webnovel

Semangat

"Pergilah Kalian berdua, Jangan datang kalau tidak Aku panggil." Nizam melalui isyarat tangannya menyuruh dua orang pelayannya menyingkir dari hadapannya. Wajah Nizam kelam, Matanya benar-benar sedingin salju. Para pelayan di Istananya tampak lebih suka menyingkir dari pada bertatap muka dengannya. Sudah dua gelas Dibanting gara-gara minuman tidak sesuai dengan rasanya. Tadi dia minta Jus Jeruk tapi kemudian jus itu dilemparkan ke dinding karena katanya terlalu asam. Kemudian minta kopi tapi cangkir kopinya juga kemudian di lempar ke kaca jendela hingga terberai. Yang paling mencekam adalah ketika Para pelayan menyiapkan makan siang. Tapi bukannya dimakan malah taplaknya ditarik sampai makanan berhamburan. Para pelayan langsung lari membereskan makanan yang berhamburan. Mereka membereskan makanan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Mereka tidak ingin kena murka majikannya. Bahkan kalau bisa nafaspun ditahan agar jangan sampai terdengar.

Nizam masuk ke dalam kamarnya Ia lalu mengambil air wudu dan mulai sholat untuk menenangkan hatinya. "Ya Rab.. Hamba tidak akan pernah berhenti berharap dan akan terus berusaha agar Alena menjadi milik hamba. Ampunilah Hamba yang sudah lepas kendali." Nizam tersungkur diatas sajadahnya.

Menjelang malam Nizam masih muram. Ia sama sekali tidak bersedia makan apapun. Pelayan sudah bolak balik menyajikan makanan. Paman Harun adalah pengasuh pangeran sejak kecil . Dia selalu ada disamping pangeran sejak Pangeran berusia lima tahun. Dia yang mengatur seluruh keperluan Nizam. Paman Harun sudah berumur limapuluh. Hidupnya benar-benar diabadikan untuk Nizam. Ia terus berdiri di depan kamar Nizam. Bolak balik ngecek apa pangerannya sudah bersedia untuk makan tidak. Tapi Nizam tetap terdiam.

Ketika Paman Harun meminta izin untuk masuk ke dalam kamar. Nizam tetap terdiam.Membuat akhirnya Paman Harun nekat membuka pintu dan masuk ke dalam kamar yang memang tidak ada kuncinya.

Paman Harun melihat Pangeran yang diasuhnya sedang berdiri di samping jendela menatap ke arah taman sambil membeku. Ia tidak menoleh sedikit pun ke arah suara langkah kaki yang terdengar dikeheningan suasana.

Nizam tahu pasti siapa yang datang karena memang tidak akan ada yang berani masuk selain Paman Harun bahkan Kepala asisten rumah tangganya pun Arani tidak berani. Arani hanya diam saja di dekat meja makan bersama 4 pelayan wanita dibagian pelayanan makanan. Chef dan para staffnya di dapur istana juga tidak pernah beranjak dari dapurnya karena harus siap sedia menunggu Pangeran untuk bersantap. Tugas mereka belum selesai sampai Pangeran bersedia untuk makan.

"Assalamualaikum, Mohon maaf paman datang tanpa seijin pangeran. " Katanya sambil membungkuk.

Nizam masih berdiri membisu. Paman Harun pun diam. Ia tidak pernah melihat anak asuhannya bertingkah seperti ini. Sikapnya selalu tenang dan terkendali. Akhlaknya sangat mulia walau Ia terkenal dengan wajahnya yang dingin dan jarang tersenyum tapi ia tetap bertindak sopan dan menghormati siapapun. Wajahnya yang memang berwibawa membuat ia disegani siapapun. Jangankan membanting barang, marah-marah saja tidak pernah. Sekarang Ia melihat sisi lain dari anak asuhannya itu. Benar-benar diluar dugaan dia.

Setelah lama terdiam akhirnya Pangeran Nizam berkata.

"Apakah Paman tahu, Kapan Aku minta sesuatu pada Ibunda? "

Paman Harun menggelengkan kepalanya. Anak asuhnya bukan tipe anak yang suka meminta ini, itu pada orang tuanya. Ia bukanIah anak manja yang suka berpesta pora. Pangeran Nizam lebih suka diam di dalam kamar belajarnya atau perpustakaan daripada hura-hura. Paling sesekali Ia hanya ngobrol-ngobrol dengan suadara-saudaranya sebentar. Ketika Pangeran Nizam melontarkan pertanyaan itu kepadanya Ia tahu persis apa maksud dan tujuan dari pernyataan itu. Apa yang sedang dialami oleh Pangeran Nizam sudah ia pelajari sebelum Gosip itu tersebar. Gosip bahwa pangeran jatuh cinta dengan gadis Indonesia di Amerika sudah jadi berita hangat dikalangan istana. Entah dari pelayan bagian mana asal mulanya menyebar karena kalau dari kepala asisten pribadi tidak mungkin. Dari kepala departemen pelayan juga tidak mungkin. Berarti dari para pelayan tingkat rendah. Gosip bahwa Ratu tidak mungkin mengijinkan ada wanita luar yang akan menjadi istrinya membuat gosip semakin panas.

"Hamba sangat memahami perasaan Tuanku, tapi menurut paman yang bodoh ini. Apakah Pangeran tidak mencoba untuk berpikir secara jernih."

