webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
187 Chs

01. Awal

Laki-laki berbalut jas hitam termenung di balkon kamarnya. Wajahnya terlihat sedang menahan amarah, nafasnya terkesan berat, matanya hanya fokus pada satu titik.

Laki-laki itu bernama 𝙀𝙧𝙡𝙖𝙣 𝘼𝙞𝙧𝙡𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖 𝙂𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖. Ia baru saja melangsungkan akad pernikahan di rumahnya yang dihadiri keluarga saja.

Jika kalian menebak pernikahannya di sembunyikan kalian benar.

Keluarga Erlan termasuk keluarga terpandang. Ayahnya terkenal dengan pembisnis yang jaya diusia muda dan Ibunya pemilik salah satu hotel terkenal.

Tapi alasan sebenarnya yang membuat pernikahan ini disembunyikan adalah Erlan yang menikah karena sebuah pertanggungjawaban yang memang harus ia lakukan.

Ia secara tidak sadar telah menghamili seorang gadis. Mungkin jika usia Erlan pantas untuk menikah tak masalah, tapi nyatanya Erlan baru saja lulus dari jenjang SMA. Itulah mengapa.

Erlan masih memandang satu titik itu. Ia memikirkan hal yang baru saja ia ketahui. Dalang semua kejadian ini sesuai tebakannya. Erlan sengaja membayar mahal agen untuk menyelidikinya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia bisa saja meminta pelaku untuk menjelaskan semuanya, tapi itu takkan merubah apapun.

"𝘌𝘬𝘩𝘮.. K-Kamu gak mau mandi?" tanya gugup seorang perempuan berpakaian santai dan berwajah segar.

Dia adalah 𝙈𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙃𝙖𝙨𝙝𝙞𝙡𝙡𝙖. Perempuan yang secara tak sengaja terjebak satu malam dengan Erlan. Yang saat ini telah sah menjadi istri Erlan di mata hukum maupun agama.

Erlan menghela nafasnya dengan kasar lalu melangkah menuju kamar mandi kamarnya. Manda melihat nanar pintu kamar mandi yang sudah tertutup.

Erlan menyalakan shower membiarkan air mengaliri seluruh tubuhnya. Samar-samar Erlan mendengar suara isakan dan Erlan tahu siapa yang sedang menangis, Manda.

Erlan memukul tembok kamar mandinya sampai membuat tangan kanannya berdarah. Ia ingin membunuh dalang permasalahan itu dan ia ingin menyalahkan takdir yang membuatnya seperti ini.

Erlan menyelesaikan mandinya lalu memakai pakaiannya. Ia keluar kamar mandi melihat perempuan itu yang duduk di pinggir kasur sambil menundukkan kepalanya.

Erlan melihat punggung rapuh itu. Ini bukan pertama kalinya Erlan melihat wanita itu menangis. Sudah berkali-kali dan itu menyayat hati Erlan. Entah mengapa

Secara tak sadar ini juga salahnya. Jika ia dapat menahan nafsunya lebih lama, sedikit saja, pasti tak akan terjadi hal seperti malam itu.

Erlan sudah membulatkan tekadnya, ia harus bersungguh-sungguh bertanggungjawab. Ia sudah berjanji pada sang pencipta.

Manda mengusap air matanya. Semenjak hamil ia sangat mudah menangis. Manda menoleh ke samping, ia kaget jika Erlan sudah selesai mandi dan sedang memandangnya.

Mereka berdua sama-sama terdiam. Manda memutuskan pandangan itu dan memilih melangkah menuju pintu di balik tubuh Erlan.

Saat ia membuka pintu dapat ia dengar apa yang terjadi di lantai satu. Suara perdebatan Ayahnya dan Papanya Erlan. Dan hatinya sangat sakit, ketika Papa Erlan merendahkan keluarganya dan dirinya.

Tiba-tiba saja Manda merasakan tarikan dari belakang. Ia melihat Erlan yang berada di sampingnya yang menutup pintu.

Manda meneteskan air matanya. Untuk pertama kalinya, Erlan memeluk Manda. Memberikan pelukan penenang bagi Manda.

"Maaf, Maaf"

Manda tak bisa berbicara, tangisannya menghentikan pita suaranya untuk mengeluarkan suara.

.

.

.

.

Erlan, Manda dan kedua orang tua Erlan sedang makan malam di meja makan. Keluarga Manda pulang sore tadi dan masih sama, Ayah Manda masih tak ingin menemui Manda.

"Setelah ini saya harap kalian pergi dari rumah ini" kata tiba-tiba Papanya Erlan. Yang langsung di balas tak suka oleh istrinya, "Pah!"

"Kita udah bicarain ini." Bunda Erlan berusaha menghentikan suaminya.

"Dan Papah tetap pada jawaban Papah!"

Papa Erlan langsung membanting sendok dan garpu yang ia gunakan, lalu meninggalkan meja makan. Bunda Erlan mengejar suaminya itu.

