"Pangeran, apa kamu tidak mau minum teh dulu sebelum melanjutkan menggambar?" Qu Tan'er menuang teh lalu meletakkan cangkir teh di hadapan Mo Liancheng. Dia mengakui bahwa gambar Mo Liancheng terlihat sangat hidup, sangat indah. Hanya saja... gambarnya tidak nyata. Jelas-jelas yang digambarnya itu burung yang bersayap. Kenapa tidak bisa terbang melewati tembok tinggi?
"Ya." Mo Liancheng mengiyakan ucapan Qu Tan'er tapi tetap tidak menyentuh cangkir teh di hadapannya.
Qu Tan'er berdiri di samping dan menunggu dengan sabar. Gambar apapun pasti akan selesai digambar oleh Mo Liancheng. Namun, setelah menunggu cukup lama, masih belum ada tanda-tanda pria itu akan beranjak dari kursinya. Dia seakan-akan telah melupakan kehadiran Qu Tan'er.
Tan'er pun bertanya, "Kamu tidak minum?"
"Ya."
"Kamu tidak lapar?"
"Ya."
"Kamu tidak capek?" Qu Tan'er terus bertanya pada Mo Liancheng.
"Ya."
"Nama kamu siapa?"
"Ya."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com