webnovel

Puas

Nizam memegang bahu Alena yang sedang menggeliat-geliat. Ia lalu memposisikan tubuhnya di atas tubuh Alena. Tangan kirinya bertumpu pada sikunya disamping kepala Alena. Kedua pahanya menahan paha Alena agar terbuka lebar dan tangan kanannya mengarahkan miliknya secara hati-hati. Nizam membisikkan doa bersetubuh di telinga Alena. "Allahumma Janibnasyaithana wa Janibnasyaithana marazaqna"

Alena menatap suaminya dengan perasaan tidak karuan. "Do'a apa itu?" Bisik Alena dengan mata sayu. Tubuhnya menegang merasaka ada benda yang menempel pada tubuhnya dan mulai menekan untuk memasukinya.

"Do'a agar Alloh menjauhkan setan dari kita" Nizam mencium telinga Alena dengan lembut. Lalu Ia mulai menghujamkan pinggulnya ke depan. Mata Alena yang tadi sayu langsung terbelalak lebar. Ia langsung merintih kesakitan. Nafasnya mulai sesak menyadari bahwa benda yang mencoba memasukinya begitu besar dan keras. "Saakit...akh... berhenti" Alena merintih dengan wajah mulai pucat.

Nizam diam di atas tubuh Alena. Ia biarkan tubuh Alena beradaptasi dulu. Bibirnya mencumbu istrinya dengan lembut. Tangan kanannya kembali memainkan tubuh Istrinya. Nafas Alena semakin tersenggal. Ia merasakan kenikmatan diantara rasa perih yang menderanya. Ia jadi bingung antara ingin melanjutkan dengan menghentikan. Akibatnya Ia terdiam hanya rintihannya yang terdengar bimbang.

Dan Ia benar-benar mengandalkan kekuatan tangannya untuk merangsang gairah Alena. Jari-jari yang runcing itu akhirnya membuat Alena melupakan rasa sakitnya. Beruntungnya Nizam yang suka berolahraga memanah sehingga Ia memiliki kekuatan jemari yang mumpuni.

"More...give me more.." Kata Alena akhirnya. "Whatever you want honey" Bisik Nizam sambil kembali menurunkan tubuhnya untuk membenamkan keperkasaannya ke tubuh Alena. Alena mengigit bibirnya menahan sakit. Nizam memperhatikan reaksi wajah Alena sambil tetap menurunkan tubuhnya secara perlahan-lahan.

Tubuh Alena kembali mengejang.

"Ouch..Nizam kenapa sakit lagi.. rasanya sesak. Why your dick is so big? Are you Giant or just a human being" Nizam hampir meloncat kaget mendengar rintihan Alena yang vulgar banget. Untungnya kalimat itu tidak diucapkan pada saat malam pertama. Bisa mati karena malu sama ibunya.

"Nizam..mmm..."Alena tidak bisa meneruskan kalimatnya karena Nizam menutup mulutnya dengan bibirnya. Ia jengah mendengar rintihan Alena yang mulai ngaco. Wajah Alena terlihat sangat cantik dalam posisi sedang terangsang. Matanya yang lebar dan bulat itu sekarang sayu seperti Kerlip bintang timur yang kesiangan. Sinarnya antara ada dan tiada. Setiap kali Ia melepaskan bibir Alena maka Bibir Alena yang mungil itu tak henti-hentinya merintih dan mendesah.

Ketika tubuh Nizam kembali bergerak ke bawah untuk menekan kembali. Nizam juga sebenarnya masih merasakan sedikit sakit. Milik Alena benar-benar sangat sempit dan menjepitnya dengan ketat. Ia juga berusaha meluapkan perasaannya melalui bibir Istrinya. Ia benar-benar mengandalkan keterampilan dan kekuatan tangannya untuk melembabkan tubuh istrinya agar licin sehingga miliknya tidak terlalu sakit.

Setiap Ia melihat Alena mendesah merasakan kenikmatan, Ia benamkan miliknya, setiap Alena merintih kesakitan Ia menahan gerakannya sampai akhirnya tinggal sedikit lagi yang tersisa diluar.

"Ssssh..Nizam apakah semuanya sudah masuk?" Alena bertanya sambil menggeliat. Nizam mengeluh Ia baru menyadari betapa panjang miliknya sehingga dari tadi Ia memasukkan miliknya tapi tidak sampai-sampai. Padahal Ia sudah berusaha keras. Tubuh Nizam berkeringat deras. Suasana sore hari terasa jadi panas membara. Menyentuh Istrinya ternyata lebih sulit dari menaklukkan seekor kuda Arab liar.

Alena melihat Nizam yang berkeringat tampak sedikit putus asa menyadari sulitnya membenamkan seluruhnya ke dalam. Alena jadi gemas. Tiba-tiba saja Ia bergerak dan dengan kekuatan penuh Ia membalikkan tubuhnya ke atas dan membanting tubuh Nizam ke bawah tubuhnya. Nizam yang sedang dalam kondisi tidak siap langsung terbanting kebawah. Walaupun badannya jauh lebih besar dari Alena tapi kalau dibanting secara tiba-tiba tentu saja badannnya langsung terbanting. Apalagi Alena sedang dalam keadaan emosi jiwa karena gairahnya.

