webnovel

Pacarnya?!

Bella sedang memeluk gulingnya sambil berputar-putar di atas kasur. Aren menatapnya bingung.

"Apa ada seseorang yang menciummu?" tanya Aren. Kembali Bella mengingat Yusuf yang hendak menciumnya hari itu.

"Tentu saja tidak!" bantahnya.

"Kau bisa membuka sepatu itu! Hanya ada aku di sini!" bentak Aren kesal melihat sepatu kotor itu dibawa oleh Bella menaiki kasur. Segera Bella menurutinya.

"Apa kau kenal pria yang menghuni kamar sebelah Indra?" tanya Aren. Ya, itu Pria Sampah.

"Pria Sampah!" tegas Bella.

"Dia tampan sekali! Siapa namanya?" tanya Aren sambil memeluk dirinya sendiri. Bella mengernyit menatapnya.

"Dia selalu bertemu denganku dan mengatakan aku ini 'Sampah Masyarakat'!" tegas Bella lagi.

"Kau sudah cantik dengan sepatu itu. Bantu aku mencari tahu siapa dia." Aren memegang tangan Bella dan menahan napasnya. Ya, Bella sudah tak mengenakan sepatu itu lagi. Dia berubah ke wujud aslinya.

***

Bella dan Indra berkeliling membeli jajanan di pasar. Segala jenis jajanan mereka cicipi. Terasa sangat menyenangkan.

Pantas saja Yusuf suka sekali mengajaknya ke sana-sini, gumam Indra dalam benaknya.

Mereka mengobrol dan tertawa. Benar-benar sangat membahagiakan. Bella tak pernah menghilangkan senyum di wajahnya. Seperti berada di dunia dongeng, setelah ia mengenakan sepatu itu, Pangeran jatuh cinta padanya.

Bella dan Indra benar-benar menikmati hari berdua. Mereka pulang jam 7 malam. Sesampainya di persimpangan atas tangga, Indra menarik tangan Bella yang hendak meninggalkannya ke arah lain. Bella terdiam menatapnya.

"Terima kasih," ucap Indra.

"Untuk apa?" tanya Bella tak mengerti.

"Untuk hari ini," jawabnya.

Bella hendak menuju Kamar Kosnya, tetapi Indra masih menggenggam tangannya.

"Aku ingin ini bukan yang pertama dan terakhir. Apa kau mau seperti ini untuk waktu yang lama?" tanya Indra membuat mata Bella terbelalak.

***

Bella berjalan terbata-bata menghampiri pintu kamarnya. Sesekali ia melirik Indra yang hendak masuk ke dalam kamarnya juga. Indra tersenyum dan melambaikan tangan. Bella tak membalasnya. Ia berjalan dengan tatapan lurus menabrak segala yang ada di dalam kamarnya.

"Kenapa kau ini?" tanya Aren yang sedang mencoba memotret dirinya sendiri menggunakan ponsel.

"Jika seseorang mengatakan 'apa kau ingin seperti ini untuk waktu yang lama' apa itu maksudnya dia ingin kami berdekatan selamanya?" tanya Bella dengan pandangan lurus.

"Itu pertanda bahwa dia menyukaimu," ucap Aren membuat Bella tersenyum dan memeluk dirinya sendiri.

"Memangnya siapa yang mengatakan itu?" lanjut Aren.

"Indra," ucap Bella pelan. Segera Aren menghampirinya.

"Indra?! Indra mengatakan itu padamu?! Wah, astaga, kenapa bisa?!" jerit Aren yang ikut berdebar karena adegan itu.

***

Pagi-pagi sekali, Bella dengan cantiknya mendatangi kamar Kosan putra dan hendak menyelipkan surat dari sela bawah pintu kamar Kosan Pria Sampah.

Grek~

Pintu itu terbuka saat ia berjongkok di depannya. Pria Sampah itu menatapnya. Juga melihat lembar kertas yang ia pegang. Segera Bella menyembunyikan surat itu dan tersenyum.

"Sepertinya aku salah kamar," ucap Bella hendak berlalu. Namun, pria itu menahannya dan merampas kertas yang ada di tangan Bella. Bella berusaha mengambilnya kembali, tetapi ia tak cukup tinggi dibandingkan pria itu.

"Itu dari sahabatku, namanya Aren! Dia sekamar denganku. Kamar kami ada di seberang sana. Kau jangan salah paham. Dia menyuruhku memberikan ini padamu!" jelas Bella dengan cepat dan tertunduk karena malu.

