Dengan langkah kaki yang santai dan teratur nafasnya, Zairu mendaki gunung Anheim ditemani cuaca yang sedikit panas. Zairu melintasi jalan mendaki yang di buat oleh bangsa kurcaci untuk transportasi darat. Jalan nya cukup lebar kurang lebih 8 meter. Perlu kerja keras untuk membuat jalan yang menghubungkan kota WarFort dan kota-kota kecil di pulau Morminer dengan gunung Anheim. Sebenarnya Gunung Anheim tidak sama dengan gunung-gunung lainya. Gunung Anheim sudah berubah fungsi.
Bangsa Kurcaci yang bermukim di Morminer tau bahwa keadaan The Flat tidak damai seperti yang terlihat. Ada hal-hal yang bisa memicu perang besar terjadi lagi. Tidak ada jaminan perjanjian 4 bangsa mampu menjaga keutuhan atau perdamaian di The Flat. Sudah 700 tahun berlalu sejak perjanjian 4 penguasa dan tetap banyak peperangan dimana-mana.
Melihat kondisi The Flat yang mulai memanas. Dan hampir di setiap perbatasan antara kerajaan selalu terjadi perang walaupun kecil. Dimana musuh alaminya bangsa Penyihir selalu menghantui benak bangsa Kurcaci sejak ratusan tahun lalu. Bangsa Kurcaci Morminer sepakat harus membuat tempat perlindungan sekaligus pertahanan bagi kaum dan keturunannya.
Zairu sudah sampai di gerbang pintu gunung Anheim. Gerbang besar terbuat dari bahan material karbonium ditopang dua pilar di sisi-sisinya.
Zairu : "Hay Zamdan apa kau melihat Azoil?"
Zamdan : "kemarin saya lihat dia pergi menuju puncak, sepertinya dia mau melakukan sesuatu".
Zamdan pergi keluar, tangan kanannya memegang kampak kecil yang biasa dipakai untuk mengambil buah kelapa. Belum sepuluh langkah zamdan berjalan, dia berhenti lalu menoleh kebelakang, berteriak dan berkata "Zairu kabar apa yang kau bawa dari pelabuhan WarFort?"
Zairu : "Kita punya pekerjaan dan pertempuran yang harus di menangkan".
Zamdan : "Berita yang bagus sekali, senang aku mendengar nya. Palu ku mulai berkarat karena jarang di pakai".
Zairu masuk ke bengkel pribadinya, dengan wajah malas dia bergumam dalam hatinya "Anak sialan semua berantakan, belum seminggu aku tinggalkan tempat ini"
Beberapa jam kemudian Azoil datang dengan kaki terpincang-pincang.
Azoil : "Kapan kau datang Pak Tua?" Apa kau bawa barang yang aku pesan?"
Zairu : "Aku simpan di peti itu. Sepertinya karyamu masi gagal, terbukti dengan luka di kaki yang bau itu?"
Azoil sudah lama mengerjakan proyek pribadinya, tapi hasil percobaan selalu gagal, dan berujung dengan luka di badan nya. Dia membuat baju terbang berbahan bakar gas. Entah apa yang kurang dengan karyanya, padahal hitungan dan angkanya sudah di anggap benar menurut Azoil.
Zairu menceritakan pertemuan dan maksud dari kedatangan Raja Harald 3 ke Morminer. Azoil dengan kaki yang terluka mencoba duduk di atas tumpukan karet. Zairu melemparkan salep dari kotak obat yang tergeletak di meja kerjanya.
Zairu : "Sembuhkan lukamu, Tidak lama lagi kita akan berperang. Siapkan tenaga dan otak mu, hentikan semua kegiatan yang membuang-buang waktu seperti yang telah engkau lakukan".
Azoil dengan sikap acuh tak acuh berkata
Azoil : "Dengarkan aku janggut merah, kau sangat tau bahwa aku membenci Raja pengecut itu, aku sungguh heran kenapa kau selalu membantu Raja itu, Tidak bisa kah kita mencari pekerjaan dari Raja lainnya!?"
"Kau lupa dengan siapa kau berbicara" Sanggah Zairu. Zairu berusaha membuat paham orang bebal yang didepan batang hidungnya. "Aku adalah orang kepercayaan Raja Harald 3, orang-orang ku bergantung kepadanya. Liat sekeliling mu jumlah kita berkurang, diantara orang sedikit ini hanya ada beberapa saja yang betul-betul pejuang".
"Bangsa Kurcaci kalau bersatu bisa sangat kuat, tapi mereka lebih memilih sembunyi di lubang-lubang terdalam di banding berperang untuk kejayaannya" balas Azoil.
"Istirahat lah.. Besok kita mulai bekerja, gunakan obat yang aku berikan, luka mu bisa tambah parah kalau tidak di obati" kata Zairu sambil melahap makan malamnya.
Dinginnya angin malam tidak membuat sebagian bangsa kurcaci bermalas-malasan saat melakukan tugasnya. Azoil melamun matanya mengarah ke arah bulan yang cahayanya merayap melewati jendela tanpa kaca. Tak lama rasa kantuk hinggap di kelopak matanya. Terang bulan yang hampir sempurna mulai meredup dan terlihat samar-samar. Azoil tertidur dengan luka di kakinya.
