Alena dan Cynthia pergi ke Apartemen Nizam menggunakan Kendaraan yang dibawa Aruna. Alena terpaksa menghubungi Mr. Thomas untuk tidak menjemputnya. Didalam kendaraan Alena dan Cynthia tidak banyak bicara. Keduanya masih shock atas kejadian yang baru terjadi. Kedua pengawal yang dikirim Nizam untuk Alena juga terdiam. Entah apa yang terjadi ketika Pangeran Nizam tahu istrinya ada yang melecehkan.
Tak lama mobil berhenti di depan apartemen Nizam lalu mereka membukakan pintu mobil untuk Alena dan Cynthia. Apartemen Nizam ada dilantai paling atas agar dekat dengan hellypad. Alena terlihat sangat tidak sabar ingin segera bertemu suaminya. Air matanya sudah mulai tergenang di setiap sudut matanya yang indah. Alena menyentuh tanda bel dipintu. Sedangkan Cynthia dan dua pengawalnya berdiri dibelakang Alena. Hati mereka gundah dan resah takut menghadapi Nizam.
Begitu pintu terbuka tampak Nizam sedang berdiri sambil memegang gelas. agaknya dia mau minum. Ali yang membukakan pintu langsung menepi ke samping karena Alena yang menghambur ke dalam dengan tergesa. Begitu melihat Nizam, Alena langsung menangis meraung-raung. Nizam terkejut dan langsung menghampiri Alena tanpa sempat menyimpan gelas saking paniknya.
Belum juga mulut Nizam terbuka mau bertanya kenapa, Alena sudah berteriak. " Aku mau diperkosa Justin....Hua...hu.. hu.." Kata Alena seraya langsung memeluk Nizam.
Bagai mendengar suara petir disiang hari terkejutnya hati Nizam. Gelas yang dipegangnya tanpa sadar meluncur dari tangannya ke bawah lalu jatuh berderai di atas lantai. Pecahan kacanya langsung berhamburan ke segala arah. Tangan Nizam memegang bahu Alena dan menatap istrinya dengan wajah kelam.
"Apa yang dia lakukan padamu?Apa dia menyakitimu??" Tanya Nizam
"Iya Dia menyakitiku...hu..hu..hu...dia memelukku dari belakang dan memaksa mau menciumku. Dia memegang tanganku sampai Aku kesakitan..." Alena menangis terisak-isak.
Mata Nizam langsung menatap ke arah ketiga pegawainya. Dua orang penjaga dari Azura dan Cynthia. Tatapannya yang begitu tajam jelas menggambarkan betapa Ia sangat murka. Lalu Ia berkata sambil berdesis.." Bagaimana bisa tiga orang penjaga tidak bisa menjaga satu orang.Apa kalian sekumpulan orang bodoh?"
Ketiga orang yang dipandang dengan murka oleh Nizam cuma bisa menundukkan wajah.
"Apa Kalian sudah bosan hidup?" Kata Nizam sambil menendang meja kaca didepannya hingga kaca itu meluncur jatuh dari besi yang menopangnya lalu dengan suara yang nyaring kaca meja itu terpecah belah menjadi kepingan tak berbentuk.
Para penjaga Alena langsung berlutut ketakutan sedangkan Cynthia tidak berlutut Ia hanya berdiri terkesima membeku ketakutan. Seumur-umur Ia belum pernah melihat luapan amarah yang begitu menakutkan. Mata Nizam begitu merah. Mukanya benar-benar bagai harimau terluka. Sementara itu Alena malah memekik ketakutan melihat Nizam mengamuk.
Nizam segera memeluknya dan membawanya ke dalam kamar. Pintu dibanting dari dalam kamar sampai seluruh ruangan bergetar. Tidak ada satupun yang berani bersuara. Ali Fuad dan yang lainnya hanya terdiam. Tapi kemudian Ali dan Fuad segera membersihkan pecahan kaca meja dan gelas yang berserakan. Mereka mengerjakannya dalam kebisuan. Apalagi dua orang pengawal Alena yang merasa bersalah, mereka bahkan tidak berani duduk ataupun berdiri mereka tetap diam berlutut, membuat Cynthia jadi salah tingkah. Tapi akhirnya karena pegal Cynthia duduk di kursi dekat pintu.
Di dalam kamar Alena duduk di ranjang sedangkan Nizam berlutut didepannya. kedua tangannya berada di atas paha Alena. Wajahnya tengadah menatap istrinya yang terus menangis.
"Kamu jangan marah. Aku jadi semakin takut.."
Kata Alena dengan air mata bercucuran.