"Aku tak tahu siapa namamu, tetapi melihatmu selalu membuat jantungku berdebar lebih cepat," ucap Pria itu membaca kalimat pertama dari surat tersebut. Bella menepuk jidatnya. Pria itu terkekeh geli membaca surat cinta yang ia dapatkan di hari sepagi ini.

"Bak pangeran, pesonamu sangat mengagumkan. Juga bibirmu yang indah itu, bolehkah aku mengecupnya sekali saja?" Bella berlari meninggalkannya. Pria itu tertawa lepas membaca surat cinta gila dari Bella.

Tidak, Bella benar. Surat itu dari Aren. Aren yang menyuruhnya memasukkan surat itu dari sela bawah pintu. Bella bahkan belum membaca isinya karena ia tak peduli apa yang ditulis oleh Aren di dalamnya.

"Areen!!" teriak Bella yang masih terdengar oleh Pria itu. Bella masuk ke dalam kamarnya dan langsung memukuli Aren.

"Ada apa?!" teriak Aren yang kesakitan.

"Kenapa kau menulis surat seperti itu?! Dia mengira aku lah yang menulisnya!" teriak Bella lagi.

"Baiklah! Akan aku klarifikasi semuanya!" tegas Aren berjalan keluar kamar dan mendatangi kamar Pria Sampah itu bersama Bella di belakangnya.

Terdengar suara gelak tawa dari dalam sana. Bella semakin membenturkan wajahnya di dinding. Aren menggedor pintu tersebut dengan sangat kencang hingga membuat penghuni pria lain membuka pintunya karena mereka kira pintu kamar merekalah yang di ketuk.

"Bagaimana ini?!" jerit Bella.

Kumpulan pria itu mulai mengepung Aren dan Bella. Tidak, mereka hanya menginginkan Bella. Pria Sampah itu membuka pintu kamarnya. Segera Aren dan Bella masuk ke dalam sana. Bella menabrak Pria Sampah dan terjatuh bersamanya.

Deg~

Tak hanya Yusuf dan Indra. Pria itu pun terpesona dengan sosok Bella. Para pria itu mengejar mereka. Aren mengunci pintu kamar dengan cepat.

***

Sementara di luar ricuh, yang terjadi di kamar Indra dan Yusuf malah hening tanpa bunyi. Peperangan sengit antara kakak beradik itu terjadi begitu instan hanya karena seekor itik buruk rupa.

Yusuf menyandang tasnya dengan seragam sekolah lengkap tanpa sepatah kata. Indra pun ikut berdiri dan membuka pintu juga tanpa kalimat yang terucap dari mulutnya. Namun, mata mereka menunjukkan bahwa persaingan itu benar-benar terjadi.

Kau akan membenci dia jika kau tahu dia berubah karena sepatu bodoh, gumam Yusuf dalam benaknya sambil menatap lekat kedua biji mata abangnya dan berjalan mendahului.

Yusuf melihat kerumunan pria di sebelah kamarnya. Namun, ia tak menghiraukannya dan tetap melangkah ke sekolah. Berbeda dengan Indra yang langsung menyadari bahwa mereka menunggu Bella keluar dari sana saat mendengar kalimat mereka 'cantik sekali'. Indra ikut menggedor pintu itu, tetapi tak ada siapa pun yang berani membukanya.

"Bella!!!" teriak Indra membuat semua pria yang berada di sekelilingnya terdiam.

"Siapa itu?!" jerit Bella ketakutan yang masih berada di dalam kamar Kosan Pria Sampah.

"Apa kau tidak akan berkerja?!" teriak Indra lagi.

Brag~

Bella membuka pintu itu tanpa ragu. Dia tahu itu suara Indra. Dia tahu bahwa Indra akan menyelamatkannya dari situasi ini karena Indra memintanya 'tetap seperti ini untuk waktu yang lama'.

Indra mengangkat tangan kanannya bak seorang pangeran yang hendak mengajak Tuan Putrinya untuk berdansa bersama. Bella segera menyambut tangan itu dengan perlahan. Tangan mereka menggenggam satu sama lain. Bella berjinjit melintasi batas kamar itu.

"Ini sudah terlalu siang!!" Suara bentakan itu membuat Bella kembali tersadar dari lamunannya. Ia masih berdiri di depan pintu kamar Pria Sampah dan menatap semua pria yang masih meneriaki namanya itu.

"Kenapa?" tanya Indra.

