webnovel

Perjalanan menuju Istana

Begitu masuk ke dalam mobil Alena langsung menangis tersedu-sedu. Luapan emosi yang dari tadi ditahannya seakan meledak tidak dapat ditahan lagi. Sejak mereka tiba di bendara dan menyaksikan gerombolan para demonstran yang beringas menyaksikan dirinya. Semua mata kebencian di arahkan kepadanya dan bukan pada Nizam. Tiba-tiba Alena merasa menjadi seorang intruder pada kehidupan Nizam.

Nizam membiarkan Alena menangis. Ia menilai wajar saja Alena menangis, bukankah tadi dipesawat Ia sempat tak kuasa menahan emosi membayangkan penderitaan yang akan dialami Alena. Terutama yang paling membuat Ia resah adalah malam pengantin yang harus mereka jalani. Nizam merasa bahwa malam pengantin yang akan dijalani oleh mereka bukanlah malam yang akan menjadi kenangan indah tak terlupakan. Ia sudah merasakan bagaimana perasaan Alena harus menjalani malam sakral bagi mereka dengan di tunggu oleh orang banyak.

Ia juga tidak bisa membayangkan bagaimana Alena akan perlakukan oleh Putri Reina di dalam Harem tanpa sepengetahuan dirinya. Alena kena bentak sedikit saja langsung berurai air mata apalagi kalau nanti Ia mendapatkan penindasan dari istri pertamanya.

Nizam tahu Ia sudah sangat menyakiti istri pertamanya dimalam pertama mereka. Ia membayangkan Putri Reina akan membalaskan sakit hatinya pada Alena. Hanya ada dua jalan bagi Alena agar terlepas dari penindasan Putri Reina sekarang ini. Yang pertama Alena harus berani melawan. sendiri Dan yang kedua dia harus memperlakukan Putri Reina dengan baik dan merayunya agar tidak menindas Alena. Dengan kata lain Nizam harus mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan Alena. Dan membayangkan pilihan yang kedua membuat perut Nizam terasa mual.

Mungkin Ia adalah satu-satunya pangeran putra Mahkota yang berminat untuk menjalankan praktek monogami. Bukan karena Ia hendak mengingkari diperbolehkannya poligami pada agamanya. Tetapi Ia sungguh tidak kuasa membayangkan tangannya menyentuh wanita yang tidak berada dalam hatinya. Apakah Ia laki-laki yang sebenarnya sangat perasa dibalik sikapnya yang sedingin es, Ia sama sekali tidak mengerti. Yang pasti Ia tidak mau bersama wanita lain selain Alena.

Ia juga tidak mengerti mengapa setelah 25 tahun Ia baru merasakan apakah arti cinta itu sebenarnya. Ia mencintai Alena sampai ke urat nadinya. Sedikitpun Ia tidak ingin menduakan cinta Alena dengan siapapun. Jangankan dengan wanita lain bahkan dengan tahtanya sekalipun Ia tidak berminat untuk menduakan Alena. Ia rela untuk tidak menjadi Raja asalkan Ia bisa mendapatkan Alena dalam hidupnya. Ini juga yang menyebabkan Ibunya mengalah dan menyetujui pernikahan mereka. Karena Ibunya sudah melihat bahwa Nizam akan bersikeras mendapatkan Alena.

Susana hening di dalam mobil. Lalu Nizam mulai berkata dengan lembut pada Alena.

"Sayangku, menangisnya bisa dilanjutkan nanti. Kita sudah memasuki gerbang utama. Kamu akan segera bertemu dengan kedua orangtuaku serta saudara-saudaraku. Apa Kau ingin bertemu mereka dengan uraian air mata dipipimu." Nizam berkata sambil membantu Alena menghapus air matanya.

Sambil tersedu sedan Alena berkata, "Aku juga tidak ingin menangis, air matanya keluar sendiri. Aku sudah menahannya sekuat tenaga. Aku ingin belajar jadi wanita yang kuat dan tegar. Tapi kenapa air matanya ga mau berhenti?" Alena masih terisak.

Mendengar jawaban Alena, Nizam jadi ingin tertawa. Mengapa Alena begitu menyenangkan hatinya. Mengapa sikap konyolnya malah membuat Ia merasa nyaman dan terhibur. Mungkin karena selama ini Ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang munafik yang hanya ingin memanfaatkan dirinya. Orang-orang yang berusaha bersikap manis di depan tapi dibelakang menusukkan sebilah pisau ke punggungnya.

