webnovel

Bab 18

"Kalian berempat tidak becus! Menangkap seorang gadis saja tidak bisa!" berangnya, ia marah sampai matanya melotot.

"Maafkan kami, Bos. Sungguh ini diluar perhitungan kami. Ada seseorang yang menyelamatkan gadis itu," ucapnya, air wajahnya ketakutan.

"Kalian berempat, sedangkan yang menyelamatkan gadis itu cuma seorang diri!"

"Maaf menyela, Bos. Kami tahu kami salah, tapi saat itu kami sedang berhadapan dengan puluhan bawahan wanita pelelangan itu, jadi kami kewalahan."

Bos mereka mendesah kasar. "Kalian harus aku latih ulang, aku tidak mau kejadian ini terulang lagi," ucapnya. "Pergi dari hadapanku." Keempat lelaki itu pun pergi dari ruangan remang-remang itu.

Ia menghempaskan badan di atas kursi putarnya, pusing dengan masalah ini. Entah apa yang akan ia katakan pada bos besar, ia memijit pelipisnya.

"Ada apa? Kenapa penampilanmu kacau sekali." Seorang wanita sexy berambut merah masuk ke dalam ruangan dengan sangat anggun, wanita itu duduk di sofa.

Pria itu tersentak. "Kapan kau datang?"

"Baru saja, jadi apa yang membuatmu seperti itu."

"Anak buahku gagal mendapatkan gadis yang diinginkan, Bos. Sialan!" Wajahnya merah karena menahan marah.

"Tinggal kau tangkap kembali, apa susahnya," balasnya enteng.

"Bukan itu masalahnya, tapi apa yang akan aku katakan pada Bos."

"Kau tinggal minta waktu untuk menangkapnya, ia tidak semengerikan itu juga."

"Tetap saja." Ia mendesah.

"Tapi kau berhasil menghancurkan wanita pelelangan itu, kan. Jadi tugasmu tidak bisa dikatakan gagal total. Aku yakin Bos mengerti keadaanmu."

"Akan kucoba."

Wanita itu mengambil gelas dan sampanye dari lemari kaca yang berada di ruang kerja rekannya, ia pun menghabiskan waktu sambil menikmati minuman itu.

***

"Kim kau pulang dengan siapa?" Andre baru saja keluar dari ruang kerjanya.

"Sendiri."

"Aku antar, tapi aku harus membeli sesuatu dulu."

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri."

"Sudahlah, jangan terlalu sering menolak tawaran itu tidak baik."

"Baiklah." Tidak punya pilihan, Kim pun pulang bersama Andre.

Mereka naik ke lantai tiga lalu turun ke lantai satu menuju ke supermarket, Andre mengambil troli dan menjelajahi supermarket tersebut. Andre mengambil beberapa sayuran, daging potong, telur, bumbu dapur dan makanan ringan.

"Kau masak sendiri?"

"Kadang-kadang, jika aku mau."

"Kenapa belanjaanmu banyak sekali?"

"Kadang Dean suka ke apartemenku mencari makanan, anak itu malas sekali berbelanja."

Kim tertawa kecil. "Kalian akrab juga."

"Bisa dikatakan seperti itu," balasnya. "Apa kau tidak ingin membeli sesuatu? Berhubung sedang berada di sini."

"Sepertinya aku akan membeli beberapa hal."

Waktu cukup cepat berlalu sebulan sudah Kim bekerja di Hollow, ia sudah mulai terbiasa dengan pekerjaannya. Kim belum boleh memasuki ruang arsip khusus yang berada di sana. Kata Lay ruang itu menyimpan laporan pekerjaan berbahaya hingga sangat rahasia, seperti pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintah yang bersifat sangat rahasia.

Kim mendengar penjabaran Lay ngeri sendiri, bulu tangannya sampai berdiri. Ia tak bisa membayangkan pekerjaan apa itu, badannya merinding. Lay berkata kalau separuh dari arsip yang berada di sana adalah pekerjaan dari unit S dan sisanya kerja gabungan antar unit dan agen lainnya.

Kim mengambil berkas dari ruang sebelah ruangan yang tidak boleh dimasukinya. Sebenarnya Kim cukup penasaran tapi ia tidak berani minta izin untuk melihat beberapa berkas di sana, ia merasa kalau arsip yang berada di sana berbahaya.

"Apa yang kau perhatikan?"

Kim terlonjak kaget, detak jantungnya tidak beraturan, ia menoleh dengan tatapan horor.

"Kau membuat jantungku hampir lepas." Kim memukul lengan Lay dengan berkas yang baru saja ia ambil.

"Hahaha.... " Lay tertawa lepas. "Bisa-bisanya kau kaget seperti itu, hahaha... apa yang membuatmu melamun."

Kim mendelik. "Bukan itu, aku hanya memperhatikan ruangan itu dan membayangkan apa isinya, seketika aku merinding."

"Kenapa?"

"Entahlah, aku, hanya merasa di ruang sana banyak laporan pekerjaan yang bisa membuatku ketakutan."

"Hmm... sebenarnya tidak juga, tapi karena berkas di sana sangat penting jika sampai bocor bisa berbahaya juga."

