webnovel

Tidak seindah Khayalan

Nizam menghembuskan asap rokoknya dengan kuat. Seorang Kasim terlihat masuk ke dalam. Nizam hanya melihatnya dengan ujung matanya. Ia sudah kehilangan gairahnya.

"Yang Mulia, apakah minuman Salwahya nya sudah diminum?" Tanya Kasim pada Nizam. Nizam langsung bangkit, Ia tadi merasa tidak perlu meminum air Salwahya. Ia segera mengambil gelas lalu menuangkannya serta meminumnya lalu membawa segelas untuk Alena.

"Alena ayo minum dulu..."Nizam memegang tangan Alena yang masih menangis terisak-isak.

"Usahakan Putri Alena meminumnya." Suara Kasim sedikit keras membuat Alena langsung tersadar. mengapa ada orang dikamarnya ini.

"Siapa dia Nizam, kenapa Ia ada dikamar kita? Aku dalam keadaan telanjang" Alena panik Ia mau bangkit tapi Nizam menahan dada Alena.

"Tetap berbaring ditempatmu!!" Katanya sambil mendorong Alena agar tetap berbaring. Alena malah berontak Ia mengambil gelas di tangan Nizam lalu Ia melemparkannya ke bawah.

"Aku tidak mau..Aku mau pergi.." Alena meronta tapi kemudian Ia tidak berdaya ketika Nizam menjepit tubuhnya oleh kakinya. Bagaimana bisa tubuhnya yang mungil melawan tubuh Nizam yang begitu perkasa

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Nizam agaknya sudah kehilangan akalnya.

"Ciumlah putri dengan lembut.."

Nizam segera menundukkan kepalanya lalu bibirnya mencari-cari bibir Alena. Alena yang panik langsung menggelengkan kepalanya kesana dan kemari menghindari ciuman Nizam. Nizam lalu memegang kepala Alena dengan kedua tangannya lalu menghujamkan bibirnya ke mulut Alena. lalu menciumnya dengan buas. Alena malah terus meronta-ronta.

"Yang lembut Yang Mulia.."

Nizam mendengus, Bagaimana mau lembut kalau Alena tidak mau diam.

"Alena tolonglah... bekerjasamalah sayang biar semuanya cepat selesai." Nizam menelusuri leher Alena dengan lidahnya. Alena mengejang lidah suaminya yang lembut basah dan panas sedikit menenangkan hatinya. Ia lalu mengerang ketika tangan Nizam mulai mempermainkan jemarinya. Suasana menjadi sedikit tenang hingga kemudian Alena kembali mengejang....Ia memegang kepala Nizam yang bergerak liar diatas tubuhnya.

"Pergunakan tangan yang Mulia untuk membangkitkan emosi sang Putri"

Nizam meluncurkan tangannya ke bawah perut Alena.

"Agaknya Putri sudah siap..silahkan yang Mulia memasukinya..."

Nizam bersiap lalu dengan kekuatan penuh Ia menghujamkan sekuat tenaga. Alena kembali menjerit kesakitan. keindahan yang tadi ia rasakan langsung lenyap tak berbekas.

"Aakh... sakit.... mengapa sakit lagi " Alena kembali meronta-ronta.

"Ia kesakitan lagi, Aku harus bagaimana? " Nizam benar-benar kembali panik..Ia mendadak jadi pangeran yang tidak berdaya.

"Paksa saja yang Mulia, Tidak apa-apa. Ini karena yang pertama untuk Putri Alena. Rasa sakit adalah hal yang wajar jadi jangan ditunda lagi."

Nizam menganggukkan kepalanya.

Alena langsung mengamuk mendengar kata-kata Orang yang memberi petunjuk.

"Aakh... ampun, jangan kau lakukan itu Nizam, demi Tuhan. Aku tidak mau..tidak. Jangan..."

"Alena tolong tenang...Ini cuma sebentar, Aku hanya akan mengambil hakku sebagai suamimu dan membuat Kerajaan Azura menjadi tenang. Itu saja.. setelah itu selesai"

"Tidak aku sudah bilang kalau Aku sudah tidak suci lagi..jangan. sudah saja"

"Bagaimana mungkin kamu sudah tidak suci lagi kalau sampai kesakitan begini" Nizam menggelengkan kepalanya.

