" Musuh kakak Nizam sangat banyak. Aku pikir kalau musuhnya hanya Paman Salman tetapi alangkah terkejutnya Aku ketika Paman Adnan tanpa persetujuan Ibunda mengundangku makan malam. Waktu itu aku hanya menduga kalau ini hanya pertemuan keluarga biasa. Sehingga Aku tidak menaruh curiga apapun.
Tetapi alangkah terkejutnya ketika Paman Adnan tiba - tiba mengatakan kalau dinasti keluargaku masih menunggu salah satu keturunan mereka untuk menduduki istana. Paman Adnan merasa tidak puas ketika Ibunda kalah bersaing dengan Ratu Sabrina.
Paman Adnan rupanya terus berpikir kalau seandainya yang menjadi Ratu itu Ibunda, Ia pasti sudah menjadi Perdana menteri dan bukannya Paman Salman." Sampai disini Pangeran Thalal terdiam. Ia menarik nafas dalam-dalam untuk mengusir rasa sesak dalam dadanya.
Cynthia ikut menarik nafas campur khawatir sekaligus bersyukur suaminya mau berterus terang kepadanya. Seandainya tidak maka Ia tidak akan tahu kalau Nizam dan Alena berada bahaya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com