webnovel

Hampir Celaka

Alena menatap dirinya yang mengenakan gaun panjang berwarna pink, berpita dibagian dada. Detail renda tipis yang menghiasi bahunya yang sedikit terbuka membuat Ia bagaikan putri dari kayangan. Sepatu high heel dan clutch warna senada menyempurnakan penampilan Alena. Rambut hitamnya ditata ke atas memperlihatkan lehernya yang begitu jenjang. Seuntai kalung berlian menghiasi lehernya membuat kecantikannya semakin berkilau. Walaupun Alena berdandan secantik bidadari tetapi sinar matanya muram. Sebenarnya kalau tidak ia sudah berjanji pada Edward untuk menjadi teman dansanya Ia ingin sekali menolak. Di Handphonenya terdapat lebih dari lima orang pria yang memintanya untuk menjadi teman dansanya Belum lagi yang meminta secara face to face. Semua itu ditolak secara halus.

Alena akan pergi dengan Cyntia menggunakan mobilnya. Edward jelas tidak bisa menjemputnya karena Ia dan teman-temannya harus tampil. Cyntia sudah siap dari tadi. Cyntia yang mengenakan gaun biru memiliki kecantikan yang tidak biasa juga. Ia sama menawannya dengan Alena. Tetapi Ia menolak beberapa pria yang memintanya untuk menjadi teman dansanya hanya karena dia ingin menemani Alena. bukankah nanti Edward tidak bisa terus menerus ada disampingnya Alena.

"Apa Nizam akan datang? " Tanya Alena sambil membetulkan mantel yang menutupi gaunnya.

"Apa Kamu gila?? Jelas Ia tidak akan datang. Apa Kamu pikir Ia suka akan acara yang seperti ini. Lagi pula bukankah Dia pernah berkata padamu bahwa Dia tidak suka acara seperti ini. "

Alena termangu mendengar kata-kata sahabatnya. Ia benar-benar merasa tidak bersemangat. Minimal kalau ada Nizam Ia masih bisa menatapnya walau tidak bisa menyentuhnya.

" Come on Alena. Jangan rusak kegembiraan malam ini dengan pikiran yang mustahil. Lupakan Nizam mari kita bersenang-senang. Aku sudah memikirkan betapa banyaknya makanan disana. " Mata Cyntia berbinar-binar membayangkan makanan yang tumpah ruah di meja panjang.

"Di otak mu selain berisi banyak pengetahuan juga berisi banyak makanan. Kapan otakmu diisi oleh seorang pria? " Alena bersungut-sungut.

"Untuk apa Aku mengisi otak dengan sosok makhluk yang akan menyakitiku. No.. no lebih baik Aku hidup untuk makanan. Makanan adalah hal penting tanpa makanan Kita akan mati". Cyntia berkata sambil tidak lupa menyambar sebuah pisang sebelum Alena dan dirinya pergi meninggalkan apartemen.

***

Limousine dan sport car mulai datang silih berganti ke Kampus The Great. Aula depan yang disulap jadi tempat dansa sudah dihias dengan mewah. Ada lebih selusin penjaga yang dikerahkan untuk berjaga-jaga. Baik untuk menjaga mobil-mobil mewah maupun menjaga keamanan selama pesta dansa berlangsung. Para wanita dengan gaun formalnya tampak saling bersaing memamerkan penampilannya masing-masing. Para pria dengan tuxedonya tak kalah mewahnya dengan gaun pasangannya. Beberapa photografer sudah mulai beraksi jeprat jepret memoto para peserta. Bak artis yang sedang menghadiri acara grammy award mereka bergaya di depan photografernya.

Alena dan Cyntia sudah berjalan menuju pintu masuk. Berbeda dengan yang lain Alena dan Cyntia tidak terlalu memperdulikan para photografer. Bahkan Alena tidak bergaya sedikitpun walaupun banyak photografer yang berminat mengabadikan kecantikannya. Para wanita dan pria tampak memandang Alena dengan pandangan yang berbeda. Penampilan Alena yang spektakuler membuat para wanita memandang dengan kagum dan iri. Sedangkan para pria memandang penuh minat dan berkata dalan hati mereka betapa beruntungnya pria yang bisa menjadi teman dansanya.

Begitu masuk ternyata Edward sudah datang untuk menyambutnya. "Betapa cantiknya kalian berdua " Edward meraih tangan Alena dan mencium punggung tangannya.

"Thank you Edward " Alena menjawab sambil cepat-cepat menarik tangannya dari bibir Edward. Edward mencoba tidak memperdulikan tingkah Alena. Kesediaan Alena untuk menjadi teman dansanya sudah merupakan anugerah yang tidak terhingga baginya. Sebagai tanda kesopanan Ia juga mencium tangan Cyntia.

