webnovel

Cinta yang Begitu Besar

Nizam menghembuskan nafas lega ketika dipersidangan berikutnya Ayah Alena langsung dibebaskan karena memang para saksi yang akan melawan Ayah Alena mendadak mengundurkan diri. Pak Gatot sampai sujud syukur. Rupanya Andre benar-benar memenuhi kata-katanya pada Niken untuk menarik mundur para saksinya dan langsung membebaskan Ayah Alena dari segala tuntutan karena tidak ada bukti dan saksi lagi yang melawannya.

"Terima kasih sekali atas segala usahamu." Kata Pak Gatot sambil memeluk erat menantunya. Ibunya Alena cuma menyalami Nizam. Nizam sendiri memang tetap menjaga jarak dengan siapapun yang berjenis kelamin wanita kecuali pada Alena tentunya.

"Mas...bagaimana kalau kita mengadakan syukuran untuk kebebasanmu kali ini" Kata Ibunya Alena sambil menatap wajah Suaminya dengan wajah berseri-seri bahagia.

Ayahnya Alena langsung mengangguk setuju. "Kau aturlah acaranya. Undang juga anak-anak kurang mampu dari panti asuhan dan juga kirimkan bantuan dana untuk panti jompo dan sosial lainnya."

"Aku Bantu Ayah, untuk mendata tempat-tempatnya" Kata Alena penuh semangat. Ia lalu menatap suaminya dan berbisik. "Terima Kasih sayang.."

Nizam tersenyum dan teringat kejadian waktu kemarin-kemarin. Ia kini yang berbisik ditelinga Istrinya dan berkata dengan bahasa Azura. "Apa Kau akan menghadiahkan dirimu lagi untukku?"

Alena mencubit pinggang Nizam. "Kau mesum..tapi boleh juga. Nanti malam Aku akan jadi bonekamu" Kata Alena sambil melirik genit lalu menjulurkan lidahnya ke arah suaminya. Nizam jadi langsung keringatan. Istrinya ini benar-benar mampu membuat dirinya terbangun hanya dengan lirikan matanya.

Tiba-tiba Handphone ditangan Nizam berbunyi. Nizam lalu meminta ijin untuk mengangkat telepon dan menjauh dari keluarga Alena yang sedang bergembira.

Setelah mendapatkan tempat yang cukup jauh. Nizam menjawab teleponnya. Hmmm rupanya Pangeran Thalal yang menelpon.

"Yaah... Assalamualaikum" Nizam menyalami penelponnya.

"Waalaikumsalam. Kakak..ini Aku Thalal.." Rupanya Pangeran Thalal yang menelpon.

"Ya..bagaimana? Apa pemeriksaan terhadap laporan keuangan Hotel Gardenia sudah selesai?" Nizam langsung bertanya tentang hasil audit yang dilakukan oleh timnya James dengan diawasi oleh Pangeran Thalal.

"Sudah Kak. Ini James sudah membuat laporan seluruh asset yang ada di Indonesia. Dan hasilnya positif Kak. Ada penyelewangan yang cukup signifikan dari departemen keuangan dan pajak."

"Hmmm.. sudah ku duga, Cari tahu dalang dibalik kasus ini! Besok Kau segera pulang ke Azura untuk mencari tahu. Jangan lupa minta bantuan Rasyid."

"Siap Kakak..Apa Kakak masih akan tinggal lama di Indonesia?"

Nizam terdiam lalu berkata, " Ada beberapa masalah yang masih harus diselesaikan. Aku memiliki firasat Andre belum sepenuhnya menyerah. Laki-laki seperti itu bukan tipe laki-laki yang mudah menyerah. Dia lebih gigih dari Edward dan lebih kejam. Hati Edward begitu halus Dia lebih memilih menghancurkan dirinya sendiri untuk membuktikan cintanya. Tetapi laki-laki seperti Andre dia akan lebih memilih untuk menghancurkan orang lain agar tujuannya tercapai."

