Happy Reading semuanya!
Yoongi menatap tangannya yang kosong. Seharusnya dirinya mendapatkan jatah untuk memperkenalkan dirinya pada gadis bernama Raima itu, tapi semuanya gagal hanya karena seorang Park Jimin yang shirtless berjalan keluar rumah.
Jimin sepertinya tidak tahu kalau sudah ada yang menempati seberang asrama mereka. Ah—Park Jimin, kenapa lelaki itu tidak mengizinkannya untuk berkenalan dengan Raima.
Matanya menatap sang empu kesal. Dirinya harus menahannya, mungkin memang bukan waktunya dirinya berkenalan secara resmi dengan tetangga barunya, ia akan memikirkan cara untuk dekat dengan gadis itu, sepertinya dirinya tertarik pada tetangga barunya.
"Yak! Ini semua karenamu!" protes Taehyung.
"Kenapa? Apa salahku? Apa aku melakukan sesuatu hal yang buruk?" tanya Jimin
"Aish! kalau keluar rumah seharusnya pakai baju! Kau seorang idola! Bagaimana kalau ada paparazi yang mengikuti kita sampai rumah? Seharusnya kau memikirkan itu Jimin-ah!" omel Hoseok
Jimin tidak mengerti dengan perkataan kakaknya, "Kenapa? Penggemar kita menyukai aku seperti ini, kalian juga biasanya seperti itu! kenapa sekarang protes dan marah-marah?" bingung Jimin
"Itu kemarin sekarang berbeda. Jangan lakukan itu lagi Park Jimin kalau kau tidak mau ada yang hilang," ucap Namjoon
Jimin menggaruk kepalanya bingung, "Apanya yang berbeda? Apa salahku? Kenapa kalian terlihat tidak senang? Katakan padaku ada apa? Kenapa hanya aku yang tidak tahu? Kalian tidak ingin jadi orang jahat karena tidak memberitahukan aku kan?" Yoongi menggeleng kemudian berjalan masuk kedalam rumah mereka meninggalkan Jimin yang hanya memasang wajah bingungnya.
"Hyung, kau tidak tahu kan ada perempuan cantik yang tinggal disebelah rumah kita? Besok kalau tidak ingin perempuannya pergi kau harus pakai baju hyung, itu pesanku." Jimin menatap Jungkook bingung.
Telinganya tidak salah dengar kan? Tetangga baru? Jadi mereka mempunyai tetangga, bukan kah itu akan menjadi hal yang menyenangkan? Ah—ia jadi ingin melihat tetangga sebelah rumahnya. Yak! Haruskah Jimin menyesal karena melakukan ini.
Raima mengusap dadanya pelan, matanya benar-benar sudah ternodai oleh lelaki yang tinggal di sebelah rumahnya. Sepertinya ia akan jarang berada di luar karena takut kejadian tadi terulang kembali, atau mungkin memindahkan kursi dan mejanya lebih jauh.
Sebenarnya tidak salah juga karena dirinya berdampingan dengan asrama laki-laki hanya saja—argh! Ia terlalu banyak malu dan terkejut seperti tadi. Lebih baik ia berbenah sekarang juga dari pada dirinya terus memikirkan kejadian tadi.
Baru lima menit Raima berada didalam tempat tinggalnya gadis itu sudah tidak tahan lagi, ah—bagaimana kalau dirinya bertemu dengan mereka kembali? Sudah cukup dirinya jatuh tadi lalu ditambah dengan insiden seperti itu. Argh! Memalukan sekali.
Telinganya mendengar suara ribut di seberang sana membuat Raima berdeham pelan kemudian membuka pintu kamarnya mungkin ia akan keluar dan membaca buku saja disana dari pada ia kembali mengingat kenangan seperti tadi.
Raima berjalan lurus entah kemana, matanya menatap Sakura tengah duduk seorang diri di ruang baca. Mungkin ia akan menemani sakura saja membaca buku, otaknya sungguh sudah terkontaminasi dengan pemandangan lelaki tadi yang tampak aneh.
"Kenapa? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Sakura saat melihat Raima tengah memukul keningnya karena tidak bisa menghilangkan rasa malunya tadi.
"Tidak ada, a-aku hanya ingin membaca buku, yah! Aku hanya ingin membaca buku pagi-pagi. Kau sendirian? Kekasihmu tidak mengunjungimu lagi?" tanya Raima sembari membuka buku asal, entah apa yang sedang ia lontarkan saat ini. Raima yakin bahasa inggrisnya juga menjadi berantakan gara-gara kejadian memalukan tadi.
Sakura hanya menjawab dengan mengangguk kemudian menatap Raima sekali lagi yang tampak memegang buku berbahasa Jepang, ada apa dengan gadis yang menjadi tetangga barunya itu? Aneh sekali tingkahnya.