Matahari masih belum mau beranjak tetapi cahaya hangat nya sudah menyinari gunung Anheim. Para Kurcaci di gunung Anheim silih berganti. Petugas malam beristirahat dan di lanjutkan oleh petugas pagi. Pekerjaan menambang di gunung Anheim memang tidak pernah berhenti. Lorong-lorong sisa galian tambang di perkuat pondasinya agar tanah dan bebatuan tidak ambruk menimpa para penambang. Lorong-lorong itu di jadikan jalan, ada juga yang di buat pemukiman atau bengkel.
Luka di kaki Azoil membaik berkat obat kurcaci yang diberikan Zairu. Azoil terbangun karena cahaya matahari yang begitu terang menyilaukan matanya. "Perut ku lapar" kata Azoil. Azoil berdiri, kaki nya sudah tidak terasa sakit dan bisa berjalan normal kembali. Dia melihat ke arah ruangan yang biasa di gunakan Zairu untuk istirahat. Azoil membangunkan Zairu yang masi tidur terlelap. "Bangun Pak Tua.. Kata mu kita ada misi yang segera di kerjakan" kata Azoil sambil menikmati keju sarapan paginya.
Zairu bangun dari tempat tidurnya yang terbuat dari kayu pohon Ek berukir khas bangsa Kurcaci.
"Raja memintaku membuatkan mesin perang nya, yang membuat saya bingung adalah adanya Penyihir di pihak lawan" kata Zairu
"APA !!??" kata Azoil kaget mendengar penjelasan Zairu.
"Raja tidak memberikan informasi yang mendetail tentang Penyihir yang membantu pasukan Carium, Kita tidak tau kekuatan apa yang di miliki si Penyihir laknat" gumam Zairu dengan muka kesalnya
"Sesuai pengalaman dan cerita bangsa mu, kita berasumsi saja penyihir sialan itu bisa melayang di udara dan menyerang tanpa menapakan kakinya di tanah" Kata Azoil.
"Jadi kita harus mendesign mesin yang bisa menembak dari jarak jauh tanpa terputus" Sambung Azoil.
"Coba jelaskan dengan detail seperti apa maksud mu itu!" Kata Zairu dengan mulut penuh keju.
"Senapan yang kita miliki saat ini hanya bisa memusatkan api dengan jarak yang pendek, teknologi jaman dahulu yang belum berubah banyak" Kata Azoil
Sejak perang besar 4 benua, korban yang paling banyak berjatuhan adalah dari bangsa selain Kurcaci. Perjanjian 4 penguasa berisi pasal yang isinya merugikan bangsa Kurcaci. Inti dari isi pasal itu adalah di larangnya pengembangan senjata bangsa Kurcaci. Senjata buatan Kurcaci saat ini masih teknologi tradisional sesuai kesepakatan pada saat perjanjian di buat.
Bangsa Kurcaci yang hidup zaman perang adalah bangsa penjajah, gemar sekali berperang. Kampak mereka bisa menembak, kendaraan mereka bisa menghantam tembok, prajurit tanpa belas kasih. Agresi militer bangsa Kurcaci hampir ke semua wilayah selatan The Flat. Mereka punya Bom yang efeknya bisa sampai radius 500-1000 meter. Bom itu di namakan Bom Mawar. Bom Mawar jika diluncurkan dan meledak di lokasi target, asap dan debu hasil ledakan membumbung tinggi membentuk Bunga mawar, Panas dan radiasi dari efek bom bisa membuat kulit meleleh dan gatal. Bom yang tidak beradab. Bom yang dipakai orang tanpa hati, kejam, sadis dan gila.
Zaman sekarang Bom Mawar dilarang penggunaannya karena terlalu berbahaya bagi kelangsungan hidup dan alam The Flat. Bangsa manapun yang terikat aturan dan perjanjian bangsa-bangsa sepakat untuk tidak mengembangkan teknologi itu.
Bangsa Kurcaci menjadi terbelah dan berkelana ke seluruh negeri, Mereka tidak langsung ikut berperang hanya mendukung dari belakang layar. Dengan menyediakan kebutuhan bagi kerajaan yang berperang dan mereka dibayar sesuai kesepakatan. Sudah sangat jarang pasukan Kurcaci berperang langsung, mereka lebih suka mencari perlindungan kepada Kerajaan lainnya.
"Oke kalau begitu kita sudah punya rencana, kita harus membuat mesin mu menjadi kenyataan" Kata Zairu dengan penuh keyakinan nya.
"Percayakan padaku wahai Pak Tua, Kita akan menghancurkan Penyihir itu bersama-sama, Saat ini adalah waktu yang tepat keluar dari lubang-lubang gelap, kita akan pergi dan ikut berperang" Kata Azoil
Suhu dalam gunung Anheim sudah terasa panas ke kulit. Azoil dan Zairu bersiap dan menyiapkan peralatan nya. Mereka akan menghadapi perang besar, perang yang membuat Azoil mendapat julukan Azoil "The Silver Hand".
Kepada pembaca yang Budiman ( Berbudi dan beriman ). Saya adalah penulis pemula, mohon maaf apabila penyampaiannya sangat jauh dari kata sempurna. Penulis berharap pembaca bersedia memberikan ide, masukan, kritik dan saran di kolom komentar supaya penulis bisa memperbaiki hasil karyanya. Terima Kasih
salam
Gilang