"Kakak bawa pulang saja Kakak Putri Alena ke Azura sekarang, agar terhindar dari kejahatan Andre" Kata Pangeran Thalal.

"Aku tidak bisa meninggalkan mertuaku dalam bahaya" Nizam menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas. Ia tidak bisa melarikan diri pulang ke Azura karena yang akan jadi korban adalah keluarga Alena.

"Atau Aku bawa saja Kakak Putri Alena ke Azura dan Kakak tinggal di sini untuk menyelesaikan urusan Kakak" Pangeran Thalal mengajukan suatu usulan lagi

"Tidak bisa..Kau pikir Putri Reina sakarang ini sedang duduk tenang? Dia pasti sedang mengatur siasat"

"Kakak Kau terlalu curiga." Suara Pangeran Thalal terdengar seperti suatu keluhan.

" Kau yang terlalu naif. Kau harus tahu. Darimana Edward tahu kita sedang ada di Bali kalau tidak ada yang turut campur dengan orang istana"

"Tapi Kakak.. Edward kelihatannya tidak tahu menahu tentang kakak Putri Alena ada di Bali."

"Ya.. Edward tidak akan pernah berbuat sejahat itu pada Alena. Ia tidak akan pernah mau ke Bali kalau seandainya Ia tahu Alena sedang bulan madu. Ia hanya akan membela Alena kalau Alenanya terancam. Kemungkinan ada orang dalam tim manajemen Edward yang bekerja sama dengan pihak istana."

"Tapi Kakak kenapa Edward malam itu bertindak seakan-akan dia hendak merebut Kakak Putri Alena dari tanganmu"

"Dia berbuat seperti itu karena tidak dapat menahan emosi setelah melihat Alena. Sama dengannya dengan diriku yang tidak bisa menahan diri untuk tidak menghajarnya" Nizam menerawang mengingat kebodohannya telah menghajar Edward dan hampir mencelakai istri dan anaknya sendiri.

"Kakak.. betapa rumitnya hidupmu" Kata Pangeran Thalal menjadi prihatin terhadap nasib kakaknya.

"Aku mencintai Alena. Aku bisa mati tanpa dirinya. Rintangan apapun akan Aku hadapi hanya untuk mempertahankan dia untuk tetap disisiku"

"Kakak kenapa Kau begitu terobsesi. Kau ini calon Raja. bagaimana pun Seorang Raja harus lebih mencintai kerajaannya dari pada seorang wanita"

"Aku tidak tahu. Kau Tahu Thalal..bila harus memilih antara Alena atau kerajaan. Aku akan memilih hidup bersama Alena biarpun jadi rakyat jelata dari pada menjadi seorang Raja besar tanpa Alena disisiku"

"Kakak..." Pangeran Thalal tercekat. Ia tidak tahu betapa besarnya cinta kakaknya pada Istrinya. Seandainya pihak kerajaan tahu hal ini. Maka satu-satunya cara untuk menyelamatkan kerajaan adalah dengan membunuh Alena. Dan ini pernah terjadi beberapa kali. Wanita yang terlalu dicintai Raja lalu mengancam kedudukan Raja maka hidupnya tidak lama.

'Kau Thalal..mengapa Diam? Kau pasti sedang mengkhawatirkan keselamatan Kakak ipar mu?" Nizam langsung menebak jalan pikiran Pangeran Thalal dengan mudah

"Kakak..Kau ini. Selalu bisa menebak pikiranku dengan mudah." Pangeran Thalal tersenyum kecil.

"Yah.. sudahlah Thalal Kalau Kau tidak ada yang mau disampaikan lagi. Aku tutup teleponnya. Besok Aku dan Alena akan mengantarmu ke Bandara. Pasti Ia ingin bertemu dulu dengan sahabatnya Cynthia."

"Iya Kakak.. Assalamualaikum" Kata Pangeran Thalal sambil menutup teleponnya.