webnovel

Cheza

Kehidupan gue benar-benar hancur lebur. Masa depan cerah yang gue harapkan tiba-tiba berubah hitam kelam, tanpa celah. Kehidupan baik yang gue dambakan benar-benar pergi meninggalkan gue sendiri. Mencoba untuk bangkit tapi tidak ada pegangan. Mencoba untuk terus berjalan namun kaki terjerat. Mencoba untuk mengakhiri tapi tuhan tidak mengizinkan. Gue capek harus dijadiin pelampiasan emosi dirumah terus-menerus dan digambang oleh laki-laki yang nggak punya otak. "TUHAN GUE CAPEK , GUE MAU MATIII! " "Emang lo yakin mau mati seperti itu? Loncat dari rooftop rumah sakit?Bunuh diri nggak menyelsaikan masalah" "GUE NGGAK PEDULI" [Cerita ini di ambil dari kehidupan nyata. Dari perempuan yang sangat tangguh dalam menjalani kehidupannya yang tidak henti-henti di hujanni cobaan berat] [Cerita ini adalah juga adalah curahan hatinya selama ini , bentuk keputus asaannya pada kehidupan dan juga pelajaran, nasihat untuk laki-laki yang berperan sebagai kakak ataupun ayah di dalam kehidupannya] -No plagiat- ©Narumik2020

narumik · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
5 Chs

Dua: Ulang Tahun

Hufttt !!

Gue menghela nafas saat keluar dari kamar dan mendengar ucapan-ucapan hangat dari papa untuk Helsya dan Gean .  Ini bukan pertama kalinya gue di perlakukan seperti ini , tapi ya mau gimana lagi . Setidaknya bukan Helsya yang dapat perlakuan tidak adil ini , gue sayang banget sama dia , pokoknya  dia harus bahagia.

"Kak Chez  , nggak sarapan dulu? " Tanya Helsya . Gue menatap Gean dan papa sebentar sebelum melihat kearah Helsya.

Gue tersenyum dan menggeleng pelan . "Aku disekolah aja , udah telat"

"Kak Chez berangkat sama aku dan papa aja atau sama kak Gean kan bisa " ujar Helsya lagi.

"Ya kan kak Gean? " . Kak Gean cuma diam  dan melihat gue sekilas .

"Nggak usah ca " 

Gue menatap papa lalu meraih tangannya untuk berpamitan. Tapi papa langsung mendorong gue dan hampir terjungkal ke belakang . Lagi-lagi gue menghela nafas panjang . 

"Jangan sentuh saya!" Bentak papa. Apa gue senajis itu ya?

"Cheza pergi sekolah dulu pa , kak Gean , Ca . " Ujar gue lalu pergi meninggalkan ruang makan dan berangkat ke sekolah.

" Hati-hati kak Chez" teriak Helsya.

Gue menutup pintu rumah lalu terdiam sebentar menatap langit pagi yang di selimuti awan sendu. Kenapa mama nggak bawa gue aja sih saat kejadian itu , kan gue nggak harus menderita gini . Tidak mau berlama-lama gue cepat-cepat berangkat untuk mencari angkot menuju sekolah . Gue beda sekolah dengan Helsya . Awalnya dia mau satu sekolah tapi papa nggak ngizinin.

Sekolah masih sepi terlihat dari luar pagar . Gue memberhentikan angkot , setelah membayar ongkosnya, gue segera menyeberang jalan menuju gerbang yang sedang di jaga oleh pak Harto . Belum banyak yang datang .

"Pagi pak Harto" sapa gue .

Lelaki paruh baya itu membalas sapaan gue dengan senyum hangat beliau seperti biasa dan mempersilahkan gue masuk .

" Pagi Neng Cheza"

Gue langsung menuju gedung tiga , kemudian menaiki tangga  menuju kelas 12 MIPA 3 yang terletak di lantai tiga, pojok kanan.  Di dalam kelas belum ada orang selain diri gue sendiri . Sambil menunggu bel masuk gue memasang earphone lalu merebahkan kepala melihat ke luar jendela .

Tring!

Selamat ulang tahun for me .

Gue membaca notifikasi pengingat yang tiba-tiba muncul di layar notifikasi gue . Gue langsung mengalihkan pandangan ke atas layar untuk memastikan apakah hari ini benar-benar ulang tahun gue .

06.50

Rabu, 13 Oktober 2020

Mata gue terasa panas dan pelupuk mata gue terasa penuh karena air mata.  Gue menutup wajah dengan kedua telapak tangan . Begini banget nasib gue , ulang tahun ke 17 tahun , sweet seventeen  nggak ada yang ingat , bahkan diri gue sendiri hampir lupa.

Ma , pa, kak Gean , Helsya aku ulang tahun  loh . Umur aku udah 17 tahun loh . Apa kalian nggak ingat ?

Kelas mulai ramai karena hampir mau bel . Gue tetap menutup kedua wajah gue dengan telapak tangan , gue masih pengen nangisin hidup gue. 

Tuk!

Lemparan remasan kertas mengenai kepala gue. Nggak sakit , tapi bikin kaget. Gue menghadap jendela lalu menghapus sisa-sisa air mata lalu mencari orang yang tadi ngelempar gue .

Satu orang yang sedang melihat ke arah gue dan memberikan isyarat untuk membuka remasan kertas tadi.  Dia adalah Revano, cowok blesteran indo Belanda dengan rambut pirang tebal yang duduk di barisan depan.

Gue memungut remasan kertas tadi lalu membukanya dan membaca tulisan acak-acakan yang ditulis dengan spidol hitam itu .

