Beberapa hari ini memang terasa aneh buat imam. Banyak perubahan yang imam rasakan. Terutama dengan lawan jenis. Banyak sekali nomer-nomer baru yang muncul di hp imam. Ada yang sekedar menyapa singkat dengan kata Hai, Haloo, Boleh Kenal ga dan sebagainya. Bahkan ada yang langsung to the point nembak imam. Yang lebih parah lagi, Teh Yuyun pemilik warung pengkolan sempat WA imam untuk datang ke warungnya jam 11 malam, mo ngapain coba pake segala ada kalimat - kalimat yang menjurus ke arah kimpoi?.
Untung iman dan imin imam kuat, kalo imam turutin tuh ajakan teh Yuyun, mungkin besok nya di Surat Kabar bakal ada berita seorang remaja di bawah umur tertangkap sedang mesum dengan wanita dewasa di sebuah warung. HiiHH. imam merinding bayanginnya. Karena hal itu pula akhirnya imam meminta Sekar untuk menutup aura tasbih yang tertanam di bahu imam dengan kesaktiannya.
Awalnya Sekar sedikit ragu, namun setelah mendengar segala keluh kesah imam, dia pun menyanggupinya. Sekar juga berpesan jika untuk berkomunikasi dengan nya cukup bicara dalam hati saja, imam pun setuju karena imam ga mau di cap sebagai anak SMU yang aneh dan suka berbicara sendiri.
Hari ini Sabtu pagi, sekolah imam tetap masuk tapi hanya menjalankan kegiatan ekskul. Tidak ada kegiatan belajar mengajar. imam dari pagi sudah nongkrong dengan Joni di pos satpam, menemani Mang Iip menikmati kopi hitamnya. Rio sudah memberi kabar ke imam lewat WA kalau dia absen hari ini karena ikut ayahnya menjenguk saudara ibu nya yang sakit. imam sama Rio ikutan Ekskul futsal, karena silat belum menjadi salah satu ekskul di sekolah imam. Kalau Rio alasannya ikut ekskul futsal, karena doi ngincer anak futsal cewe yang bernama Intan. Joni tetap ikut ekskul karate, bahkan dia sudah menjadi asisten pelatih ekskul karate. Rendi dan Mail yang sedikit berbeda. Rendi mengikuti ekskul Paskib dan Mail yang ayahnya seorang Ustadz bergabung di ekskul Rohis.
"Mang Iip emng sudah lama jadi satpam disini?" Tanya Joni.
imam yang sedang main Hp, sempat menoleh ke arahnya. Yang ditanya sempat meneguk kopi hitamnya yang masih mengepulkan asap, lalu sebatang rokok ia keluarkan dan mulai ia nikmati tiap tarikan nafasnya.
" Dari masih sebuah lahan kosong yang kata orang sini dulunya adalah kuburan, mamang sudah kerja disini Jon" Jawab laki-laki yang usianya mungkin sudah mencapai setengah abad itu.
"Kuburan, masa sih mang?" Tanya Joni tak percaya.
Mang Iip mengangguk lalu membuang asap rokoknya perlahan. imam keluar dari aplikasi FB yang sempat imam buka barusan, lalu mencoba ikut ke dalam obrolan mereka. Sekar, ga tau kemana perginya, dari subuh imam ga lihat dia nongol. WUSS. Bau harum Bunga kenanga menggelitik hidung imam. imam tahu siapa yang datang. imam lihat Sekar sudah nangkring di atas atap Pos Satpam tempat kami mengobrol.
"Darimana?" Tanya imam pada Sekar dalam hati.
Jin Wanita itu menoleh ke arah imam sesaat.
"Aku barusan menemui Ki Sabdo, penguasa bagian Utara daerah ini. Ada suatu hal yang harus di sampaikan oleh Kakek Moyang mu kepada nya" Katanya menjelaskan.
imam hanya meng "ohh" kan jawabannya.
