Alena masuk ke dalam rumah sambil menangis, para pelayan hanya mengangguk sambil membungkukkan badannya. Arani mengikuti Alena dengan wajah yang muram. " Yang Mulia jangan menangis lagi." Kata Arani melihat mata Alena yang sudah bengkak.
"Aku takut.. Aku takut.." kata Alena sambil terisak - isak. Arani menghela nafasnya yang terasa sesak. Takut sekarang percuma saja, harusnya Alena memikirkan ketakutan itu sebelum kejadian tapi sekarang mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan memang selalu datang terlambat karena kalau di depan bukan penyesalan tetapi pendaftaran.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com