webnovel

Malu

Alena keluar dari kamar mandi dengan pakaian trainingnya. Wajah Alena merona rambutnya basah kuyup. Ia berdiri di depan Nizam yang sedang duduk sambil menelengkupkan mukanya pada kedua tangannya di meja.

"Nizam... " Suara Alena memanggil dengan takut-takut. Ia sendiri merasa bahwa Ia sedang bermimpi berada di hadapan Nizam dan berada di tempat Nizam.

Nizam mengangkat mukanya. Ia kembali menatap Alena. Badan Alena panas dingin

"Apa Kamu sudah sadar? "Nizam bertanya sambil bangkit dari duduknya.

Alena mengangguk sambil tersipu-sipu malu.

"Apa Kamu tau apa yang terjadi? " Tanya Nizam

Alena menggelengkan kepalanya.

"Kamu telah diberi obat afrodisiak oleh George. Lalu dia hendak memperkosamu." Suara Nizam datar. Alena berteriak kaget.

"APA..????? Bagaimana mungkin?. Aku tidak kenal dengannya? Mengapa Ia hendak melakukan itu padaku. " Suara Alena mulai terdengar parau kemudian mulai terisak dan menangis tersedu-sedu.

"Dia adalah temannya Elsa dan Elsa mencintai Edward tetapi Edward malah mencintaimu, jadi dia ingin Kau menjauh dari Edward."

"Tapi Aku tidak mencintai Edward. Apa yang selanjutnya terjadi, Apa Dia berhasil melakukannya. Oh Tuhan.. apa yang sudah kulakukan? " Alena bertanya sambil menutupi wajahnya. Ia merasa hidupnya hancur berkeping-keping. Dicium saja ia belum pernah sekarang Ia diperkosa orang tak dikenal. Kesialan macam apa ini..

"Kamu tidak usah khawatir. Alhamdulillah Aku berhasil menyelamatkanmu."

"Alhamdulillah.. Ya Alloh syukur benar-benar syukur Alhamdulillah. Terima Kasih yang tak terhingga untukmu Nizam.. " Bisik Alena sambil berulang-ulang mengucapkan rasa syukur.

"Maaf Nizam Aku mau bertanya lagi? Mengapa Aku ada dalam bathtub sambil basah kuyup?" Mata Alena yang bagai kejora menatap Nizam meminta jawaban.

"Karena setelah Aku berhasil menyelamatkanmu dari Goerge bukannya berterima kasih, Kamu malah berusaha hendak memperkosaku, jadi Aku rendam saja Kamu di bathtub ." Nizam masih bersuara datar.

"APAA??? " Hampir saja Alena semaput mendengar kata-kata Nizam.

"Itu tidak mungkin, bagaimana bisa Aku mau memperkosamu.. " Alena menangis tambah keras pengennya malah sambil guling-guling di lantai.

"Kamu bohong Nizam..." Isak tangis Alena malah membuat Nizam jadi menahan tawa. Gadis ini benar-benar telah mewarnai perasaannya dari hitam dan putih menjadi sedikit berwarna.

"Apa Kamu tidak percaya.. nih lihat.. " Nizam memperlihatkan bekas lipstik di lehernya. "Nih. lihat. bahkan Kamu mencakarku disini.. ini.. terus sebelah sini. " Nizam terus menunjukkan bekas ciuman dan cakaran Alena padanya.

"Kamu kesal karena ajakan bercintamu Aku tolak makanya Kamu mencakarku." Nizam terus mempermainkan Alena. Ia benar-benar merasa puas melihat Alena semakin menggerung-gerung menangisnya.

"Cukup!!! Hentikan!!!, Kamu keterlaluan" Alena menutup telinganya.

Nizam tertawa terbahak-bahak melihat Alena histeris sehingga tangisan Alena langsung berhenti. Sesaat Alena terpana melihat Nizam tertawa terbahak-bahak. Ini untuk pertama kalinya Ia melihat Nizam tertawa. Karena tersenyum saja Dia belum pernah melihatnya.

Melihat Alena menatapnya dengan perasaan takjub Nizam menghentikan tawanya. Ia menggigit bibirnya menahan agar tawanya tidak tersembur lagi.

"Mengapa? Apa? Mengapa Kau melihatku seperti itu " Sekarang perasaan Nizam yang jadi tak karuan.

"Aku tidak pernah melihatmu tertawa. Kamu sangat manis kalau tertawa. " Alena berkata terus terang. Wajah Nizam langsung berubah Ia sedikit tersipu-sipu. Alena sangat berterus-terang dan sedikit berani.

"Nizam, Mengapa kamu tahu Aku dalam bahaya?? Mengapa Kamu menyelamatkanmu? Bukankah Kamu bilang padaku bahwa Kamu tidak suka pesta dansa. Kenapa Kamu ada disana? " Alena bertanya dengan bertubi-tubi.

Nizam membeku Ia lalu menyenderkan tubuhnya di meja kerjanya. Duduk disana menatap Alena.

"Karena Aku.... " Nizam terdiam seakan berat hati.