"Jernih apa? Perasaan ini belum pernah Aku alami. Selama ini selain pendidikan yang kejar Aku tidak pernah menginginkan apapun. Termasuk tahta kerajaan ini. Aku yakin akan Ada banyak pangeran yang mungkin lebih siap. Jadi kalau karena alasan tahta yang menyebabkan Aku tidak bisa menikahi Alena maka Aku siap mundur."

"Tuanku tidak semudah itu hendak memberikan tahta kepada yang lain. Secara garis keturunan. Tuanku yang paling berhak. Secara pendidikan Tuanku juga memiliki gelar yang paling banyak. Secara Akhlak juga Tuanku dianggap yang paling mulia. Adik-adik Pangeran dan sepupu pangeran lebih suka berhura-hura menghabiskan asset Kerajaan daripada belajar jadi raja yang baik. Kalau perkara menginginkan jadi raja pasti banyak. Tetapi belajar untuk jadi raja yang baik belum tentu benar. Dan yang terpenting rakyat sangat percaya bahwa pangeranlah yang paling pantas menjadi raja. " Paman Harun berhati-hati dalam memberikan penjelasan.

Nizam terdiam Ia menjadi serba salah. Tetapi pada dasarnya orang yang sedang jatuh cinta memang egois. Pertimbangan sebesar dan seberat apapun tidak akan mempengaruhi otaknya apabila perasaan sudah mendominasi logikanya.

"Mengapa pula Aku harus mengorbankan perasaan untuk orang lain. Mengapa kebahagiaan mereka harus menggeser kebahagiaanku sendiri. Ini menyangkut takdirku sendiri, jadi siapapun tidak ada yang bisa merintanginya. Baik Ayahanda, Ibunda ataupun rakyat."

"Tuanku lalu bagaimana dengan Putri Reina? Bukankah selama bertahun-tahun, Putri menunggu Pangeran untuk menikahinya. Tidak Pangeran merasa iba kepadanya? " Paman Harun mencoba untuk mengetuk hati pangeran. Karena biasanya pangeran yang diluar terlihat dingin padahal hatinya sangat baik.

"Reina? Putri Reina?? Aku membebaskannya. Dan Aku yakin dia akan bahagia dengan pembebasan ini. Bukankah selama ini yang paling dirugikan dalam perjodohan adalah wanita. Dia pasti akan berterimakasih padaku. Tugasku sekarang adalah meyakinkan Ibunda dan pihak kerajaan. Agar bisa memenuhi harapan ku. Aku calon pewaris tahta kerajaan yang sekarang tidak ingin menikah dengan perjodohan dan Aku hanya menginginkan Alena untuk menjadi istriku. Sudah saatnya Kerajaan Azura memiliki Ratu dari Negri lain. Dan seorang Pria tidak harus memiliki istri empat. Aku hanya ingin satu saja untuk seumur hidup. Dan Aku akan berjuang sampai akhir. Dan jika keingananku dipenuhi aku siap menjadi raja. "

Mata Nizam berkilat-kilat. Paman Harun menghela nafas panjang. Serasa ada beban berat didadanya. Virus cinta telah merubah pangerannya yang cerdas dan jenius menjadi seperti remaja yang dimabuk cinta.

***

Istana Ratu Sabrina.

"Jadi Dia mengamuk di dalam Istananya? " Tanya Ratu pada Pelayan di kediaman Nizam.

"Betul Yang Mulia Ratu. Gelas dipecahkan dan hidangan makan siang yang terhidang dimeja di tarik taplaknya hingga makanannya berhamburan, Hamba belum pernah melihat Tuanku yang Mulia Pangeran semarah ini. "

"Belum apa-apa wanita itu sudah membuat Nizam berubah begitu drastis. Ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus menikah secepatnya dengan Putri Reina. Sarifah kamu boleh pergi. Tetap awasi tingkah pangeran Nizam kemudian laporkan kepadaku. Tapi ingat berhati-hati dengan Arani Asisten kepercayaan Pangeran. Jika tau kamu adalah mata-mataku maka Kau akan langsung dipecat. "

"Tentu yang mulia Ratu, Hamba mohon izin untuk pamit. " Pelayan itu membungkuk memberikan hormat lalu berlalu.

Ratu Sabrina memanggil asistennya sendiri. Tak lama tampak wanita bertubuh tinggi besar berambut pendek dan berwajah cantik tapi tegas menghampiri Ratu Sabrina.

"Aku merasa bahwa Nizam akan bersikeras untuk menolak Reina. Padahal Perdana Menteri Salman sudah mendesak Kerajaan agar pernikahan segera dilangsungkan. Bukankah Kamu sudah menyuruh orang untuk mengawasi tingkah perempuan itu. Mungkinkah kita bisa mengambil tindakan terhadap gadis itu atau bagaimana?" Ratu Sabrina memberikan instruksi pada asistennya.

"Ini menjadi agak sulit, Karena dia berasal dari Indonesia. Selama ini kita memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan mereka. Kita membutuhkan beberapa bahan baku dari mereka untuk pabrik Industri kita. Kita tidak bisa gegabah untuk mencoba mengganggunya. Lagipula Dia sekarang ada di Amerika dan jika ketahuan tindak kejahatan maka hukumannya akan berat.

Ratu Sabrina terdiam tanpa berkomentar.Ia sedang berpikir sangat keras.