Sebelum menyadari apa yang terjadi, Alena yang posisinya ada diatas dirinya menbenamkan tubuhnya sendiri ke depan dan akibatnya adalah amblasnya seluruh milik Nizam ke tubuhnya.

Alena memekik dengan kuat. Tubuhnya mengejang di atas tubuh Nizam. Lalu mulai meronta sambil menangis. Airmatanya berhamburan. Sebenarnya Alena sudah menyadari akan rasa sakit yang akan muncul pada dirinya. Tapi nafsu dan emosinya membuat Ia kehilangan akal sehat. Ia kesal karena Nizam sedikit sedikit memasukinya. Ia menjadi tidak sabar. Nizam yang kaget langsung mendekap tubuh Alena dengan erat. "Aduuh..Alena apa yang telah Kamu lakukan" Katanya sambil berusaha menenangkan tubuh Alena yang bergerak-gerak liar diatas tubuhnya.

"Saakiiit..Nizam aduh hu...hu.." Alena menangis seraya mengaduh-ngaduh. Nizam segera mengambil lagi posisi di atas. Tubuh Alena terus mengejang merasakan perih yang menyelusup. Nizam menjadi khawatir atas kesakitan Istrinya.

"Apa mau dihentikan? Aku cabut yah.." Nizam menghapus air mata Alena yang berhamburan. Alena langsung terdiam. "Jangan...jangan dicabut...ouch.. bastard why is so hurt so much? " Sungguh Alena sendiri tidak mengerti Ia merasakan sakit tapi Ia juga tidak ingin sampai badannya terlepas dari badan Nizam.

Nizam tersenyum manis Ia lalu mencumbu Alena sambil merayunya. Tangannya kembali beraksi. Wajah Alena yang tadi kesakitan kembali berubah. Tubuhnya juga sedang berusaha beradaptasi. Ketika tangan Nizam mempermainkan tubuhnya dengan terampil. Maka Alena mulai merasakan sakitnya berkurang. Nizam kembali merasakan bahwa Istrinya tidak meronta lagi.

"Aku akan mulai begitu kamu siap" Bisik Nizam. Alena kembali menatap wajah Suaminya yang bagai mutiara berkilauan itu.

"Aku siap. Puaskan Aku Nizam...." Alena membuka mulutnya meminta cium. Nizam lalu menciumnya penuh hasrat. Tidak lama kemudian tubuh Nizam mulai naik turun. Bagaikan ombak di laut yang datang silih berganti menyapu bibir pantai. Nizam memacu tubuhnya di atas tubuh Alena. Secara perlahan lalu semakin intens lalu kemudian Ia merasakan bahwa tubuh Alena mulai meresponnya dengan sangat baik.

Gadis kecil itu rupanya sangat menghargai tubuhnya sendiri. Ia berusaha mengimbangi kekuatan Suaminya. Nizam sampai menahan pinggang Alena agar posisinya tetap pas pada pinggul Alena yang tidak mau diam.

"Kamu benar-benar liar Alena...aah..mmm...ouch..I really enjoy it."

Nizam makin mempercepat gerakan pinggulnya. Alena sendiri sudah berteriak-teriak tidak terkendali. Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan. Mulutnya terus mendesah dan merintih. Ia sangat menyukai gerakan tubuh suaminya di atas tubuhnya. Rasa sakit tergantikan oleh rasa nikmat yang tidak pernah Ia bayangkan sebelumnya. Ia bagai terbang mengawang-awang di atas langit ke tujuh. Ia bagai dikelilingi bintang-bintang yang bertebaran.

"Nizam You are so great, I can't stand anymore..It's amazing. Harder.. harder... please give me more..." Alena mengoceh tidak karuan membuat Nizam semakin bersemangat sampai kemudian Alena berteriak.

Melihat Alena akan terkulai, Nizam makin mempercepat gerakan pinggulnya dan kemudian telapak tangannya mencengkram telapak tangan Alena la lalu menghujamkan miliknya sekuat tenaga kedalam rahim Alena, Ia menghamburkan benih miliknya kedalam rahim Istrinya. Nizam sangat berharap agar benih yang Ia sedang tanam akan tumbuh menjadi keturunannya.

Sehingga Alih-alih Ia berteriak histeris seperti Alena mulut Nizam malah berdesis melantunkan do'a meminta keturunan yang Sholeh dan Sholehah. Alena lalu melihat tubuh suaminya terjerembab diatas tubuhnya. Lalu kemudian bergulir ke bawah dengan nafas yang masih memburu.

Kemudian tiba-tiba Alena berkata : "Nizam...apa Aku akan hamil?? Aku takut hamil??" Nizam langsung bangkit dari tidurnya. Kata-kata Alena seakan menghempaskan tubuhnya dari langit ketujuh menjadi terjerembab ke dasar bumi yang gelap dan kelam.