"Air matanya nakal ya sayang, bandel... disuruh jangan keluar malah keluar sendiri, apa air matanya perlu dihukum oleh Yang Mulia Putra Mahkota Nizam, biar kapok" Nizam berbisik sambil mengecup telinga Alena di balik Pasmina yang sudah melorot ke bahu Alena. Alena menggelinjang sambil tersenyum mendengar Nizam bercanda. Tubuhnya bergeser menjauhi Nizam. Nizam cemberut.

"Kesinilah jangan jauh-jauh, Sebentar lagi Kamu akan jadi milikku. Tidak akan ada Cynthia yang menyebalkan lagi yang suka menganggu kita." Kata Nizam sambil menarik tangan Alena. Wajah Alena langsung memerah. Ia mencibirkan bibirnya.

Nizam mendesah melihat bibir Alena yang sedikit maju karena mencibir. Bibir yang begitu menggoda hasratnya sebagai laki-laki. Padahal bibir itu sudah berulangkali berada pada kekuasaan bibirnya. Lidah panjangnya juga sudah sering menelusuri setiap bagian di ruang mulut Alena. Tapi Ia tidak pernah merasa cukup dan puas. Ia selalu ingin bibir itu selalu ada dalam rengkuhan bibirnya.

"Aku benar-benar telah berdusta kepada rakyatku.." Nizam mengeluh sambil mengusap bibir Alena oleh telunjuknya yang panjang dan runcing. Mata Alena membesar mendengar kata-kata Nizam. Apa maksudnya Nizam berkata demikian. Mengapa Nizam mengatakan bahwa Ia telah berdusta. Dusta apa?

"Aku telah berdusta, berbohong dengan mengatakan Kau bukan wanita penggoda. Padahal kenyataannya Kau memang wanita penggoda. Kau telah menggoda hati setiap laki-laki yang memandangmu. Kau banyak memprovokasi Kami, kaum lelaki agar jatuh cinta terhadapmu termasuk Aku." Nizam menggelengkan kepalanya. Ia sok memasang wajah menyesal seakan telah melakukan kesalahan fatal. Nizam Jelas sedang menggoda Alena. Alena merengek manja sambil memukul bahu Nizam. Nizam jadi mengaduh-ngaduh terkena pukulan Alena yang membabi buta.

"Aduh.. beraninya Kamu memukul seorang pangeran.. Apa kamu tidak takut dihukum..Aduh..aduh.." Nizam berkata sambil mengaduh terus karena Alena tidak berhenti memukuli suaminya dengan tangannya. Kesal Ia disebut wanita penggoda. Tapi kemudian pukulan Alena berhenti karena Nizam mencekal tangan Alena lalu menyentakan tubuhnya hingga tubuh Alena tersentak kedalam pelukan Nizam. Alena terdiam dalam pelukan suaminya.

Mobil mewah kerajaan meluncur telah menyusuri jalan-jalan protokol di ibukota Azura. Alena baru pertama kali datang ke Azura Ia melihat ternyata Ibu kota Azura adalah kota yang besar dan megah. Banyak bangunan yang mewah dan memiliki arsitektur modern. Tetapi ada beberapa bangunan yang dipertahankan nilai historisnya sehingga tidak mengalami perubahan struktur bangunan kecuali perbaikan pada bangunan yang sudah termakan oleh usia.

Dan sesuai dengan perkataan Nizam tadi, mobil telah memasuki gerbang utama Istana kerajaan. Alena tercengang ketika mobil mulai memasuki kompleks istana. Ada bangunan istana yang luar biasa indah terpentang dihadapannya. Bangunan itu adalah bangunan kuno yang amat mewah. Alena terkagum-kagum melihatnya. Tadinya Ia pikir istana Nizam adalah istana modern dengan bangunan mewah sama seperti yang Ia lihat sepanjang perjalanan dari Bendara ke Istana tapi nyatanya tidak.

Ada kolam ikan yang terletak dikiri kanan disepanjang jalan menuju istana. Kolam itu bentuknya memanjang mengikuti alur jalan menuju istana. Kolam itu berisikan banyak bunga teratai dan ikan-ikan koi. Pohon-pohon Palem berjajar seakan berbaris dengan patuh di sepanjang belakang kolam. Alena merasa seperti Cinderella yang naik kereta kencana menuju istana tempat diselenggarakannya pesta dansa.

Bangunan kuno itu pastinya terawat dengan baik. Warna merah bata dan coklat mendominasi istana itu. Alena sampai membuka jendela mobil agar lebih puas melihat istana itu. Nizam hanya mengelus punggung istrinya dengan penuh perasaan. Ia membiarkan Alena tercengang melihat pemandangan yang baru dilihatnya itu.