webnovel

Berterus Terang

"Ini adalah es campur..ayo Nak dimakan.. Ibunya Alena menyodorkan es campur didalam gelas yang berbentuk setengah mangkuk. Para pendamping Nizam juga turut duduk. Tadinya dua penjaga Nizam tidak bersedia duduk satu kursi dengan Nizam tapi Nizam memberikan isyarat dengan matanya agar mereka ikut duduk. Mereka juga diberikan es campur sama dengan Nizam.

Ali melihat Nizam memegang mangkuk itu. Ia terlihat sangat khawatir. Seharusnya sesuai prosedur Ia harus mencicipi dulu seluruh makanan yang akan dimakan Nizam untuk memastikan keamanannya. Kecuali Ia sudah mengenal tempat itu dengan baik Misalnya kantin tempat Nizam kuliah.

Tapi Ini di rumah Alena, wanita yang sangat dicintai oleh Tuannya. Bisa-bisa Ia digampar bolak balik, kalau Ia mengambil gelas es campur itu langsung dari tangan Nizam lalu mencicipinya terlebih dahulu. Jadi Ia hanya bisa menatap Nizam. Nizam bukannya tidak tahu Ia sedang ditatap penjaganya. Ia kembali memberikan isyarat pada Ali kalau semua akan baik-baik saja.

"Es campur makanan khas Indonesia, Pasti tidak akan ada di negaramu. Ini terbuat dari kelapa muda, gula merah dan alpukat. yang bewarna merah adalah pacar cina terbuat dari tepung sagu, Ayolah dimakan rasanya dingin dan manis" Ibunya Alena terus berpromosi dengan bahasa Inggris yang lancar.

Nizam mengangkat sendoknya dan mulai memasukkan ke dalam mulutnya diiringi tatapan kedua penjaganya yang seakan-akan melihat anak balita yang berjalan ditepi kolam dan anak itu hampir tercebur ke dalamnya.

Nizam merasakan sensasi dingin di mulutnya diiringi rasa manis dan gurih. Ia merasa geli ketika kelapa muda itu menggelincir masuk ke dalam tenggorokannya. Rasanya aneh dan berlendir. Alena hampir saja tertawa melihat ekspresi wajah Nizam yang lucu dan aneh.

Nizam kemudian menyimpan gelasnya setelah memakannya berapa suap. Ia melihat para penjaganya sangat lahap memakan es campur mungkin mereka merasa makanan itu aneh tapi enak juga. Sementara tiga orang lagi yang berasal dari Indonesia yaitu dua sopir dan satu manajer Humas Hotel Gardenia tampak tidak ada masalah. Kemudian Nizam meminta para penjaganya dan yang lainnya untuk menunggu diluar karena Ia ingin berbicara secara pribadi dengan orang tua Alena.

Lalu setelah berbasa-basi sedikit akhirnya Nizam mengutarakan niatnya untuk menikahi Alena. Alena tampak tersipu-sipu malu.

"Begitulah seandainya Ibu dan Bapak mengizinkan, Saya berniat untuk melamar Alena untuk dijadikan istri ke dua saya." Nizam berkata perlahan.

"AAPAA?" Ibunya Alena langsung berdiri dan histeris. Ayahnya menarik tangan istrinya agar duduk kembali dan mencoba bersikap tenang. Hati Nizam langsung menciut melihat reaksi Ibunya Alena. Ibunya Alena yang tadi begitu lembut dan baik hati berubah menjadi segarang singa yang terluka.

"Diam.Bu, Kita dengarkan dulu penjelasan Nizam. Ingat Dia itu berasal dari Negara Azura bukan dari Indonesia. Mbok yang tenang sedikit.. toh. Bikin malu saja"

"Ta....tapi Dia tadi berkata apa? Dia hendak memadu anak kita. Apa ini bukan gila?" Ibunya Alena bersungut-sungut wajahnya langsung cemberut. Ia juga mengomel-ngomel pada Alena. Cakep sih cakep kalau dijadikan istri ke dua bagaimana bisa. Kaya ga ada laki-laki lain di dunia ini. Memangnya anaknya seorang pelakor. Ora iso, tidak bisa. Pernikahan ini tidak boleh terjadi.

"Ceritakanlah Nak. Apa yang sebenarnya terjadi??"

"Maafkan saya..Saya sebenarnya seorang pangeran putra mahkota dari kerajaan Azura. Sebagai seorang putra mahkota pihak kerajaan sudah menyediakan istri untuk saya sejak saya masih kecil. Dan saya bertemu Alena ditempat kuliah lalu saya jatuh cinta padanya." Nizam menundukkan kepalanya. Ia merasa bersalah baru bercerita pada Alena sekarang. Tapi tentu saja Ia tidak mungkin berbohong di depan orang tua Alena.

Alena ternganga mendengar penjelasan Nizam. Orang tuanya apalagi. Mereka langsung menatap Alena dan menuduh anaknya sudah menyembunyikan berita besar ini dari mereka. Alena langsung gelagapan di tatap oleh orangtuanya. kedua tangannya langsung digerakkan tanda menolak tuduhan orang tuanya.

"Ti..tidak Bu, Alena tidak tahu kalau Nizam seorang pangeran." Alena lalu memandang calon suaminya dengan sengit. Ingin rasanya Ia menghajar Nizam yang sudah menyembunyikan rahasia besar ini.