Erlan menggenggam tangan Manda, mengajaknya untuk naik ke kamar. Di dalam kamar, Erlan mengeluarkan koper Manda yang masih utuh dengan isinya dan mengeluarkan koper miliknya untuk di isi barangnya. Erlan meminta untuk mengambilkan barangnya di pojok sana. Ketika mengambil barang itu Manda melihat sebuah foto. Dua foto yang mungkin sengaja di satukan. Foto Erlan dengan kedua orang tuanya dan juga foto Erlan dengan dua sahabatnya saat kelulusan SMA tempo lalu.

"Erlan, Aku minta maaf."

"Kenapa meminta maaf?" tanya Erlan kepada Manda

"Membuatmu di usir oleh keluarga mu."

"Sudahlah. Bawa kopermu, kita akan pergi dari sini." Erlan bingung harus menanggapinya bagaimana, jika ia marah akan sangat tidak pantas sebab semua bermula karena dirinya juga walau ia tidak sadar.

Manda mengikuti langkah Erlan yang membawa satu koper dan satu ransel menuju lantai satu. Terlihat di sana kedua orang tua Erlan yang berdebat.

"Erlan Manda, jangan pergi Nak." Bunda Erlan langsung dicekal tangannya oleh Papa Erlan. Membawa Bunda Erlan di belakang tubuh Papanya Erlan.

"Ini kunci mobil dan ATM yang pernah Papa kasih ke Erlan." Erlan menyerahkan ATM itu di meja dekat Papanya. "Bunda jaga kesehatan, Erlan pamit."

"Erlan engga boleh! Jangan Nak!" teriak Bunda Erlan yang terus di tahan oleh Papa Erlan.

Erlan menarik tangan Manda untuk segera keluar dari rumah megah keluarganya.

.

.

.

.

Erlan memesan taksi online lewat sebuah aplikasi. Sesudahnya Erlan dan Manda menuju suatu tempat. Didalam mobil Erlan masih terus diam memejamkan matanya dan bersandar. Manda menatap lekat Erlan. 𝘈𝘱𝘢 Erlan akan seserius itu padany𝘢??

"𝘉𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪."

𝘛𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢. 𝘐𝘢 𝘩𝘢𝘧𝘢𝘭 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘯𝘵𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢.

"𝘓𝘰 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴𝘪𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶."

"𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘎𝘶𝘦 in𝘨𝘦𝘵. "

𝘑𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘦𝘵𝘢𝘬 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵. 𝘐𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘸𝘶𝘫𝘶𝘥.

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘓𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘯𝘨𝘰𝘮𝘰𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘫𝘶𝘳 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘎𝘶𝘦?"

"Kena𝘱𝘢 𝘓𝘰 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘯𝘥𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘎𝘶𝘦?

𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 i𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴, 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘵𝘢𝘳. 𝘐𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪.

"𝘋𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘓𝘰 𝘤𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘦𝘮?!"

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘓𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘵𝘦𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘎𝘶𝘦 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴𝘪𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶?! "

"𝘓𝘰 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘎𝘶𝘦 𝘤𝘰𝘸𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 da𝘳𝘪 𝘣𝘳𝘦𝘯𝘨𝘴𝘦𝘬!"

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘓𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘯𝘨𝘰𝘮𝘰𝘯𝘨?! "

"𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘎𝘶𝘦! 𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘎𝘶𝘦!"

Laki-laki 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘦𝘯𝘨𝘬𝘳𝘢𝘮 𝘣𝘢𝘩𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵. 𝘔𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢. 𝘓𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘪.

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢?" 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘮𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢.

"𝘈𝘬𝘶-" "𝘈𝘬𝘶 ham𝘪𝘭"

"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘨𝘶𝘨𝘶𝘳𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶"

𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘮𝘣𝘢𝘳 𝘱𝘦𝘵𝘪𝘳. 𝘓𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘴. 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴. 𝘗𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘰𝘭𝘰𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 di 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢.

Manda menangis mengingat kala ia mengatakan sebenarnya pada Erlan. Ya, perempuan dan laki-laki itu adalah Manda dan Erlan. Setelah mengatakan itu, Erlan terdiam sangat lama, ia terlihat sangat shock.

"Maaf Mas Mbak udah sampai," ucap Pak Sopir taksi. Erlan memandang tujuannya. Erlan hanya mengasal memilih tempat. Erlan hanya mengetik kontrakan dan alamat ini yang pertama kali muncul di maps.

Erlan dan Manda turun dibantu Pak Sopir yang menurunkan barang mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, Manda dan Erlan menuju rumah yang terdapat tulisan kontrakan. Erlan mengucapkan salam, tapi tak ada yang membalasnya. Beberapa saat kemudian, ada ibu-ibu menghampiri mereka.

"Nyarik kontrakan Mas Mbak?" tanya Ibu itu.

"Iya Bu, kita lagi cari kontrakan," balas Manda kepada ibu tersebut.

"Oh iyaa, silahkan-silahkan, saya buka dulu ya." Ibu itu sangat ramah. Erlan dan Manda masuk kedalam pekarangan rumah. Sangat sederhana, tapi terlihat cukup nyaman.

