webnovel

Bab 4

Dean mengelilingi ballroom dengan sangat hati-hati, ia berusaha untuk tidak menarik perhatian orang lain, ia mendekati tempat yang menurutnya mencurigakan. Ada satu tempat yaitu koridor yang terlihat ada beberapa bodyguard di sana, barang yang laku akan dibawa menuju koridor itu dan gadis tadi pasti berada di salah satu ruangan yang terletak di sana. Dean tidak bisa masuk begitu saja, ia mencari waktu yang tepat sebelum menggunakan kekuatannya.

Dean berdiri didekat koridor itu sambil berpura-pura sedang menelfon, ia terus berbicara lewat headset-nya seolah-olah kekasihnya sedang menghubunginya. Pekerjaanya sebagai agen mengharuskan dirinya bisa bersandiwara seperti ini, Dean awalnya tidak bisa dan ia sangat kaku sekali, tapi lama kelamaan ia semakin mahir, ia banyak belajar dari seniornya yang lain selama menjalankan misi, mungkin ia akan sangat cocok menjadi aktor sekarang. Dean memperhatikan sekelilingnya dan ketika sudah aman ia menggunakan kekuatannya, ia persempit area jangkauan kekuatannya, hanya sebatas para bodyguard yang berada di depan koridor itu. Setelah itu ia berjalan melewati mereka dan bersembunyi di toilet tidak jauh dari sana, Dean melepaskan pengaruh kekuatannya.

Dean sengaja melakukannya, bersembunyi, mengingat pakaian yang ia gunakan sangat berbeda dengan para bodyguard. Ia berencana untuk merebut pakaian salah satu dari mereka dan menggantinya dengan pakaian yang ia gunakan. Sembari menunggu Dean mengeluarkan ponselnya dan memeriksa data yang dikirim oleh rekannya, data para tamu undangan acara pelelangan. Dean mendengkus saat salah satu nama pejabat negara terdaftar di sana. Lalu satu nama lagi yang membuatnya tertarik, orang yang membeli gadis itu. Pria itu adalah pebisnis terkenal dan sangat berpengaruh dan ia juga menjalin kerjasama dengan perusahaan yang membuat kapal ini, orang itu terkenal dengan kekejamannya dibalik layar, ia tidak segan menghabisi nyawa saingan bisnisnya yang menurutnya berbahaya.

"Banyak orang merepotkan di sini." Dean meringis. "Aku harus berhati-hati."

"Aku merasa kasihan dengan wanita itu." Dean menajamkan pendengaranya saat ada yang memasuki toilet.

"Sebenarnya aku juga, tapi mau bagaimana lagi. Kita hanya bawahan."

"Melihatnya yang terus menunduk dan tidak berbicara membuatku merasa bersalah," keluhnya.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa."

"Semoga dia baik-baik saja."

"Gadis itu dibeli oleh siapa?"

"Mr. Postman."

"Dia terkenal kejam, kan."

"Makanya aku kasihan padanya," ucapnya agak keras. Ia kesal dengan temannya itu.

"Kenapa dia masih di ruang tunggu?"

"Mr. Postman yang memintanya, ia akan mengambil gadis itu setelah acara selesai."

"Begitu rupanya… kau duluan saja, sepertinya perutku terasa sakit."

"Ya. Aku duluan. Masih ada yang harus dikemas."

Dean tersenyum mendengar nama Mr. Postman disebut, dia yang membeli gadis itu dengan harga fantastis. Dean menunggu pria yang sepertinya bodyguard itu selesai dari tugasnya, ia menunggu cukup lama, Dean mengintipnya dari celah pintu bilik toilet. Ketika pria itu hendak keluar toilet, Dean langsung membuatnya pingsan dengan memukul keras bagian leher yang terdapat pembuluh darah besar, pria itu langsung pingsan. Dean melepaskan pakaian pria itu dan menggantinya dengan pakaian miliknya. Pakaian pria itu terasa sempit untuknya dan pendek, tapi itu bukan masalah besar. Setelah Dean mengikat mulut serta badan pria itu, ia keluar mencari ruang tunggu yang ia dengar tadi.

Dean berjalan cepat dan akhirnya menemukan ruangan yang dimaksud, ia masuk ke dalam dan mencari keberadaan gadis itu. Ketika Dean menemukan gadis yang ia cari dirinya malah dipanggil untuk membantu pekerjaan yang belum selesai, ia dengan cepat membereskannya dan sengaja lewat di depan gadis itu. lalu berkata pelan.

"Aku akan membantumu keluar dari sini," ucapnya. Kim mendongakan kepalanya dengan dahi berkerut.

"Siapa kau? Kenapa kau mau menolongku?" tanyanya heran, ia tidak bisa percaya begitu saja.

"Nanti saja aku beri tahu namaku. Kau tunggulah di sini, aku akan membereskan ini dengan cepat." Setelah mengatakan hal itu Dean langsung beranjak meletakan kotak yang dipegangnya ke sebuah keranjang dan ia melakukan itu berulang kali.

Kim tidak tahu harus merespon seperti apa, dia termenung dan heran dengan pria itu, pria asing mana yang mau membantunya begitu saja, Kim berfikiran buruk kepada lelaki itu. Tapi di satu sisi ia mempercayai kata-katanya, akhirnya Kim memutuskan untuk mencoba mempercayainya walau dengan setengah hati.