"Aku sudah menyiapkan tempat duduk untukmu. Ayo.." Edward menuntun Alena. Cyntia mengikutinya dari belakang. Mata Alena melirik ke kiri dan ke kanan berharap ada keajaiban yang datang dan Ia bisa melihat Nizam. Sayangnya sampai Ia duduk di meja depan Nizam tidak kelihatan batang hidungnya.

Suasana tambah malam tambah meriah. Edward hanya menemaninya sebentar sebelum Ia kembali ke atas panggung. Alena malah senang Edward pergi dari sisinya.. Ia menemani Cyntia yang melahap semua kue-kue yang berhasil Ia kumpulkan dari meja makanan.

"Apa perutmu tidak akan meledak? " Tanya Alena dengan takjub melihat mulut Cyntia yang tidak berhenti mengunyah."

"Aku ini bukan seorang tuan putri seperti dirimu yang kerjanya hanya bersolek. Aku ini pekerja keras. Jadi Aku memerlukan banyak makanan untuk menggantikan energi ku yang terkuras. "

"Kapan Aku menang melawan perkataanmu? " Alena berkata sambil mengalihkan pandangan matanya ke arah depan. Ada bagian yang terpisah antara meja para tamu dan panggung tempat Edward bernyanyi. Bagian itu diperuntukkan untuk berdansa. Alena melihat ke arah kanan dilihatnya ada Justin yang sedang menatapnya penuh nafsu. padahal disampingnya ada Gadis cantik yang menemaninya. Justin tidak berani mengganggunya karena Ia sudah bersama Edward malam ini. Alena cepat-cepat memalingkan wajahnya agar ia bisa mengindari tatapan Justin.

Dipanggung Edward tampil begitu memukau. Para gadis bersorak-sorak mengagumi suara merdu dan ketampanan Edward.

" Saya akan menyanyikan lagu perfect dari Ed sheeran. Lagu ini khusus Saya tujukan untuk Alena. Alena I Love You. " Suara Edward bagai petir di siang bolong bagi Alena. Bahkan bagi Cyntia hingga Cyntia langsung tersedak terbatuk-batuk. Alena refleks menepuk-nepuk punggungnya. Para Gadis berteriak penuh rasa kagum sekaligus iri pada Alena. Alena sendiri tampak cemberut Ia sebal Edward mulai bertingkah berlebihan.

 "I found a love for me

Darling just dive right in

And follow my lead

Well I found a girl beautiful and sweet 

I never knew you were the someone waiting for me

'Cause we were just kids when we fell in love"

...

Lagu itu mengalun syahdu dari bibir Edward. Para gadis dan pria mulai berdansa berpasangan. Alena sendiri sama sekali tidak mau berdansa. Tiba-tiba ada Pramusaji yang menawarinya minuman. Ada beberapa gelas yang dibawa dalam sebuah nampan. Ketika Alena mau memilih Pramusaji itu malah menyodorkan segelas jus jeruk.

"This is for you miss.. " katanya

Alena sedikit heran menatap pada Cyntia yang juga ikutan mengambil segelas jus.

"Ada apa?" Tanya Cyntia sambil meminum jusnya.

"Pelayan itu.. kenapa dia tahu Aku mau minum jus dan bukannya sampanye? " Tanya Alena sambil ikutan meneguk minumannya.

"Mungkin minuman itu dipesan Edward..Dia kan tahu Kamu tidak meminum alkohol."

Tiba-tiba handphone ditas Cyntia berbunyi. Cyntia mengangkatnya dan kemudian tampak berbincang-bincang sebentar. Wajah Cyntia tampak sedikit berubah. Lalu Ia berkata:

"Alena Kamu tunggulah sebentar. Aku ada perlu dulu. "

"Perlu apa? jangan lama-lama. Aku tidak mau sendirian." Alena tampak ketakutan.

"Jangan khawatir cuma sebentar, ada telepon penting Aku tidak bisa jelas mendengarnya dari sini. "

"Ya.. ya baiklah.. cepatlah sana" Akhirnya Alena mengalah.

Alena menghabiskan jus jeruknya. Entah kenapa setelah minuman itu habis tiba-tiba badannya terasa panas dan gerah. Alena merasakan keringatnya sedikit mengalir. Nafasnya memburu dengan resah. Ia menjadi gelisah dan menggeliat-geliat dari kursinya. Pandangan matanya sedikit kabur. Dan ketika tiba-tiba pada saat Edward menganyikan lagu "Shape of You" Dan para pedansa menggila diiringi lagu yang menghentak itu, Alena tidak sadar dituntun oleh seorang pria keluar dari ruangan pesta dansa. Hal ini sama sekali tidak disadari oleh Edward bahwa gadis pujaannya sudah lenyap dari mejanya karena pandangannya terhalang oleh para pedansa yang sibuk berdansa. Ia sendiri terbawa emosi lagu sehingga melupakan Alena yang sedang duduk menunggunya.