"Iya..ya Aku berbohong maaf, Aku memang masih suci tapi sekarang aku tidak mau kesucian itu kamu ambil. Aku ingin tetap suci selama-lamanya. Jangan..Yang Mulia..ampun." Alena terus meronta-ronta bagai sapi yang akan dipotong oleh tukang jagal.

"Tapi sayang itu tidak mungkin.."

Nizam lalu tidak memperdulikan lagi, Alena yang meronta-ronta. Ia menyelusupkan tangannya ke bawah tubuh Alena. Sebelum tubuhnya mengayun Ia berbisik ditelinga Alena.

"Alena sayang, tahan sedikit.. Tapi kalau sakit menjerit lah sekuat tenaga biar semua rakyat Azura tahu apa yang sudah dikorbankan oleh ratunya hanya untuk perayaan kesucian, Biar Rakyat Azura tahu kau masih suci Bismillah....." Lalu Nizam mengayunkan tubuhnya sekuat tenaga seperti ketika Ia mengayunkan tombaknya untuk menghujam pohon palem. Ia juga mendorong tubuh Alena ke atas untuk menyambut ayunan tubuhnya.

Sesuatu terlepas dari tubuh Alena, Sesuatu yang sudah dijaga Alena selama ini. Ada luka yang begitu menyakitkan. Darah seketika terhambur ditempat yang terluka. Alena langsung menjerit hebat.

"AAAAKH.....Saaakiiiit...Aakh...Nizam...jangan....Aduuh....mmm...Aampuunnnn" Jeritannya menyertai tubuhnya yang terkejang hebat. Tubuhnya sampai terangkat menahan sakit. Kedua kakinya menggelepar. Matanya mendelik ke atas. Tangannya mencengkram rambut Nizam sekuat tenaga. Jahatnya Nizam yang telah menyakitinya.

Kasim tersenyum puas. "Sudah selesai Yang Mulia. Yang Mulia boleh menghentikannya atau melanjutkannya, Hamba pamit". Kasim itu mundur lalu melangkah keluar kamar tanpa menimbulkan suara sama sekali.

Nizam menghela nafas lega. Ia akan menyudahi aksinya tapi kemudian Ia merasakan sensasi yang berbeda pada tubuhnya. Tubuh Alena yang tadi begitu menyakitinya sekarang terasa licin dan basah oleh darah. Kenapa rasanya jadi terasa sangat lain. Tubuhnya terasa seperti dipijat dengan lembut. Ia jadi penasaran, maka Ia mencabut tubuhnya sedikit lalu Ia malah kembali menghujamnya. Tubuh Alena kembali mengejang. Tapi belum mulutnya terbuka untuk menjerit Nizam kembali mengayunkan tubuhnya ke depan terus berulang hingga habis semuanya berada didalam.

Bagaimana bisa semua ini terjadi dan mengapa ini sangat menyakitkan. Alena langsung kalap. Ia mengamuk bagai kuda liar di arena pacuan kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak ke atas dan ke bawah. jemarinya mencengkram bahu Nizam sekuat tenaga Ia ingin mencakar Nizam tapi oh...sial kukunya habis terpotong kemarin. Kalau tidak sudah habis Nizam dicakarnya.

Nizam membiarkan Alena mengamuk Ia bertahan di atas tubuh istrinya. Ia merasa sangat panas dan Ia ingin mencari sesuatu dari tubuh Alena. Ketika Alena sudah kehabisan tenaga maka Nizam tersenyum penuh kemenangan. Ia mencium Alena penuh sayang.

Alena yang kehabisan tenaga hanya bisa terbaring pasrah dibalik tubuh Nizam. Ia memandang Nizam yang kali ini wajah tampannya bagaikan wajah harimau yang akan mengancam jiwanya. Dan benar saja tiba-tiba Nizam melakukan suatu gerakan. "Ouch..."Alena mengeluh merasakan perih lalu "Akh.." Alena memekik ketika Nizam malah bergerak semakin cepat.

