"Kamu senang?" tanya Mo Liancheng.
Matanya masih menatap lekat Qu Tan'er, seolah-olah ingin menerawang pikirannya. Saat melihat adik keempat belas datang, bisa-bisanya dia segembira itu? Sedangkan saat menemani aku menggambar, dia terlihat begitu menderita, batin Mo Liancheng. Suasana hatinya pun menjadi buruk seketika, rasa tidak senang yang belum pernah dirasakannya, tiba-tiba bergejolak di dalam hatinya. Rasanya ngilu, kecut dan sangat tidak nyaman.
Sedangkan Qu Tan'er, gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya. Dia benar-benar merasa pertanyaan Mo Liancheng sangat aneh. Memang benar, dia merasa senang saat melihat Pangeran Keempat Belas, itu karena dirinya terpikirkan sebuah gagasan untuk bisa keluar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com