webnovel

Cinta Cowok Dingin

Jangan salahkan aku menjadi seperti ini, sebab ini semua karena dirimu yang meninggalkan aku sendiri tanpa penjelasan darimu.

Wulandari_8096 · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
34 Chs

Perkelahian

Happy Reading

.

.

.

Brakkk Pranggg

Mendengar kegaduhan itu semua mata tertuju pada 2 meja dibelakang Dwi dan teman-teman nya.

"Dasar brengsek" lanjut pembuat suara setelah memukul jatuh lawannya dan siap untuk melayangkan tinjunya lagi.

"Tunggu Fian dengerin gue dulu" ya suara itu berasal dari meja tempat Fian dan temannya tadi, entah apa masalah mereka sehingga terjadi baku hantam padahal saat baru datang tadi mereka masih bertos ria.

Beberapa pelayan menghampiri Fian dan temannya entah siapa namanya untuk menengahi mereka agar tidak banyak menarik perhatian para pengunjung lain.

"Udah mas kita bicarakan dulu baik-baik" kata seorang pelayan mencoba melerai mereka sambil menarik Fian menjauh.

"Gak usah ikut-ikutan" Sinis Fian sambil memberontak membuat pelayan itu jatuh kebelakang.

"Dan elu gak ada yang perlu gue dengerin lagi" kata Fian sambil menunjuk-nunjuk temannya yang kini sudah berdiri di bantu pelayan lainnya.

Setelah mengatakan itu Fian pergi dari cafe meninggalkan temannya itu yang masih tertatih-tatih kesakitan, entah apa yang mereka bicarakan hingga membuat Fian semarah itu. Sepanjang perjalanan Fian keluar dari cafe semua banyak pengunjung cafe menatapnya dan bisikan-bisikan membicarakannya.

"Gila songong bener jadi orang" kata Briyan setelah melihat Fian keluar dari cafe.

"Ada masalah apa ya mereka?" Dwi penasaran.

"Masalah apapun seharusnya dia gak boleh mukul orang dong, kasihan kan dia" kata Milla sambil melihat iba pada orang yang di pukul Fian tadi.

"Betul banget" Briyan membetulkan omongan Milla sedangkan Dwi masih melihat ke pintu tempat Fian lewat tadi.

"Seenggaknya dia gak betengkar sama cewek cakar-cakaran lagi" kata Dwi sambil melihat Briyan.

"Uhuk uhuk uhuk" Briyan kaget sampai tersedak ludahnya sendiri.

"Eh..gue tu" belum sempat menyelesaikan kata-katanya pelayan datang membawa pesanan mereka.

"Silahkan mbak,mas pesanannya" kata pelayan itu sambil menyusun makanan di meja.

"Terimakasih" kata mereka saat pelayan itu pergi menjauh.

"Briyan kamu beneran pernah berantem sama cewek?" tanya Milla penasaran mendengar pertanyaan itu Dwi melihat Briyan dengan senyum mengejek kerena berhasil membongkar rahasia Briyan.

" Eh...itu...hmm...itu udah lama kok"tiba-tiba suara Briyan mengecil seperti ada yang menyangkut di tenggorokan nya.

" Eh jadi beneran,kok bisa? kirain Dwi cuman bercanda rupanya beneran" Milla merasa tak percaya, karena yang dikenalnya Briyan bukanlah orang yang seperti itu walaupun Briyan dan Dwi sering cekcok tapi kan gak pernah sampe main fisik.

"Ya itu udah lama lagian ceweknya juga ngeselin banget" Briyan membela dirinya sendiri.

"Emang masalah apa?" Milla sangat penasaran sedangkan Dwi dengan tenang meminum pesanannya sambil mencomot goreng kentang di meja tanpa memperdulikan Briyan dan Milla.

"Dia gak mau gue putusin terus nampar gue padahal gue kan udah baik-baik minta putusnya,mana dia bilang gue cowok bajingan lagi ya gue kesel lah jadi gue bilang aja dia cewek matre terus dia jambak rambut gue mana sakit banget jadi gue balas aja lah masa diam" terang Briyan pajang lebar dengan emosi.

"Hah cuman karena itu?" menurut Milla putus adalah hal sepele mengapa jadi harus jambak-jambakan.

"Eh itu bukan hal sepele ya Lo tau gak rambut gue ini tiap Minggu gue salonin ee dia enak ajak main jambak-jambak" kata Briyan emosi.

"Ya tapi agak gimana gitu hehe" Milla terkekeh.

"App"

"Ughh" sendawa Dwi menghentikan perkataan Briyan.