Luar biasa jahatnya yang dilakukan Nizam pada dirinya. Ia memacu tubuhnya di atas tubuh Alena yang sudah jelas berdarah-darah. Sakitnya jangan dikira. Tubuh Alena bagai disayat - sayat sembilu. Alena kembali melonjak-lonjak tapi hanya sebentar karena Ia merasa sangat letih.

Bahkan ketika suaminya mulai meracau mengeluarkan kata-kata yang menggambarkan suatu kenikmatan yang tak terbatas, Alena hanya menatap tidak berdaya. Ia juga hanya memegang kepala Nizam dengan lemah ketika Nizam menggigit lehernya dengan kuat hingga terbayang tapak giginya. Lalu tangan Nizam mencengkram kedua tangan Alena. Tubuhnya terus bergerak dengan cepat dan leluasa di atas tubuh Alena yang terbaring lemah.

Ratu Sabrina yang menunggu Nizam keluar dari kamar jadi semakin morang-maring. Ia malah mendengar suara Alena yang sedari tadi menjerit-jerit sekarang terdengar lemah tak berdaya. Rintihannya sangat menyayat hatinya. Tidak dapat ditahan airmatanya meleleh membasahi pipinya. Ratu Sabrina tidak memiliki anak perempuan, Sehingga Ia memiliki hati yang kurang sensitif.

Sekarang mendengar Alena yang begitu tersiksa ia menjadi tidak berdaya. "Apa yang dilakukan oleh Pangeran itu, dasar anak bodoh, Istrinya sudah terdengar sangat kesakitan, Ya Tuhan apa Ia mau membunuhnya? Aku mau masuk saja. Akan Aku hentikan kegilaan ini" Ratu Sabrina hendak beranjak masuk. Tapi langkahnya terhadang Kasim.

"Mohon yang Mulia Ratu bersabar. Pangeran sedang mencari kesenangan pada tubuh istrinya. Melarangnya hanya akan membuat trauma nantinya. Biarkan saja. Putri Alena tidak akan apa-apa. Kami akan segera menanganinya begitu sudah selesai"

Ratu Sabrina langsung menampar Kasim yang menghadangnya, "Kalau sampai Alena kenapa-kenapa, Aku pastikan semua yang ada di sini mati.." Katanya sambil pergi meninggalkan istana Muthmainnah.

Alena terus merintih, air mata yang berhamburan mengiringi tetesan darah yang mulai mengalir membasahi sprei yang putih bersih. " Oooh...Nizam hentikan. Tolong..saaakiit. Aammpuun..Aaakh...saakit, Aduuh..hmmm...huuu..." Suara Alena antara ada dan tiada. Ia benar-benar memohon ampun kepada suaminya. Rasa sakit yang Ia rasakan pada bagian bawah tubuhnya sangat membuat Ia serasa hendak gila.

Kaki Alena bergetar dibawah himpitan kaki suaminya. Tubuhnya lunglai. Kalau Ia tidak mengalami sendiri Ia tidak akan mempercayainya bagaimana Nizam yang begitu menyayanginya sekarang bagai binatang buas yang sedang merobek-robek tubuhnya dengan bengis dan kejam. Apakah Ia tidak tahu kalau tubuhnya sangat kesakitan.

"Nizam...Kau menyakitiku...saaakiit Nizam. Aammpuun..."Alena terus merintih kesakitan. Setiap kali Nizam mengangkat tubuhnya lalu Ia hujamkan lagi dengan kekuatan penuh seakan-akan Nizam sedang menghujamkan tombaknya untuk membunuh seekor binatang, Alena merasa nyawanya serasa tercerabut. Tahu kejadiannya seperti ini. Alena akan memilih tetap suci selamanya.

Sialnya Nizam malah menimpahi rintihan kesakitannya dengan rintihan kenikmatan. How could be, Ia sekejam itu. Alena kembali meraung merasakan Tubuh Nizam bergerak semakin cepat dan leluasa karena tubuhnya sekarang hanya terbaring tak berdaya.

Kakinya cuma bisa sesekali menerjang dengan lemah. Tubuhnya juga menggeliat lemah. Ia benar-benar tidak berdaya. Betapa lemah dirinya dibandingkan Suaminya yang gagah perkasa. Ia benar-benar seperti kijang lemah menghadapi Harimau yang kelaparan.