"Ini Mas Mbak kontrakannya. Ada ruang tamu, dapur, sama satu kamar dan satu kamar mandi, di sana juga ada pintu samping, silahkan dilihat dulu." Erlan melihat dari depan pintu, Manda masuk melihat kedalam. Erlan menghela nafas, setidaknya tempat ini nyaman untuk mereka.

Tak terlalu luas, pekarangan yang cukup untuk satu mobil, ruang tamu kecil yang terdapat televisi kecil, satu kamar dan satu tipas angin yang terlihat dari posisi berdiri Erlan. Bagi Erlan harganya juga sesuai fasilitas yang ada.

"Lingkungan sini juga aman kok Mas,Mbak. Saya jamin deh," kata Ibu tersebut dengan ramah.

"Lan, gimana?" Erlan menganggukan kepalanya. Manda bilang kepada ibu-ibu tersebut dan Erlan meminta untuk meninggalinya mulai hari ini. 

Ibu itu memperkenalkan namanya, Ibu Hera, rumahya tepat didepan kontrakan ini. Ia tinggal bersama suaminya, anak-anaknya sudah berkeluarga semua.

"Mbak lagi hamil ya?" tanya Bu Hera. Manda memandang Erlan, begitu juga Erlan yang menatap Manda. "Iya Bu," jawab sekenanya Manda.

"Kok Ibu bisa tahu?" tanya Erlan pada Bu Hera.

"Aduh Masnya ini gimana sih, orang hamil itu auranya beda Mas, apalagikan Ibu udah punya cucu. Hafal sekali Ibu dengan orang hamil." Manda menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Ya udah Ibu tinggal ya, besok sore Ibu antar ke Pak RT buat laporan kalau ada yang tinggal di sini, selamat istirahat. Marii," pamit Bu Hera lalu menyerahkan kunci rumah kepada mereka.

Erlan menutup pintu, membawa barang-barangnya menuju kamar. 

𝘚𝘦𝘮𝘱𝘪𝘵, itu kesan pertama Erlan. Ia terbiasa hidup mewah. Di sini hanya ada kasur berukuran kecil menatap tembok dengan dua bantal satu guling di atas dipan, sebuah lemari kayu di sudut kamar, kipas angin yang tadi dilihat Erlan, dan meja kecil didekat kasur dengan sapu kasur diatasnya.

Manda membersihkan kamar tersebut, menyapu lalu menebahi kasurnya. Erlan sedang ke kamar mandi. Di lemari itu terdapat dua set seprai dan satu selimut yang sengaja diletakkan di situ. Manda mengambil selimut tersebut, tak selembut selimut dirumahnya apalagi dirumah Erlan. Tapi setidaknya malam dingin ini selimut itu cukup membantunya.

Saat hendak membuka koper untuk menata baju, tiba-tiba Erlan menghentikannya.

"Eh gak usah, mending sekarang ke kamar mandi cuci muka, terus tidur. Udah jam delapan, gak baik buat bayi." Manda menatap Erlan tak percaya, semenjak Erlan tahu bahwa Manda mengandung tak pernah sekalipun Erlan menyatakan gamblang bayi dalam kandungannya, hanya gelagat menunjuk kearah perut Manda.

Secara tak sadar, Manda menganggukan kepalanya lalu menuju kamar mandi. Erlan menyalakan kipas angin, lalu bersandar di kepala kasur. Begini saja terasa sempit, walau muat berdua tapii, 𝘨𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩.

Manda kembali dan melihat Erlan sedang memainkan Hp nya sambil sandaran. Manda bingung, ini pertama kalinya Ia dan Erlan tidur di satu ruangan. Erlan melihat Manda yang diam saja, 

"Tidur aja Man," ucap Erlan. Manda melangkah ragu lalu menaiki kasur dan merebahkan tubuhnya. Manda menghadap tembok membelakangi Erlan.

Manda berusaha tidur, ia sungguh lelah. Sangat lelah. Erlan menatap Manda, ia teringat ucapannya saat ijab qobul. Dia sudah berjanji pada Allah,dia harus mulai berubah. Erlan tak pernah ingkar janji, apalagi janji langsung dengan Tuhannya.

"Maaf Man, Gue hancurin hidup Lo. Makasih udah kasih kesempatan Gue buat memperbaiki semua, maaf Man, Gue bener-bener minta maaf. Gue memang gak bisa mengulang waktu Man, Gue cuman bisa nyesel, tapi Gue bakal buktiin kalau Gue emang niat buat merubah semua jadi lebih baik, Gue bakal terus berusaha."

Erlan mengambil selimut tipis itu, menyelimuti tubuh Manda. Lalu merebahkan tubuhnya menyamping, menghadap punggung Manda. Erlan terlelap dalam sekejap, ia sungguh letih sampai mudah untuk tidur.

Sepengetahuan Erlan, sebenarnya Manda masih belum tertidur. Ia mendengar perkataan Erlan, sangat jelas.

Sebenarnya ia ingin sekali menuntut lebih pada Erlan, karena dia mimpi Manda hancur, karena Erlan ia harus diusir dari rumah, karena Erlan ia harus menerima banyak hujatan. Tapi buat apa itu semua, semua tetap tak akan ada yang berubah.