webnovel

Satyr

Yusuf dan Indra membawa Aren keluar dari pondok itu. Setelah melihat Satyr yang mengerikan di hadapan mereka. Tak bisa dipungkiri Yusuf pun juga merasa takut.

"Aku akan mencobanya!" tegas Indra dan langsung masuk ke dalam sana. Lagi-lagi Satyr itu menatap dengan senyuman yang menyeringai. Ia tampak mabuk dengan drum yang ia duduki. Aroma anggur hasil fermentasi pun meluap ke semua sudut ruangan kecil itu.

"Kau ingin bermain teka-teki lelucon?" tanya Satyr itu membuat Indra terkejut dan mengangguk perlahan.

"Aku akan memulainya terlebih dahulu," ucap Satyr itu berdiri dengan kakinya yang sempoyongan. Dia benar-benar mabuk. "Apa yang hidupnya sepertimu?" tanyanya.

"Itu bukan lelucon," jawab Indra.

"Daun teh! Jawabannya adalah daun teh. Yang mana, yang mudalah yang akan dipilih. Seperti kau dan adikmu ha ha ha!" Satyr itu tertawa bebas.

"Jaga ucapanmu!" tegas Indra.

"Keluar!" bentak Satyr itu. Ya, Indra tak bisa menahan emosinya, itu pertanda bahwa ia gagal. Indra menghempas langkahnya dan keluar begitu saja.

"Bagaimana?" tanya Yusuf. Indra tak menghiraukannya. Satyr itu benar. Yusuf selalu berada di depan Indra, seberapa kuat pun Indra berusaha mengalahkan adiknya itu. Pucuk daun teh itu akan tetap berada di atasnya.

"Aku akan mencobanya!" ucap Bella, tetapi Yusuf menghalanginya karena ia tahu seberapa menakutkan wujud Satyr itu.

"Dia akan memberikan beberapa lelucon yang akan membuatmu marah. Kau harus bisa menahannya," ucap Indra.

"Aku bisa melakukannya," ucap Yusuf melangkah masuk ke dalam sana dan membuat Indra mendesis kesal.

"Kau ingin bermain teka-teki lelucon?" tanya Satyr itu pada Yusuf.

"Biar aku yang memulainya," jawab Yusuf membuat Satyr itu bergidik dan menoleh ke arahnya. "Aku pernah membenci seorang gadis karena ia sangat jelek. Entah kenapa, semakin lama aku membencinya, aku malah semakin tertarik kepadanya. Saat aku mulai menyukainya dan tak peduli bagaimana bentuknya. Aku malah memulai genderang peperangan dengan saudaraku sendiri," ucap Yusuf.

"Itu tidak lucu sama sekali," ucap Satyr itu kemudian tertawa karena lelucon yang diberikan Yusuf benar-benar tidak lucu dan membuatnya tertawa. "Baiklah, akan aku berikan contoh lelucon padamu. Hewan apa yang paling menjijikkan di muka bumi ini?" tanyanya.

"Keledai!" jawab Yusuf dengan cepat Satyr itu menggeleng.

"Kumbang kotoran!"

"Cacing pita di dalam perut!" semua tebakan itu salah. "Baiklah, apa jawabannya?" tanya Yusuf.

"Gadis yang kau sukai lebih menjijikkan dari seluruh hewan yang ada di muka bumi ini!" tegas Satyr itu membuat Yusuf mengertakkan gigi-giginya.

"Apa kau tahu? Iblis pun membenci sosoknya, kenapa kau bisa menyukai gadis itu? Apa kau ingin aku membantumu untuk melenyapkannya?" Mendengar kalimat itu, Yusuf kembali mengepal tangannya. Satyr itu melirik tangan milik Yusuf yang sudah mengeluarkan urat-uratnya. "Keluarlah!" perintah Satyr itu dan Yusuf pun keluar sesuai perintah.

"Apa kau juga gagal?" tanya Bella. Yusuf memegang kedua pundak gadis itu dan menatap matanya dalam. Ya, dia memang merasa mual dengan aroma busuk tubuh Bella. Namun, ia tak memedulikannya.

"Ingat ini! Kami bergantung padamu. Apa pun yang akan diucapkan oleh Satyr itu, jangan pernah kau menunjukkan bahwa kau kesal atau marah. Kau harus bisa menahannya!" tegas Yusuf, Bella segera mengangguk dan berjalan masuk ke dalam sana.

"Waaah! Aroma busuk apa ini?!" jerit Satyr itu.

"Maafkan aku," ucap Bella membungkuk padanya.

"Mau apa kau ke sini?!" jerit Satyr itu berusaha menutupi hidungnya.

"Aku ... maksudku kami membutuhkan energi dari Warak Ngendog," ucap Bella dengan nada ketakutan.

"Baiklah. Kau juga ingin bermain lelucon? Sepertinya ini akan menjadi lebih menarik," ucap Satyr itu mengambil segelas anggur dari drum yang ia duduki dan meminumnya.

"Aku akan memulainya!" ucap Bella mengangkat tangan.

"Baiklah! Aku harap kau memberikan lelucon yang benar-benar lucu. Tidak seperti pria tadi," gerutu Satyr itu berjalan menghampiri Bella yang hampir saja terjatuh efek dari mabuk serta menghirup aroma Bella yang sangat busuk.

"Baiklah." Bella menghembuskan napasnya lebih dalam. "Anak ini ada, tetapi bayak hewan tidak bisa miliki anak ini. Anak apakah itu?" tanya Bella membuat Satyr itu berpikir cukup keras.