"Aku kenapa?? " Alena tidak sabar bertanya lagi.

"Karena Aku juga sebenarnya mencintaimu, jadi Aku menyuruh orang untuk mengawasimu dan menjagamu"

Mata Alena terbelalak dengan indahnya bagai ada ribuan cahaya yang berebut keluar dari sana.

"Ooh.. Nizam betapa indahnya perkataan itu di telingaku. " Alena berkata sambil langsung berjalan ke arah Nizam lalu hendak meraih tangan Nizam. Tapi sebelum Alena sampai ke tubuhnya, Nizam menahannya menggunakan pulpen yang tadi Ia ambil di meja. Tubuh Alena tertahan oleh pulpen.

"Berhenti!! Kamu mau apa? " Suara Nizam kembali lagi terdengar galak.

Alena tersipu-sipu mundur ke belakang mukanya merah padam . "Aku mau memegang tanganmu. Bukankah Kau bilang Kau mencintaiku. Aku juga sangat mencintaimu. Aku juga mau mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu. Ya Tuhan ini seperti mimpi yang jadi nyata. "

"Aku peringatkan padamu Alena, Aku memang mencintaimu. Tapi bukan berarti Kau bisa menyentuhku. Haram bagiku menyentuh wanita yang bukan muhrim"

"Terus Aku harus bagaimana?? Apakah aku harus jadi istrimu dulu? Baru bisa menyentuhmu. " Pertanyaan Alena bertubi-tubi.

"Tentu saja seperti itu."

"Tapi kapan? itu masih lama. Aku sudah tidak sabar. "

Nizam menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa pengaruh obatnya masih terasa olehmu?" Nizam bertanya sambil mengerutkan kening. Ia curiga jangan-jangan reaksi obatnya masih ada.

Alena menggelengkan kepalanya. Ia lalu menundukkan kepalanya. Sebenarnya Ia sangat malu tapi perasaan cintanya pada Nizam meluluh lantakkan rasa malunya.

"Alena..Aku memang mencintaimu tapi Aku tidak yakin bisa menjadi pasanganmu. Kamu belum mengenalku."

"Maka dari itulah Nizam. Ayolah jadikan Aku kekasihmu. Aku bersedia melakukan apa saja untukmu. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak dapat menahan perasaan ini. Aku sangat tersiksa." Alena terduduk di sofa lalu mulai menangis lagi.

"Jangan mempermainkan Aku Nizam, Kau bilang Kau mencintaiku tapi tidak mau menjadi kekasihku. Lalu Aku harus bagaimana? Kau pikir Aku mau menderita seperti ini. "

"Aku mengerti perasaanmu Alena, Aku sendiri begitu tersiksa karena mencintaimu. Tetapi bagaimanapun Aku tidak bisa memberimu harapan terlalu banyak. Aku tidak seperti orang lain. Aku tidak memiliki kebebasan penuh atas diriku." Wajah Nizam begitu kelabu ketika Ia berbicara tentang dirinya pada Alena.

Lagi-lagi mata Alena terbelalak mendengar penjelasan Nizam.

"Apa Kamu seorang narapidana? Kejahatan apa yang sudah Kamu lakukan? " Tanya Alena begitu polosnya.

Lagi-lagi Nizam tersenyum mendengar pertanyaan Alena. Alena benar-benar gadis yang polos. Badan seksinya terasa lengkap dengan tingkahnya yang polos, terus terang dan gegabah. Perpaduan itu lah yang membuat laki-laki tergila-gila. Ia benar-benar bagai mainan yang akan menyenangkan bagi semua pria. Nizam memainkan telunjuknya pada bibir bawah sambil melihat mata Alena yang cemerlang.

"Aku bukan seorang narapidana. Bagaimana mungkin seorang narapidana bisa kuliah."

"Oh ya.. ya.. Aku sungguh bodoh."

"Memang Kamu gadis yang bodoh"

"Aah.. Nizam" Alena merengek manja Ialu Alena cemberut seraya sedikit memajukan bibirnya kedepan. Efeknya luar biasa bagi Nizam. Ia merasakan ada yang menegang pada dirinya. Alena benar-benar merangsang fisiknya habis-habisan.

"Alena.. sebaiknya Aku mengantarmu pulang sekarang. Wanita dan pria tidak boleh berduaan seperti ini. Ini tidak baik untuk Kita. Aku nanti akan mengajakmu berbicara lebih banyak lagi. " Nizam berkata sambil bangkit dari duduknya. Belum juga Alena menjawab tiba-tiba pintu apartemen Nizam diketuk dari luar.

"Ini Saya Ali bersama Cyntia." terdengar suara laki-laki di luar.

Nizam tampak gembira mendengar suara itu. Ia seperti terlepas dari perangkap musuh. Dengan wajah berseri Ia beranjak hendak membuka pintu. Sementara itu Alena tambah cemberut kesal ada orang yang mengganggu kesenangannya. Ia masih ingin bersama Nizam. Bila perlu menghabiskan malam bersamanya.