Saat ruangan tunggu sudah hampir kosong dan hanya tersisa sedikit barang, Dean menyerang bodyguard yang tersisa, ada empat orang di sana dan semuanya memiliki badan yang bagus, bisa dilihat kalau mereka berpengalaman. Dean merasa waktunya tidak lama lagi, jadi ia menggunakan kekuatannya dan empat bodyguard itu langsung terjatuh tak sadarkan diri. Kim terperangah melihatnya, ia sampai tidak mengedipkan mata.

"Ayo kita keluar dari sini," ucap Dean. Kim masih diam saja ditempatnya.

"Apa yang kau tunggu? Kau mau dibawa oleh mereka?" Dean mengeraskan volume suaranya. Kim tersadar dan ia bangkit dari tempat duduknya.

"Sebentar, kau tidak bisa keluar menggunakan pakaian itu. Dean meneliti seluruh ruang tunggu dan melihat ada pakaian office boy di sudut ruangan yang terlihat agak kumuh tapi masih terlihat bagus, ia mengambil pakaian itu dan memberikannya pada Kim.

"Ganti pakaianmu dengan ini, cepat."

Tanpa basa-basi Kim menyambar pakaian itu dan menggantinya di balik tumpukan kotak kayu yang tersusun tinggi. Kim tidak sengaja melihat sandal yang ukurannya sedikit lebih besar dari kakinya dan ia langsung menggunakannya. Kim takut jika ada yang tahu ia lari, jadi ia menyembunyikan pakaian mewah dan sepatu hak tinggi nya di sela-sela kotak kayu tersebut, ia merapikan pakaiannya yang terlihat kebesaran lalu mengikat rambutnya. Ia melakukannya sangat cepat, tidak sampai lima menit ia telah selesai. Jika sedang terdesak manusia akan memiliki kekuatan yang mendorongnya untuk melakukan segala sesuatu dengan cepat, ini lah yang sedang dialami Kim. Kim menghampiri Dean dengan berlari dan ia menepuk punggung Dean, Dean pun menoleh.

"Sudah selesai?"

Kim Mengangguk. "Ehm."

"Di mana baju yang kau kenakan tadi?"

"Aku menyembunyikannya di sela-sela tumpukkan kayu itu." Kim menunjuk tempat ia berganti pakaian. Dean tersenyum.

"Bagus. Kau pintar," pujinya. "Sekarang kita keluar sebelum ada yang menyadarinya."

Dean tidak tahu jalan keluar dari ruangan besar ini, ia hanya mengikuti instingnya saja. Tidak mungkin tidak ada pintu lain, ia terus menyusuri koridor bersama Kim. Tepat diujung koridor ada sebuah pintu besar, mirip dengan pintu depan tempat ia masuk ke acara pelelangan. Dean menyimpulkan kalau itu adalah pintu keluar.

"Tunggu di sini sebentar, aku mau memeriksa pintu itu." Kim tidak menjawab, dia diam di tempat sambil melihat Dean yang membuka pintu di depannya.

"Tidak ada orang, cepat," titahnya. Kim langsung berlari menuju pintu dan keluar dari tempat itu.

Di luar tampak sepi, jam sudah menunjukan pukul dua dini hari. Jalan yang mereka lalui ternyata menuju lift barang dan tidak mungkin mereka menggunakannya, Dean melihat ada tangga darurat tidak jauh dari sana, ia menarik Kim dan turun melalui tangga darurat. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, mereka berdua sibuk memperhatikan tangga yang mereka injak. Mereka turun sampai lantai tiga. Lantai itu pun juga sudah terlihat lengang, Dean dan Kim mengatur nafasnya sebelum melanjutkan perjalanan.

"Kita ke kamar yang kupesan," kata Dean dengan dada yang masih naik turun.

Kim membulatkan matanya. "Aku tidak mau," tolaknya.

Dean menatap Kim. "Lalu kau mau ke mana? Mungkin sekarang mereka sudah sadar kau melarikan diri. Mereka pasti sudah sangat hafal dengan kapal ini dan kau tidak punya tempat bersembunyi selain kamar penumpang, jam segini pertokoan yang ada di sini pasti juga sudah tutup," jelas Dean.

"Aku mau lompat ke laut saja," ucapnya.

Dean membelalakan mata. "Kau mau menghabisi nyawamu sendiri? Kau tahu kapal ini berada di laut lepas."

"Ya. Aku tahu," ucapnya. "Aku lebih baik mati daripada diperlakukan buruk." Kim menatap Dean waspada.

"Tenanglah aku bukan orang jahat. Aku hanya seorang yang sedang melaksanakan tugas," jelas Dean.

"Tugas apa?" Dahi Kim mengerut.

"Sudahlah nanti saja penjelasannya. Ayo ikut aku ke kamar." Dean menarik tangan Kim dan ia pun menghempaskannya.

"Aku tidak mau. Aku tidak mau dibawa oleh orang asing."

Dean memejamkan matanya, rahangnya mengeras. "Jadi kau mau kembali ke sana? Mungkin kau akan disiksa jika tertangkap. Apa kau mau?" ucap Dean. "Jika kau ingin mati, matilah setelah kau keluar dari kapal ini dan mereka tidak menangkapmu lagi. Sekarang ikut aku."

Terima kasih sudah membaca CHRONOS

vianca_rentcreators' thoughts