"Anak Haram?" jawaban itu sangat menohok dan tabu membuat Bella terbelalak dengan tebakannya.

"Bukan! Ini hewan," ucap Bella menutupi rasa keterkejutannya.

"Apa jawabannya?" tanya Satyr itu.

"Jawabannya Anak Kucing. Karena bebek, ayam, sapi bahkan kambing sekali pun tidak bisa memiliki anak kucing," jawaban itu pun juga sangat menohok untuk bangsa Satyr. Pasalnya Bella menyebut kambing di dalam kalimatnya.

"Kau kira leluconmu itu lucu?!" ucap Satyr itu membulatkan matanya yang sudah berubah menjadi kemerahan.

"Apa itu tidak lucu?" tanya Bella tak mengerti dan merasa bersalah.

"Baiklah," ucap Satyr itu melempar cangkirnya dan duduk di lantai menatap Bella yang sedang berdiri.

"Apa yang lebih menjijikkan dari kotoran?" tanya Satyr itu. Segera Bella tertawa hingga terpingkal-pingkal. "Kenapa kau tertawa?!" bentak Satyr itu.

Ini rupanya yang dimaksud oleh Yusuf. Murahan sekali teka-teki ini, gerutu Bella dalam hatinya.

"Tentu saja wajahku! Tidak ada yang lebih menjijikkan dari wajah ini! Ha ha ha!" Bella semakin terbahak-bahak dibuatnya. Satyr itu terdiam. Ya, jurus pamungkasnya sudah terbaca.

Teka-teki lelucon dengan maksud untuk menghina seseorang adalah triknya untuk memancing emosi orang tersebut. Tidak dengan Bella, dia sendiri pun sudah muak dengan wujudnya yang menjijikkan. Jika ada yang ingin menghinanya, silakan saja. Dia akan mengiyakannya.

"Apa kau tahu? Hewan apa yang hidupnya serba kekurangan?" tanya Bella sinis.

"Cacing? Ia kekurangan tangan, kaki bahkan ia tidak memiliki kepala! Ha ha," jawab Satyr itu penuh percaya diri. Tidak, inilah saatnya Bella membalas semua lelucon kampungan yang dimainkan oleh Satyr itu.

"Bangsamu!" tegas Bella membuat Satyr itu mengenyit dan menatap dalam kedua bola mata gadis itu. "Kau seekor kambing, tetapi kakimu hanya dua. Tubuhmu seorang manusia tetapi kau tidak memiliki jari kaki. Bukankah itu sebuah kekurangan yang akan kau nikmati sampai kau mati?" tanya Bella sambil tersenyum.

"KAU!!" teriak Satyr itu murka dan mengejutkan semua makhluk yang mendengarnya. Segera para Satyr lain mengerumuni pondok ketuanya itu. Mereka segera menodongkan senjata pada Indra, Yusuf serta Aren yang baru tersadar dari pingsannya. Yusuf mengangkat nenyerah dengan mengangkat kedua tangan.

"Sebenarnya apa tujuan kalian datang ke sini?!" teriak Satyr pria yang menempelkan ujung belati pada urat leher Yusuf.

***

Mereka keluar dari Smarang dengan membawa sebotol energi merah dengan wajah yang terus tersenyum. Di luar gerbang, Quren sudah menunggu mereka untuk pulang bersama.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Yusuf tak mengerti.

***

Sebelum mereka keluar dari Smarang, saat leher Yusuf hampir terkerat oleh belati tajam, Warak Ngendog datang dengan kepulan asap di mulutnya. Seperti apa wujud Warak Ngendog? Makhluk ini berbentuk seperti Kambing, tetapi tubuhnya seperti Burak (buroq).

Buroq ialah makhluk mitologi. Tubuhnya menyerupai kuda seukuran keledai dan memiliki sayap. Jarak terbangnya, sejauh matanya memandang.

Warak Ngendog memiliki kepala berbentuk naga yang sudah terkenal sebagai makhluk mitologi etnis Tiongkok dan memiliki 4 kaki seperti Buroq. Ekornya kecil seperti ekor kambing. Warak Ngendog adalah makhluk mitologi Indonesia yang menyimbolkan dosa dan nafsu manusia yang harus diatasi dengan berpuasa.

Kedatangan Warak Ngendog sangat mengejutkan masyarakat Satyr. Pasalnya sudah berjuta-juta orang datang ke Smarang dan tak ada satu pun dari mereka yang bisa membuat Warak Ngendog datang ke sana. Ini adalah kejadian yang sangat langkah.

Warak Ngendog meneteskan liurnya yang berwarna merah seperti lahar panas dari gunung merapi.

Ya, mulutnya memang kerap kali menyemburkan api. Air liur itu terus mengalir seperti air kran. Dengan cepat Bella keluar dari pondok itu dan mengambil botol bekas anggur merah yang berserakan di depan pondok lalu menadahkan air liur Warak Ngendog. Mereka berhasil mendapatkan energi pertama.

***

Kembali pada mereka yang sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Dirroth. Quren secara tiba-tiba merampas botol energi itu dari tangan Bella.

"Hi hi hi, Terimakasih telah membantuku mendapatkan energi langkah ini!" jeritnya yang kini telah berubah menjadi penyihir berhidung panjang dan berjubah hitam, lalu menghilang.

Sudah sedari Quren pulang, penyihir itu mengintai mereka dan menunggu saat yang tepat untuk mencuri energi langkah itu.