"Sama saja, yang jelas itu bisa mengancam nyawa."

"Aku setuju yang ini." Lay mengambil berkas dari rak di samping Kim lalu membukanya.

"Apa kau tidak takut bekerja di sini?"

"Awalnya iya, sekarang tidak." Lay menoleh. "Tidak semenyeramkan itu, di sini aman."

"Aku percaya."

Maksudnya ia mencoba percaya, resiko bekerja di sini sangat besar. Ia harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

***

Setelah Dean menghabiskan satu minggu liburannya, ia kembali disibukan dengan pekerjaan. Ia mempersingkat liburnya yang awalnya dua minggu, ia bingung mau ke mana dan bekerja lebih cocok buatnya. Victor geleng-geleng kepala dengan tingkah Dean yang seenaknya.

Saat ini Dean sedang berada di San Francisco ia sedang menyelidiki gembong narkoba besar yang sudah bertahun-tahun menjadi incaran polisi. Sudah banyak antek-antek mereka yang tertangkap namun mereka tidak ada yang mau mengaku siapa kepala gembong mereka. Memilih bungkam, tak mau bersuara dan itu membuat kepolisian kesulitan.

Tiga minggu sudah ia berada di sini dan belum ada perkembangan, Dean sudah muak. Mereka selalu berpindah tempat saat melakukan transaksi dan Dean sudah menandai tempat itu semua.

"Malam ini harus selesai semua, aku sudah lelah dan cepat kembali ke New York."

Dean melihat jam dan peta yang terbentang di atas meja, peta yang banyak tanda silang dengan spidol merah. Fokusnya pada satu titik, sebuah gudang terbengkalai tidak jauh dari jembatan Golden Gate, San Francisco.

Ponsel Dean berbunyi, ia menggunakan dua ponsel yang berbeda, yang satu untuk organisasi dan yang satu untuk berhubungan dengan klien. Semua ini diatur oleh Victor demi keamanan rahasia mereka.

Dean mengangkat panggilan dari agen yang bekerja sama dengannya, bukan dari Hollow melainkan agen dari badan pemerintahan lain. Ia bekerja dengan dua orang lainnya, satu wanita dan satu pria. Mereka melakukan panggilan tiga orang sekaligus untuk membahas penyergapan malam ini.

Rekan pria Dean sudah menghubungi polisi setempat, mereka di minta untuk menyamar agar tidak diketahui oleh target. Malam ini pekerjaan mereka harus selesai bagaimanapun caranya, walau sebenarnya mereka diberi waktu satu bulan untuk menyelesaikannya. Satu bulan terbilang sangat cepat karena mereka menangkap gembong besar yang sangat berbahaya, tapi mereka bertiga yakin bisa menyelesaikan kurang dalam waktu satu bulan.

"Aku akan datang lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Nanti aku akan memberi tahu jika sudah berada di lokasi."

Ia berbincang selama hampir setengah jam, lalu panggilan itu pun berakhir. Dean menyandarkan punggung ke sofa lalu menatap langit-langit kamarnya.

"Apa Kim baik-baik saja di kantor?"

Selama tiga minggu ini ia tidak pernah menghubungi Kim mau pun sebaliknya, Dean lebih fokus pada pekerjaannya jadi ia sama sekali tidak berminat untuk menghubungi Andre, Lay atau Kim. Kalau Andre biasanya ia sendiri yang akan menghubungi dirinya itu pun untuk membahas pekerjaan.

"Ada apa kau menghubungiku?" Dean langsung mengangkat ponsel yang satunya ketika nama Andre tertera di sana.

"Tidak ada, iseng saja." Ucapannya diiringi gelak tawa beberapa orang yang terdengar jelas.

Dean menyipit. "Jika tidak ada yang perlu dibicarakan aku tutup panggilan ini."

"Kapan kau akan kembali?"

Dean menjauhkan ponselnya dari telinga, matanya mengerjap sekali, kemudian mendekatkan ponsel ke telinga kembali.

"Belum tahu."

Yang bertanya barusan itu Kim, Dean tidak percaya saja kalau Kim akan bertanya, Dean pikir dirinya salah dengar.

"Sepertinya pekerjaanmu merepotkan. Ya sudah, bersenang-senanglah."

"Bersenang-senang bagaimana? Bagaimana caraku bersenang-senang di situasi yang membuat kepalaku mau pecah." Ia menaikkan nada suaranya.

"Kau pasti bisa. Kau itu luar biasa."

"Omong kosong," balasnya sebal.

"Hahaha...."

"Aku tutup telepon ini karena tidak penting, ada hal lain yang jauh lebih penting, bye!" Dean langsung menekan tombol merah dan meletakkan ponsel itu di tempat semula, di sampingnya.

Kim terkejut, matanya mengerjap beberapa kali. "Kasar sekali lelaki ini."

Lay, Andre dan Jane terbahak. "Dean memang seperti itu, kalau tidak ada yang penting ia akan langsung mematikannya," kata Jane geli.

"Dasar lelaki dingin." Ia mengembalikan ponsel Andre dan melanjutkan makan siangnya.