"Eung ... Tidak! Tidak kenapa-kenapa!" tegas Bella setelah berpikir, sambil tersenyum ia melewati batas kamar dan berjalan bersama Indra menembus kerumunan pria itu menuju Kafe.

***

Bella sedang mengelap semua meja sesekali ia melirik Indra yang sedang membereskan dapur. Indra menyadari tindakan Bella, ia pun ikut melirik sesekali. Pandangan mereka bertemu, segera Bella mengalihkan pandangannya dan kembali mengelap meja sambil tersenyum-senyum. Indra pun sama, ia terus tersenyum-senyum sambil merapikan dapurnya.

***

Malam saat Kafe telah tutup, terasa sedikit aneh karena Yusuf tak datang ke sana. Meski Bella sangat menunggu kehadirannya.

Bella sedang duduk termenung menunggu Yusuf. Indra menyadari perlakuan Bella. Namun, ia cukup mengerti, bukan hanya dia yang sedang dekat dengan Bella. Ada begitu banyak pria yang mengincar gadis itu.

Indra menaruh sebotol minuman dingin di atas meja, tepat di hadapan Bella. "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Indra. Segera Bela menggeleng, pertanda bahwa dia menyembunyikan penantiannya.

"Yusuf?" tanya Indra membuat Bella bergidik terkejut.

"Kenapa dia tidak ke sini?" tanya Bella. Indra menjawab pertanyaan itu dengan mengangkat bahunya.

"Apa kalian bertengkar?" tanyanya lagi. Indra menggeleng.

***

Mereka pulang berdua. Sepanjang perjalanan Bella tak terlihat bersemangat. Biasanya dia akan ke toko buku siang hari. Tidak dengan hari ini. Tanpa sepatah kata, Bella berjalan dan meninggalkan Indra di persimpangan Kos.

Namun, Indra mengejar dan menarik tangannya. Bella segera berbalik menatap pria itu dengan penuh tanda tanya.

Inilah saatnya! Jerit Indra dalam hatinya.

"Ada apa?" tanya Bella.

"Kau ..." tegas Indra, namun terhenti. Bella masih menunggu kalimat itu segera diselesaikan. "Jadilah pacarku!" lanjutnya.

Deg~

Harus dengan kata apa menjelaskan perasaan itik buruk rupa itu? Dia bahkan tak pernah memikirkan hal semacam ini akan terjadi. Dengan kalimat 'tetap seperti ini untuk waktu yang lama' saja, sudah membuatnya hampir pingsan. Bagaimana dengan ini?

Bella hanya terdiam, ia tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa Indra menyukainya? Indra tahu bahwa ia sosok yang menjijikkan. Ah sudah tidak lagi, sepatu ajaib itu benar-benar membawa Cinderella kepada pangerannya.

***

Bella berbaring di atas kasur dengan wujud aslinya. Aren tak pulang malam ini, karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini. Tenggat waktu fotonya adalah hari ini. Pihak majalah bisa memotong gainya jika tenggat waktu itu terlewati tanpa menyelesaikan pekerjaannya.

'Kau ... jadilah pacarku!' kalimat yang diucapkan Indra itu terus terbayang olehnya. Otaknya tak bisa berpikir dengan jernih.

"Kau ... jadilah pacarku!" teriak Bella menirukan gaya Indra saat menyebutkannya lalu menjerit dan menggigit jarinya.

Kembali ia mengingat kejadian itu.

***

"Jadilah pacarku!" tegas Indra sambil memegang tangan Bella.

"Jika kau menyukai Yusuf, aku akan mengalah," lanjutnya. Bella melongok mendengar kalimat itu.

Kenapa juga aku harus menyukai anak itu? Batin Bella memang tidak pernah mengharapkan Yusuf untuk dicintainya.

"Aku—" Kalimat Bella terpotong.

"Kau tak harus menjawabnya sekarang. Aku akan menunggu," ucap Indra dan berlalu begitu saja meninggalkan gadis itu.

***

"Aku tidak menyukai Yusuf! Itu yang harusnya kau dengar, Pangeranku!" jerit Bella sambil membayangkan guling di sebelahnya adalah Indra. Ia memeluk dan menciuminya dengan sangat gembira.

"Indra!! Iya! Aku mau menjadi pacarmu!!" jerit Bella lagi sambil menunjuk gulingnya.

"Oh, tidak tidak tidak! Aku seperti tidak ada harga dirinya jika seperti itu," tepisnya agar tak terlihat seperti wanita murahan.

