webnovel

Putri Reina

Tempat Kediaman Perdana Mentri.

"Fatimah.. apakah yang kau katakan itu benar?" Tanya seorang gadis pada seorang wanita yang sedang membereskan tempat tidur. Kain sprei berwarna biru bersulam emas di bentangkan agar tidak kusut. Lalu bantal dan gulingnya disusun dengan rapih. Wanita yang dipanggil Fatimah itu lalu menjawab.

"Begitulah gosip yang tersebar di dalam istana, Hamba juga tidak begitu yakin, Karena banyak yang takut untuk berbicara. Yang pasti sekarang ini Istana, kondisinya sedang tidak baik. Pangeran Nizam sudah dua hari tidak makan. Ratu Sabrina tampak kesal dan kebingungan sehingga Ia terus morang-maring ke seluruh istana. Sungguh menakutkan. "

Putri Reina gadis yang bertanya pada pelayannya itu duduk termangu sofa. Kakinya ia selonjorkan. Punggungnya Ia senderkan ke atas bantal sofa. Wajahnya menerawang mengingat tentang hidupnya sendiri. Sejak bayi Ia sudah dijadikan calon istri putra mahkota yang waktu itu baru berumur 5 tahun. Karena itulah ia dijaga bagai permata yang paling berharga. Sebagai calon istri putra mahkota, masa depannya jelas cerah. Menjadi calon permaisuri adalah impian hampir semua gadis di negaranya.

Apalagi dengan fisik semenawan Pangeran Nizam jangankan sebagai putra mahkota, sebagai rakyat jelata saja banyak wanita yang terpesona. Sewaktu kecil Reina pernah beberapa kali bertemu dengannya. Sosok Pangeran yang tinggi dan tampan serta sikapnya yang dingin tetapi santun berhasil membuat Ia jatuh hati. Ia sangat suka bertemu dengan pangeran jika dibawa oleh ayahnya berkunjung ke istana. Dan Pangeran Nizam juga sangat baik kepadanya.

Diam-diam Pangeran sering membawakannya coklat atau membacakannya cerita. Pangeran juga menjaganya dari gangguan saudara-saudaranya yang gemas karena kelucuannya. Ia benar-benar jatuh hati pada calon suaminya. Bukan hanya karena posisinya saja tetapi segala yang melekat pada Nizam.

Wajah Putri Reina tampak sedikit kuyu. Ia benar-benar tidak menyangka kalau pria yang Ia dambakan selama ini malah mencintai wanita lain. Setiap hari ia merajut impian yang indah agar segera dapat bersanding dengan Pangeran. Ia juga berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari semua ilmu yang harus dimiliki oleh seorang ratu. Ia juga dipastikan untuk menjadi wanita yang paling suci. Tidak pernah tersentuh oleh pria manapun. Bahkan sejak Ia mendapatkan haid yang pertama wajahnya tidak pernah ditampakan kepada seorang pria manapun kecuali ayah dan adik laki-laki. Besarnya cinta pada Nizam membuat Ia rela menelan penderitaan apapun selama 20 tahun dalam hidupnya. Terisolasi dengan dunia luar secara fisik tidak membuat Ia menjadi patah semangat. Ia mempelajari cara bersosialisasi melalui online dengan menyamarkan data pribadi.

Fatimah menyimpan segelas jus Apel di depan Putri Reina yang sedang berpikir keras.

"Selama ini Tuanku Putri sudah banyak mengorbankan hidup Putri untuk mempelajari setiap hal yang berkaitan dengan menjadi seorang Istri yang baik. menjadi seorang permaisuri yang baik bahkan seorang ibu yang baik. Hanya kali ini ternyata situasi menjadi berbeda dengan apa yang kita perkirakan selama ini. Pangeran telah jatuh hati pada gadis Indonesia itu"

"Aku terlanjur mencintainya dan Aku juga selalu memimpikan hari, dimana Aku bisa segera bertemu. Ayahanda sebenarnya sudah mengatur hari pernikahan Kami tahun depan setelah yang mulia menyelesaikan kuliahnya. Apa daya Pangeran malah terpikat teman kuliahnya. Ayahanda mengatakan bahwa mau tidak mau Kami harus cepat-cepat menikah. Aku sendiri tidak keberatan sama sekali. Hanya bagaimana dengan pangeran sendiri? Gosip yang tersebar adalah Dia hanya menginginkan satu istri. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi. Selama Kerajaan kita berdiri, seorang Raja tidak pernah memiliki istri kurang dari empat. Padahal Aku sendiri tidak keberatan kalau Nizam menikahi banyak istri. Sepanjang Aku menjadi istri ke satu"

"Tentu saja Tuanku..Hanya Tuankulah yang memenuhi syarat untuk menjadi permaisuri. Sementara Gadis itu tipis sekali kemungkinannya bisa menjadi istri dari Nizam. Jadi jangankan untuk menjadi permaisuri untuk menjadi istri kedua juga sangat sulit. Hamba yakin Tuanku Ratu yang mulia tidak akan pernah mengijinkan gadis itu menjadi istri Pangeran. Apalagi lamaran untuk menjadi istri kedua dan selir sudah sangat banyak. Baik itu dari para pejabat, pengusaha bahkan raja dari kerajaan bawahan Kerajaan."