"Saya juga sengaja tidak memberitahukan Alena karena takut membahayakan Alena juga Takut kalau seandainya Alena tahu, Dia akan menghindari saya" Nizam berkata lemah.

Seumur hidupnya belum pernah Ia menundukkan kepalanya selain pada orangtuanya. Seumur hidupnya juga Ia tidak mengenal rasa takut. Tapi kali ini didepan orang tua Alena dan Alena sendiri Ia merasa jadi orang yang paling takut, lemah dan tak berdaya.

Ayah Alena menarik nafas panjang. Setelah mendapat hantaman rasa keterkejutan yang sangat besar bagaikan gelombang air bah yang melanda dirinya. Tetapi Ia juga sangat menghargai kejujuran calon menantunya. Namun hati kecilnya sedikit terusik karena sinyal kewaspadaan yang bekerja.

" Nizam eh yang Mulia.."Ayahnya Alena menjadi kaku harus menyebutkan apa. Ia masih tidak percaya kalau pria yang didepannya itu pangeran putra mahkota. Tapi mau tidak percaya juga buat apa. Apa untungnya untuk Nizam berbohong padanya. Mau menipu juga menipu apa. Bukankah Ia pengusaha yang sudah bangkrut.

"Nizam saja Pak, tolong." Kata Nizam menolak dipanggil Yang Mulia.

"Bapak bingung harus bicara apa. Ini merupakan kejutan yang luar biasa bagi Kami. Seorang putra mahkota negara Azura mau melamar Alena. Bagaimana bisa. Karena Alena tidak memiliki darah bangsawan. Dia juga sekarang tidak punya apa-apa. Kami sudah bangkrut. Pastinya Alena sudah menceritakan permasalahan kami, Bahkan bukan tidak mungkin Bapak akan masuk penjara."

"Benar..Alena sudah bercerita kepada Saya. Saya mohon maaf jika nanti saya akan menawarkan sedikit bantuan mungkin, untuk menolong bapak keluar dari permasalahan ini."

Ayahnya Alena terkejut. " Tapi bagaimana bisa? Permasalahan-permasalahan bukan permasalahan sepele. Kami terlibat kasus hutang yang besar dengan ancaman penjara. Terus terang Saya tidak meminta Nak Nizam untuk melunasi Utang kami. Hanya Kami takut akan mempengaruhi pernikahan kalian nantinya."

"Bapak tidak perlu khawatir, Saya pribadi sudah berbicara dengan Ayah dan Ibu saya. Mereka sudah siap menerima kan Alena. Mungkin Saya juga akan meminta ijin untuk nantinya Alena akan tinggal di Azura untuk mendampingi saya "

"Maaf Pangeran... bagaimana dengan istri pertama mu? " Ibunya Alena angkat bicara setelah sedari tadi terkejut mendengar penjelasan Nizam.

"Sebagai seorang istri pangeran yang nantinya akan menjadi Raja. Istri pertama saya memang dipersiapkan untuk tidak memiliki saya seutuhnya. "

Ayah dan Ibunya Alena tidak bisa berkata apa-apa. Mereka bukan orang-orang bodoh yang tidak mengerti tentang permasalahan-permasalahan di kerajaan Timur Tengah. Seorang Raja beristri lebih dari satu itu adalah hal yang biasa. Karena kebanyakan dari pernikahan itu adalah pernikahan politik.

"Alena kami, nantinya juga akan seperti itu??" Tanya Ibunya Alena penuh rasa khawatir."

Nizam menganggukkan kepala lalu menangkupkan kedua tangannya di dada dan berkata. "Saya sangat menyesal harus mengatakan bahwa Alena juga harus rela membiarkan diri saya terbagi dengan istri saya yang lain dan saya tidak berdaya tentang hal itu karena saya harus berlaku adil. Tetapi Saya berani menjanjikan bahwa hati saya hanyalah milik Alena seorang."

Nizam berkata sambil menatap Alena. Wajah Alena memerah. Ia tertunduk malu. Ibunya Alena juga serasa meleleh mendengar kata-kata Nizam yang begitu romantis.

"Hmm.. baiklah Alena, Nizam sudah berterus terang. sekarang keputusan ada ditanganmu. Kamu harus ingat ternyata Nizam bukanlah orang sembarangan. Kamu nanti akan tinggal di Azura. Hidup berbaur dengan yang lain. Menjadi istri Nizam kelihatannya tidak semudah menjadi istri dari kalangan biasa. Kamu juga harus rela Nizam beristri lebih dari satu. Bahkan Ayah perkirakan mungkin kedepannya Nizam akan beristri lebih dari dua. Karena bagi kalangan mereka menikah bukankanlah tentang mempersatukan hati tetapi menikah adalah tentang menyatukan batasan wilayah juga menegakkan perdamaian. Apa Kamu sanggup menjalani hidup seperti itu?" Ayahnya menjelaskan panjang lebar.

Nizam menganggukkan kepalanya. Dalam hati nya Ia sangat menghargai kecerdasan ayahnya Alena.

Alena terdiam lalu Ia memandang Nizam dengan tatapan sedikit ragu. Tetapi ketika pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Nizam yang penuh cinta. perlahan Alena menganggukkan kepalanya.