"Hai, Indra, soal perasaanmu semalam ... Aku akan menjawabnya sekarang. Aku akan menjawab 'iya'. Apakah itu artinya kita berpacaran sekarang?" ucap Bella dengan nada berpura-pura bodoh.

"Apa? Kau ingin kita menikah?!" jeritnya dengan wajah terkejut sambil menutup mulutnya.

Tok tok!

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Aren?" gumam Bella bergegas membuka pintu dan ingin menceritakan semua yang terjadi kepada sahabatnya itu.

Bella memakai sepatunya, bisa gila Aren jika dipeluk tubuh menjijikkannya itu. Segera dia berlari membuka pintu dan memeluknya.

"Waahh!" jeritan itu menyadarkan Bella, bahwa bukan Aren yang dia peluk. Segera dia menjauhkan tubuhnya. Orang itu adalah Pria Sampah.

"Apa yang kau—" Kalimat Bella terpotong.

"Berikan ini pada Aren!" tegasnya menyodorkan sebuah surat beramplop putih.

"Apa ini? Uang?" tanya Bella merampas surat itu dan mencoba menerawangnya.

"Bukan untukmu! Berikan kepada Aren!" bentak pria itu. Bella segera menyimpannya.

"Euh, kau benar-benar tergila padaku rupanya," lanjutnya. Segera Bella menutup pintu kamar kos.

***

Yang terjadi di Kos seberang, Yusuf sedang mengacak-acak rambutnya. Ujian Nasional sudah di depan matanya. Seperti moto hidupnya 'Tidak naik kelas? Tidak apa, asal jangan tidak lulus'.

Indra bersyukur adiknya itu tidak datang ke Kafe hari ini. Setidaknya, dia sudah berada selangkah di hadapan Yusuf.

"Siapa yang menciptakan Teori Matriks dalam Matematika?!" teriak Yusuf yang sudah frustrasi pada pelajaran itu.

"Matematika itu tidak sulit! Aku hanya perlu menguasai tambah, kurang, kali dan bagi. Kenapa penemu-penemu teori ini membuat semuanya menjadi rumit?!" teriaknya lagi.

***

Pagi itu, Bella hendak pergi ke Kafe Indra. Namun, ramai sekali orang-orang yang menunggu kehadirannya di depan kamar kos. Bella tak berani ke luar karena para pria itu berekspresi mengerikan.

"Bella!!" teriak mereka sambil menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Bella tidak ada di sini!!" balas Bella yang juga ikut berteriak. Mereka menyadari bahwa itu suara Bella. Dengan cepat mereka menggedor pintu itu lebih kencang.

Indra dan Yusuf yang menyadari kejadian itu segera berlomba untuk menyelamatkan Bella. Pria sampah juga ikut berusaha menyelamatkan Bella dari para serigala lapar itu.

"Bella!!" Lagi-lagi Indra mengeluarkan teriakan itu agar Bella ke luar. Bodohnya gadis itu malah peka dan ke luar sesuai harapan Indra. Segera para serigala lapar itu berebutan ingin menyentuhnya.

***

Di waktu yang sama, jauh dari tempat Kos, terdapat Aren yang tengah tidur pulas di tempat pemotretan. Wajahnya terbaring di atas meja dengan sangat polos. Ia benar-benar kelelahan. Namun, seoramg pria membangunkan gadis itu dengan cara menendang pelan kaki mejanya. Sekejap Aren terbangun dan duduk dengan posisi tegak. Ia merapikan wajahnya.

"Basuh wajahmu! Aku tidak ingin modelku menjadi kurus kering karena tidak sarapan," ucap pria itu. Ya, itu adalah Fotografer yang terlanjur menandatangani kontrak dengannya. Sebenarnya ia tak menyukai sosok Aren yang memiliki kesan terlalu murahan dengan tubuh idealnya itu.

Aren membungkuk dan menurutinya. Bagaimana pun ia tetap harus menuruti semua perintah pria itu. Lagi pula tidak lama lagi kontrak kerja itu akan habis masanya.

***

Kembali ke Kosan, Pria Sampah mencoba melindungi Bella dengan cara memeluk tubuh gadis itu. Ya, sekali dayung, dua pulau terlampaui, begitu pikirnya. Dia bisa melindungi Bella sekaligus memeluknya. Itik buruk rupa itu pun menurut saja dengan perlakukan pria itu.

Seketika, Yusuf mengeluarkan kalimat yang tak terduga. "Jangan dekati dia! Berani menyentuh pacarku, mati kau detik itu juga!"

Deg~

Pacarnya?!