HBD

Satu kata tiga huruf itu membuat hati gue bahagia banget lebih dari apapun . Ternyata ada juga orang yang ingat ulang tahun gue . Tapi darimana dia tahu ulang tahun gue? Oh iya gue ingat senin kemarin kan pengumpulan akta kelahiran , kebetulan dia yang ngumpulin.

Revano tersenyum cerah  lalu menaik turunkan alisnya .  Gue tersenyum lebar lalu mengucapkan terimakasih dengan gerakan mulut . Revano mengangguk.

Setidaknya ada satu orang yang ngucapin HBD , yaitu Revano

🌚🌚🌚

Bel keluar main berbunyi. Gue berencana ke kantin karena dari pagi gue belum sarapan. Gue melihat dompet , hanya tersisa uang dua puluh ribu . Uang jajan gue lagi-lagi telat di transfer papa, padahal udah hampir satu bulan lewat dari tanggal yang seharusnya beliau kirim.

Brakh!

Sakit ! 

Lutut gue berdenyut nyeri karena terbentur keras ke lantai . Gue memejamkan mata sebentar lalu mencoba berdiri .  Gue udah tahu siapa dalangnya .

Lora and the geng. Katanya sih penguasa sekolah . Gue emang udah jadi bahan bullyan dia dari awal masuk sekolah , padahal gue sendiri nggak tahu kesalahan gue apa .

"Ups! Sakit ya?"tanya Dania mengejek .

Gue berusaha tidak memperdulikan mereka. Jujur gue mau ngelawan , tapi percuma aja , pasti bakalan kalah . Kenapa? Karena gue cuma sendiri dan mereka berempat , selain itu siapapun itu nggak bakalan bisa nolong gue . Kalau mereka nolongin gue , mereka bakalan jadi bahan bullyan lora and the geng juga. Gue nggak mau bawa-bawa orang lain di dalam masalah gue.

" Makannya jangan lewat disini kalau Lo nggak mau malu " ujar Lora , kemudian pergi dengan dayang-dayangnya.

Gue tersenyum tipis untuk menyemangati diri gue sendiri lalu melanjutkan langkah . Beberapa orang yang gue lalui memberikan  senyum iba dan memberikan semangat dengan ucapan tanpa suara mereka .

Gue sekolah di SMA Alexandria , salah sekolah paling elit di Indonesia yang letaknya di Bekasi. Gue masuk ke sini bukan karena kondisi ekonomi keluarga yang kaya . Nggak ada sedikitpun uang papa masuk disini, karena gue dapat beasiswa full disini yang udah gue usahain mati-matian. Awalnya sih mau buktiin sama papa kalau gue itu nggak buruk . Tapi ternyata usaha gue sia-sia , papa nggak pernah ngelirik gue sedikitpun.

🌚🌚🌚

'Author POV'

Pulang sekolah Cheza harus kerja paruh waktu dulu jadi pelayan disalah satu cafe yang ada di sekitaran sekolah . Biasanya Cheza pulang jam 8 malam , tapi tadi ia dapat izin pulang lebih cepat dari biasanya  dari mbak Tami , pemilik cafe.

Cheza menatap mobil sport mewah berwarna silver yang entah milik siapa terparkir rapi di halaman rumahnya tepatnya disamping mobil ayahnya. Mungkin ini teman-temannya kak Gean.  Tapi kok tumben ?  Tanyanya dalam hati.

Cheza mengetuk pintu rumahnya dan membaca salam terlebih dahulu sebelum masuk kedalam rumah. Baru saja Cheza membuka pintu , 9 pasang mata terpaku padanya. Cheza risih , ia sedikit menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis memberi salam pada teman-teman Gean, lalu naik ke atas tangga menuju kamarnya.

" Buset cantik banget!" Teriak Ringgo . Si cowok keren yang memakai jeket denimnya.

"Itu siapa Gen?" Tanya Haris mewakili pertanyaan yang ada di kepala Rivan , Zigo, Herman , jhosua , Aldi , Kenzo , Satria.

"Iya itu siapa Gen . Buset cantik banget kayak bidadari. Sexy habis bodynya" tambah Satria.

"Adik gue " jawab Gean acuh dan kembali fokus pada Lebtobnya.

"Buset lo kenapa nggak pernah cerita"tanya Aldi Heboh.

"Kalian kagak nanya!"

Cheza emang cantik dan mirip banget dengan mamanya waktu muda. Rambut panjang bergelombang , kulit putih bersih , mata besar berbulu mata lentik dan tubuh yang ideal . Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati pada parasnya yang begitu sempurna  dan yang dikatakan oleh teman-teman Gean tadi adalah faktanya.

"Gean!" Panggil Kenzo,"gue ada rencana. "

Gean mengangkat kepalanya dan mencoba membaca apa yang akan akan di ucapkan oleh Kenzo .  Teman-temannya yang lain juga menatap Gean sama dengan Kenzo .

Gean yang tahu arah pembicaraan teman-temannya  masih diam dan bimbang . Gean sudah berteman lama dengan mereka pastinya Gean tahu otak udang teman-temannya.

"Gue bakalan ngasih apapun yang Lo minta , mobil sport model terbaru ? Boleh " ujar Jhosua.

"Gue lebih dari itu " tawar Herman.

"Pokonya kami akan kasih apa yang lu minta , asalkan ..."

"Oke deal" jawab Gean mantap , tanpa berpikir panjang terlebih dahulu dari keputusan yang dia ambil.