"Benar itulah yang sedang terjadi saat ini. Tuanku Ratu menolak calon yang diajukan peangeran makanya Pangeran mengancam ia tidak akan pernah makan lagi sampai izin untuk menikahi Alena di setujui. sebenarnya Aku merasa duniaku terasa hancur. Tetapi pendidikan sebagai calon ratu selama ini selalu mengajarkan bahwa untuk menduduki posisi sebagai ratu jelaslah tidak mudah. Akan ada banyak rintangan ke depannya. Jadi Aku akan menganggap bahwa kejadian sekarang ini adalah awal dari perjuangan. Aku akan berusaha untuk memperoleh apa yang seharusnya jadi milikku. " Gadis berumur 20 tahun itu ternyata memiliki emosi yang stabil. Pemikirannya sangat terstruktur dan memiliki keyakinan yang tinggi. Daya nalar dan analisa terhadap suatu persoalan juga menjadikan Putri Reina benar-benar layak untuk menjadi seorang Ratu.

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar.

"Tuanku putri, ada ayahanda ingin berbicara tentang sesuatu dengan Tuan putri. Mohon ijin masuk." terdengar suara pelayan seraya mengetuk pintu.

"Dipersilahkan untuk masuk.. " Putri Reina menjawab sambil bangkit dari duduknya dan memperbaiki pakaiannya. Ia lalu menyambut kedatangan ayahnya dengan penuh rasa hormat. Mencium tangannya lalu memeluknya.

"Sayangku bagaimana keadaanmu? " Perdana menteri bertanya pada anaknya seraya menatap wajahnya dalam-dalam.

"Hamba baik Ayahanda. Ayahanda tidak usah khawatir." Putri Reina menjawab sambil tersenyum. Ia tahu persis apa maksud dari pertanyaan ayahnya. Secara kasarnya adalah ayahnya bertanya tentang gosip yang beredar yang pastinya Reina pasti sudah mendengar.

Perdana menteri mengelus lembut putri yang sangat dicintainya itu.

"Anakku engkau sangat tabah. Entah bagaimana Ayahanda harus membicarakan hal ini pada Ananda."

"Ayah, seumur hidup Hamba, Hanya dibaktikan kepada Nizam untuk menjadi calon permaisurinya. Yang hamba pelajari hanyalah bagaimana menjadi seorang Ratu yang baik dicintai Rajanya, dicintai anaknya dan dicintai oleh rakyatnya. Menjadi istri dari seorang Raja bagi hamba adalah kesiapan mental untuk dapat berbagi suami dengan wanita lain. Karena pernikahan bagi seorang raja tidak berarti hanya tentang sebuah perasaan saja. " Putri Reina menarik nafas panjang. Lalu melanjutkan bicaranya

"Tapi bagi seorang raja, pernikahan artinya adalah memperbanyak generasi keturunan, mempererat tali persaudaraan dengan para sahabatnya, menunjukkan kekuasaan secara politik, penerapan suatu strategi, penerimaan suatu daerah penaklukan dan banyak lagi. Hamba jelas tidak akan pernah mundur hanya karena seorang wanita saja. Wanita yang bukan berasal dari klan kita, wanita yang tidak memiliki apa-apa dan wanita yang tidak memiliki pendukung." Suara Putri Reina tampak datar tampa emosi. Dia bersungguh-sungguh meyakinkan Ayahnya bahwa Ia akan mampu mengatasi semua masalah yang sedang terjadi.

Ayahnya menatap takjub pada anak gadisnya. Pemikiran dan sikap putrinya saat ini menunjukkan bahwa putrinya sudah dewasa. Putrinya tidak hanya cantik tetapi juga dewasa. Banyak anak gadis yang merasa tersiksa karena perjodohan tetapi putrinya malah terlihat sangat menikmati dan ambisius. Ia seperti melihat cerminan dirinya pada anak sulungnya.

"Ayahanda jikalau Ayahanda mengijinkan biarkan hamba bertemu Tuanku Ratu permaisuri."

"Apakah Ananda ingin membicarakan sesuatu dengan beliau? "

" Betul Ayah.. hamba ingin kami bertemu empat mata, Tolong sampaikan pada beliau tentang keinginan hamba ini"

Ayahnya menatap ke wajah cantik itu. Ia merasa bahwa anaknya memiliki suatu rencana.