"Apa Justin memelukmu dengan kuat? " Tanya Nizam dengan hati yang terbakar rasa cemburu
"Iya..iya Dia memelukku dengan erat, dadaku jadi sakit.." Kata Alena sambil memegang dadanya. Muka Nizam semakin merah Ia sangat geram dengan kelakuan Justin. Alena yang sangat Ia jaga bagaikan menjaga setangkai bunga mawar yang rapuh. Bunga yang Ia perlakukan dengan sangat lembut seakan perlakuan sedikit keras saja akan mengugurkan kelopak mawar itu. Sekarang diperlukan dengan begitu kasar oleh orang yang tidak beradab, biadab bagai binatang yang tak bermoral
"Apa dia berhasil menciummu?" Tanya Nizam lagi dengan nafas yang terasa sesak.
Untungnya Alena menggelengkan kepala. "Tidak Ia tidak berhasil mencium ku karena Aku meronta-ronta. Nizam Aku takut.. sangat ketakutan. Untung ada dua orang itu yang menolongku. mereka menghajar Justin habis-habisan. Membuat Aku jadi puas. Justin sampai berdarah-darah." Mendengar Justin tidak berhasil mencium Alena, hati Nizam sedikit lega. Kalau tidak Ia bisa mati karena cemburu.
"Sudah seharusnya mereka seperti itu. Mereka sengaja di datangkan langsung dari Azura untuk menjagamu. mereka datang kesini khusus dengan pesawat kerajaan. Jadi seharusnya pukul 2 siang mereka sudah menjagamu. Aku perkirakan mereka datang terlambat sehingga akhirnya kau diganggu Justin."
"Iya...tapi Nizam berjanjilah kamu tidak akan memarahi mereka. Karena mereka sudah menolongku, kalau tidak ada mereka entah bagaimana nasibku. Nizam aku sangat takut. untuk malam ini bolehkah Aku tidur bersamamu? " Alena menatap Nizam penuh harap.
Nizam menganggukkan kepalanya. Ia lalu bangkit dari berlutut nya dan duduk disamping Alena. Alena memutar badannya hingga posisinya jadi saling berhadapan.
"Nizam aku sangat letih, Aku ingin berbaring dan tidur sebentar saja agar ketakutanku hilang"
Nizam mengangguk lalu Ia membantu istrinya berbaring. Ketika Ia mau pergi Alena menahan tangannya. "Jangan pergi dulu. Aku ingin dipeluk sampai Aku tertidur."
Nizam tidak jadi pergi Ia segera turut membaringkan tubuhnya di samping Alena.
"Nizam!!
"Ya..."
"Berilah Aku ciuman agar Aku menjadi tenang." Kata Alena memohon. Nizam yang dari tadi memang ingin menciumnya. Tapi takut melukai hati Alena yang sedang kaget dan ketakutan, sehingga kemudian Ia tidak menunda lagi keinginan istrinya. Kedua tangannya memegang kepala Alena dengan lembut. Lalu ketika bibirnya menyentuh bibir Istrinya maka rasa hangat menjalar keseluruh tubuh. Ketika lidah mereka saling membelit Nizam segera menghisap lidah istrinya dengan lembut dan hati-hati. Ia sangat takut akan melukai bibir Istrinya yang begitu lembut dan manis. Lidahnya menjulur membuai setiap bagian diruang mulut Alena. Alena memejamkan matanya. Pikirannya melayang ke langit ke tujuh.
Betapa ciuman suaminya benar-benar mengugurkan rasa takut dihatinya. Lama terbuai dengan keindahan yang diberikan suaminya Alena jadi mengantuk. Dan Nizam menyadari hal itu Ia merasakan lidah Alena menjadi pasif dan hisapan mulutnya juga berkurang. Nizam lalu melepaskan ciumannya. Amarahnya sudah turun walaupun tidak seluruhnya. Bibir Alena berhasil melembutkan hatinya.
Nizam melepaskan pelukan Alena. Antara sadar dan tidak tiba-tiba Alena berkata
"Nizam.."
"Ya.."
" Aku mau bertanya" Kata Alena sambil tetap terpejam.
"Katakanlah" Nizam berbisik ditelinga Alena.
"Apakah kalau aku sudah tidak gadis lagi kamu akan meninggalkan ku?" Pertanyaan Alena berhasil membuat kejutan lagi pada Nizam.
"Aku sebenarnya sudah tidak gadis lagi" suara Alena terdengar sangat lemah karena sangat mengantuk.
Suara lemah itu seketika menggoncang hati Nizam.
"Alena..Alena..." Nizam menggoyang-goyangkan pipi Alena. Tapi yang digoyang-goyang malah mendengkur halus. akhirnya Nizam menyerah, Ia tidak mau membangunkan istrinya. Ia mengingat pertanyaan dan pernyataan dari Alena. Benarkah Alena sudah tidak suci lagi. Nizam terdiam disisi ranjang menatap wajah istrinya dengan perasaan berkecamuk.