Alena berulangkali mendengar Nizam meracau. Ia sudah bisa menebak apa yang sedang dirasakan Nizam. Nizam pasti sedang menikmati tubuhnya. Tubuh yang bisa Ia sentuh setelah satu tahun lamanya Ia menahan diri.

"Alena..why I feel so good, Alena...I love you Sweetheart, Honey...ouch...Alena.." Rintihan suara Nizam terdengar sangat menyebalkan, kontras dengan rintihan kesakitan suara Alena.

Alena menatap wajah suaminya yang sedang dalam kebahagiaan yang tiada tara. Mata Nizam sampai hampir terbalik. suaranya mengerang, mendesah, mukanya memerah Ia benar-benar sangat tampan. Andaikan Ia tidak sedang kesakitan pasti wajah Nizam sangat menyenangkan untuk ditonton.

Bagaimana Ia bisa menikmati kalau Ia merasa seperti kuda yang dinaiki Nizam seperti pada saat di arena berkuda. Ia bagai kuda yang sudah berdarah-darah tapi terus dicambuk agar Ia dapat berlari sesuai keinginan penunggangnya. Tubuh Nizam membuat lukanya yang semakin terasa menyakitkan. Alena hampir mau pingsan menahannya.

Tubuh Alena kembali menggelepar menahan sakit yang tak terhingga. Ia tidak tahu kapan Nizam berhenti menyakitinya. Wajah memelas dan rintihan kesakitannya malah membuat Nizam semakin merasa bersemangat. Tindakannya semakin brutal. Ia tidak menyadari kenikmatan yang peroleh dari tubuh istrinya harus ditebus Alena dengan penderitaan yang tiada tara.

Alena terus menggigil menahan sakit. Ia merasa waktu berjalan sangat lambat. sampai tiba-tiba Ia merasakan gerakan tubuh Nizam semakin intens, semakin cepat dan semakin kuat..hujaman tubuhnya, pacuan tubuhnya. Suara Nizam juga semakin meracau. Desahannya terdengar menggema kemana-mana.

Nizam sudah lupa kalau di luar kamar banyak yang menungguinya. Mereka semua terdiam ngeri dan ketakutan. Berharap Putri Alena tidak sampai kehilangan nyawanya. Mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi di dalam. Apakah Nizam sedang melakukan malam pertama atau sedang menyiksa Alena menggunakan cambuknya.

Mereka merasa seperti sedang berada diruang penyiksaan daripada berada didepan kamar pengantin. Cynthia menangis bagai orang gila dalam pelukan asisten pribadi Alena. Ia tidak berdaya menolong sahabatnya sendiri. Bagaimana bisa Ia menolong Alena kalau Ratu Sabrina saja tidak bisa menyentuh Nizam. Kali ini Nizam benar-benar keterlaluan. Yang dilakukannya diluar nalar seorang suami. Bagaimana bisa Ia merintih keenakan dengan begitu keras disaat Istrinya merintih, menyayat hati setiap orang yang mendengarnya.

Hingga kemudian akhirnya Nizam kemudian mengejang di atas tubuh istrinya. Kakinya menjepit tubuh Alena dengan kuat lalu melepaskan rasa cintanya ke tubuh Istrinya dengan penuh kenikmatan.

Nikmatnya Nizam membuat tubuhnya mengejang berkali-kali. Ia sampai menekankan tubuhnya sekuat tenaga agar seluruh perasaan cintanya tumpah didalam tubuh istrinya. Seumur hidupnya baru kali ini Ia merasakan perasaan indah yang tiada tara dalam arti yang sesungguhnya. Ia merasa sangat bahagia dan puas.

Alena terbelalak perih yang Ia rasakan sampai membuat Ia berteriak hebat dengan suara serak. Tangannya mencengkram tangan Nizam yang balas mencengkramnya dengan kuat. Lalu kemudian tidak dapat ditahan lagi matanya langsung berkunang-kunang dan gelap. Alena pingsan bersamaan ambruknya tubuh Nizam diatas tubuhnya.