"Jorok banget si Wi" kata Briyan kesal.

" Eh kemana semua ini makanannya kok tinggal piring doang?" tanya Milla histeris.

Seakan tersadar Milla dan Briyan saling bertatapan seperti orang sedang telepati mereka seperti paham kemana hilangnya makanan di meja itu lalu secara bersamaan melirik Dwi dengan tatapan tajam.

"Hehe sorry-sorry abis gue laper baru bangun tidur butuh asupan ee kalian malah sibuk berduan gue ditinggalin sama makanan ya udah gue makan aja kan sayang mubazir, terus kalo nunggu kalian kan lama nanti keburu dingin makanannya kan gak enak jadi selagi masih anget dak enak ya harus dimakan dan kalian tenang aja gue gak minum minuman kalian kok liat aja masih full kan isinya itu gak gue sentuh loh" sambil menjelaskan tangan Dwi sibuk membereskan tasnya setelah selesai menjelaskan Dwi pun kabur.

"Dahh gue pulang duluan"

"Dwiiiiiii" teriakan Milla dan Briyan.

"Hah dah kabur aja tu anak liat aja besok di sekolah" kesal Milla

"Hahaha dia dari dulu emang gitu doyan makan" tawa renyah Briyan.

"Hmm sebenarnya gue penasaran kalian kenal dari kapan sih?"

"Dari kapan ya? seingat gue sih dari gue umur 2 tahun udah kenal dia soalnya kalo pas umur setahun gue gak ingat apa-apa, tapi kalo kata mamah gue sih dari bayi bahkan dalam kandungan karena mamah gue dengan Tante Xander itu sahabatan"

"Wah udah lama ya"

"Ya lama banget" Briyan membenarkan.

" Mau nanya apa lagi?" lanjut Briyan.

"Gak ada"

"Yaudah gue mau bayar dulu abis itu kita pulang" terangnya.

"Gue ikut" Milla lari menyusul Briyan yang sudah berjalan kekasir.

"Haha ya hayuklah"

"Lo pulang pakek apa?" tanya Briyan setelah keluar dari cafe.

"Pakek kaki lah masa terbang gue kan gak punya sayap" mendengar jawaban Milla Briyan tersenyum gemas.

"Maksud gue pakek bus apa taksi?" tanya Briyan lagi.

"Haha ngapain pakek taksi-taksian rumah gue 2 gang dari sini kok eket jalan 5 menit aja sampe" melihat senyum Briyan Milla menjadi salah tingkah.

"Mau gue anter?" tawar Briyan

"Gak usah Deket kok"

"Yakin nih?"

"Iya yakin rumah gue Deket jadi bisa sekalian olahraga"

"Ya udah gue pulang ya Lo hati-hati"

"Iya makasih Briyan teraktirannya sama hati-hati dijalan"

"Iya Lo juga hati-hati"

"Bay Briyan sampai ketemu di sekolah ya"

"Bay"

Setelah mengatakan itu Briyan pun masuk ke mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan Milla.

Di tempat lain Dwi sibuk nonton Drakor dengan snack dan laptop di atas kasur, ya dia bahkan sudah selesai mandi dilihat dari rambutnya yang basah menetesi kasur padahal dia baru saja meninggalkan temannya setelah makan banyak di cafe tapi dapat dilihat sekarang hidupnya sangat bahagia tanpa adanya beban entah apa yang akan di pikirkan Milla bila melihat Dwi seperti sekarang setelah meninggalkannya.

"Hahahaha aduh perut gue" tawanya menggelegar.

Tok tok tok

"Non" panggil seseorang dari balik pintu yang dapat di yakini adalah Bik Minah.

"Haha masuk" tawa Dwi tak henti-hentinya

"Astaghfirullah non" Bik Minah kaget melihat Dwi dengan rambut basah dan bungkus snack berserakan di atas kasur.

"Aduh bibik ngagetin" sahut Dwi

"Lagian Enon ngapain rambut belum dikeringin udah mainan laptop mana ini sampah berserakan aduh duh"omel Bik Minah

"Hehe nanti Dwi beresin deh Bik udah jangan marah-marah" rayu Dwi sambil menghampiri Bik Minah dan menggapai tangan Bik Minah lalu menggoyang-goyangkannya merayu.

"Ya udah sekarang keringin dulu rambutnya terus turun makan" Bik Minah pun luluh oleh rayunan Dwi.

"Siap laksanakan" kata Dwi sambil hormat saat Bik Minah berlalu keluar kamarnya.

TBC...