"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Sakura membuat sang empu menatap bingung Sakura.
"Memang kamu bisa baca huruf kanji? Buku yang kamu ambil buku bahasa Jepang pesananku, kalau mau yang berbahasa Inggris ada di sebelah sana. Jangan menyulitkan diri sendiri atau memang pada dasarnya kau suka menyulitkan diri sendiri? Jangan salah mengambil buku,"Raima dengan cepat mengembalikan bukunya dan berjalan menuju rak yang dimaksud Sakura.
Membuat sang empu hanya menatap bingung Raima yang hanya menggusap belakang kepalanya yang tertutup hijabnya. Ah—malu sekali, Raima menutup wajahnya menggunakan buku berbahasa inggris itu, dirinya masih malu mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Malu sekali dirinya itu, pasti sakura menilai kalau dirinya saat ini aneh.
"Tadi malam aku ingin mengajakmu makan malam bersama dengan Ellen, tapi sepertinya kau sudah tidur jadi kami tidak mengajakmu pergi." Raima menatap Sakura yang sedang menatapnya.
"Aaa ... begitu, semalam aku terlalu lelah jadi aku tertidur. Mungkin lain waktu aku bisa makan malam bersama dengan kalia berdua," ucap Raima
"Mau berjalan-jalan denganku berkeliling asrama ini? Kebetulan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan," Raima mengangguk mengiyakan ucapan Sakura. Saat ini ia butuh sakura untuk membantunya mencari tahu tentang daerah ini.
Raima menyipit menatap sinar matahari yang seakan menusuk matanya lembut, masih pagi hari saja sudah sepanas ini. "Sekarang sedang liburan musim panas jadi wajar saja sepi, biasanya pada berkumpul di gazebo sana atau mungkin berolahraga disana. biasanya aku berkencan dengan Joo di bangku taman sana," Raima mengangguk-angguk mengiyakan ucapan dari gadis yang tampak sibuk berbicara itu.
Beruntung sakura bisa menggunakan bahasa inggris dengan lancar jadi dirinya sendiri tidak terlalu mengalami kesulitan, "Kau berencana berapa tahun disini? Satu tahun? Dua tahun? Atau selamanya?" tanya Sakura
"Satu tahun mungkin," sahut Raima
"Apakah kau tahu siapa yang tinggal disebelah rumahmu? Asrama laki-laki bukan?" tanya Sakura membuat Raima menatap sang empu kaget.
Kepala Raima mengangguk perlahan,"T-tadinya aku tidak tahu, tapi sekarang aku tahu karena aku baru saja berkenalan dengan mereka."
"Siapa yang tinggal disana? Aku mendengarkan desas-desus kalau yang tinggal disana adalah seorang idol, apakah itu benar? Aku penasaran sekali," tanya Sakura.
Kepala Raima menggeleng,"Aku tidak tahu itu idol atau bukan yang jelas, mereka tampak masih muda seumuran kita. Mungkin seorang mahasiswa dari berbagai daerah karena aku mendengar cara mereka berbicara sedikit berbeda," Sakura mengangguk-angguk kemudian menatap pepohonan rindang yang ada dihadapannya itu.
"Ayo kembali, ada buku bacaan yang masih harus aku baca. Aku pikir kau sudah memahami semuanya," Raima mengangguk kemudian mengekori Sakura yang telah berjalan terlebih dahulu.
Udaranya benar-benar bagus, mungkin dirinya harus berjalan-jalan di sekitar sini nanti. Matanya menyipit menatap lelaki yang tengah melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar memamerkan gigi rapihnya. Lelaki yang Raima ketahui bernama Kim Taehyung itu tampak menyapanya dari kejauhan. Sepertinya sang empu akan pergi dengan dandanan rapih seperti itu, sangat mempesona.
Raima hanya menatap lelaki itu dari jauh tanpa ada niatan untuk menjawab lambaian tangannya untuk dirinya, sampai lelaki itu menghilang ditikungan menuju pintu keluar gedung tempatnya tinggal. Rasanya canggung sekali.
"Kau sedang apa? Ayo diluar panas," Raima mengangguk kemudian menyusul Sakura yang sudah masuk kedalam gedung rumah mereka.
Bagaimana ini? perasaan Raima masih canggung, bagaimana kalau dirinya terus menerus seperti ini, ah—apa yang harus dirinya lakukan. Tidak mungkin dirinya seperti ini, semoga saja kesannya mereka tentang dirinya tidak buruk.
To be continued
Terima kasih sudah membaca Cerita Tentang Kau Dan Aku.
Dilarang memplagiat karya ini.
Salam Leeaa_Kim