk mengabadikan gadis-gadis yang tengah mencuci pakaian itu. Faisal lalu berjalan kerah gadis-gadis itu, namun hanya tersisa satu gadis yang masih tinggal sendirian mencuci pakaian. Faisal berkata dalam hati.. ohhh... Cantiknya.
"Tidak mengganggu kan.?"
Gadis itu hanya mengeleng, mata Faisal yang kurang ajar sempat singgah lekukan benda lun*k yang membusung itu yang masih sebesar pepaya. Gadis itu jadi kikuk dan malu ketika tahu bahwa Faisal memperhatikan miliknya.
"kamu tinggalnya didesa ini.?" tanya Faisal. Gadis itu mengangguk. Gadis yang memiliki mata teduh bgai kristal hidung mancung, bibir bagai kelopak bunga mawar, pipinya putih mulus, wajahnya terpancar keanggunan.
"Boleh aku tau siapa namamu.?"
Gadis itu masih diam dan meneruskan mencuci pakaiannya.
"Apa kau keberatan memberitahukan namamu.? apa kau takut melihat aku.?"
Gadis itu menghentikan cuciannya, wajahnya menghadap kearah Faisal, yang duduk tak jauh darinya, Bukan main fikiran Faisal, dari sekian banyak gadis-gadis yang dijumpainya dikota metropolitan tak secantik dan seindah ini. mereka hanya dipolesi make up, tapi didepannya adalah Gadis yang cantik alami.
"Keberatan mengutarakan namamu.?" kata Faisal lembut.
"Ratih Darih."
"Ooo... Manisnya nama itu seperti orangnya."
Wajah gadis itu menjadi merona.
"Namaku Faisal, aku dari jakarta, dan disini tinggal dirumah paman Murwoto,"
Gadis itu sedikit kaget, dan seketika sikap gadis itu berubah lain seperti berhamba pada Faisal.
"Maaf Den...." l
"Loh kok panggil Den.?"
Gadia itu menunduk hormat, Faisal seolah-olah menjadi sesembahan gadis itu,
"Jangan panggil aku begitu, panggil saja namaku, Faisal toh kita sama-sama manusia jangan pandang drajt dan kekayaan."
Mata jeli Ratih, menatap Faisal, senyum Ratih menghiasi wajahnya sunggu manis, madupun kalah.
"Boleh aku memfotomu.?" tanya Faisal lembut. namun Gadis itu menggeleng.
"Kenapa.?" tanya Faisal lagi.
"Aku,,,, aku....". Gadis itu memandang tubuhnya dan Faisal tahu bahwa gadia itu malu.
"Tak apa-apa kau tetap cantik."
Wajah Gadis itu tambah bersemu merah,
"Sunggu mati aku senang berkawan denganmu, kau bagaimana.?" tanya Faisal kepada Ratih. namun Ratih tetap tunduk. lalu Faisal melanjutkan perkataannya.
"Dikota banyak ku jumpai gadis-gadis tapi tak secantik kamu, bagaimana kalau kita berteman.?"
"aahhh,,," Serga gadia itu malu-malu.
"Kenapa.?'
"Orang kota memang senang merayu."
"Dari mana kau tau.?"
"temanku ada yang sekolah dikota."
"Boleh jadi kau benar. tapi tidak semuanya merayu..."
Ratih tersenyum sambil tertunduk, dan Faisal menatap dalam-dalam pipi Ratih, yang mulus itu, leher jenjang yang mengundang untuk dikecup lembut,
"Mau aku Foto.?"
Baru kemudian Gadis itu mengangguk, lalu Faisal segera memotret Gadia itu dengan kameranya. ditengah keasikan Faisal memotret Ratih terdengar suara gadis memanggil.
"Mas Faisal...."
Faisal menoleh, santy sudah berdiri ditanggul sungai.
"Terima kasih Ratih, kau sungguh baim padaku, aku senang berteman denganmu, oky... sampai bertemu lagi..."
Gadis itu hanya mengagguk, tapi tampak takut melihat Santy yang berdiri diatas tanggul sungai. Faisal segera mendekati Santy.
"Ayo pulang, papa dan mama menunggumu."
"Baik."
Faisal melambaikan tangan kepada Ratih, namun Gadis itu hanya dapat melihat tapi takut untuk membalas lambaiannya....
******