"Mamang sudah sering di ganggu jika sedang jaga malam" Ucapan Mang Iip langsung membuat imam kembali mengalihkan perhatian ke arahnya.
"Serius, mang?" Tanya Joni lagi, kali ini tatapannya tak berkedip.
imam juga menunggu jawaban dari Mang Iip. Kembali laki-laki itu menghisap rokoknya yang tinggal setengah.
"Semalam, ada orang yang mampir ke pos dan bertanya tentang alamat rumah saudaranya. Awalnya mamang yang sedang asyik nonton bola, Cuma bilang untuk menunggu sebentar. Pas mamang nengok yang mamang lihat hanya ada badannya saja tanpa kepala." Ucap mang Iip.
"Terus mamang lari atau gimana?" Tanya imam kali ini.
Mang Iip menggelengkan kepala. imam mengerutkan dahi.
"Widiih, nyali Mang Iip gede juga yah?" Puji Joni.
"Mamang ga lari, Cuma pingsan dan besok nya baru sadar di bangunin Pak Ilham guru olah raga" Ucapan mang Iip spontan membuat imam dan Joni tertawa.
"Yahh, kirain ga lari karena berani, ga taunya pingsan" Ejek Joni.
Imam dan mang Iip kembali tertawa bersamaan.
Beberapa orang siswa terlihat memasuki gerbang sekolah, eh ada Viny juga yang tampak sedang berjalan dengan teman perempuannya. Dia sempat melirik ke atas Pos Satpam lalu melempar senyum ke arah imam. imam membalasnya dengan senyuman juga. Lalu Viny berbisik kepada temannya. Mereka terdengar tertawa kecil lalu pergi ke arah sekumpulan anak-anak anggota Cheers. imam lihat Sekar menatap Viny kemudian melayang turun ke samping imam.
"Ada beberapa orang yang memiliki kemampuan sama seperti mu, kang Mas" Kata Sekar sambil tetap menatap ke arah anak-anak cheers.
imam menoleh ke arahnya. "Maksudmu, kemampuan untuk melihat hal gaib?" Tanya imam dalam hati karena masih ada Mang Iip dan Joni.
Sekar mengiyakan pertanyaan imam. "Gadis yang barusan tersenyum kepada mu adalah salah satunya, Kang Mas" Ucapnya dengan nada dingin. Kenapa imam merasa ada sedikit kecemburuan dalam kalimat Sekar yah.
Badan imam masih berkeringat sehabis berlatih futsal. imam sengaja duduk di bawah pohon mangga yang ada di dekat lapangan futsal. Disini agak terbuka, banyak angin yang berhembus yang membantu menghilangkan gerah imam. Kedua kaki sengaja imam luruskan untuk mencegah varises. imam menggoyang-goyangkan kaki imam perlahan sambil melihat Joni yang masih berlatih dengan teman-temannya.
"Hei, aku ganggu ga?" Ucap seseorang mengagetkan imam.
Viny yang sudah berseragam cheers sekolah imam, sudah berdiri dengan tersenyum manis.
"Ehh, Viny. Enggak koq, ga ganggu"? Jawab imam dengan hati berdesir.
"Minum nih, aku bawa dua" Katanya lagi sambil menyodorkan sebotol air mineral lalu duduk di samping. imam sempat melirik ke arah Sekar yang saat itu sedang memperhatikan imam juga. Wajahnya terlihat berubah sedikit masam, lalu dengan tiba-tiba dia melayang pergi meninggalkan pohon kelapa yang ada di depan ruang guru tempat ia tadi duduk.
"Cantik yah" Ucap Viny setengah mengagetkan imam.
"Siapa?" Tanya imam penasaran.
"Yang barusan terbang dari pohon kelapa sana" Jawab Viny seraya mengalihkan pandangannya ke tempat yang ia maksud.
imam mengerutkan dahi. "Apa benar Viny juga bisa melihat hal gaib lewat mata batinnya, seperti yang diucapkan Sekar tadi pagi" Tanya imam dalam hati.
"Eh, koq malah bengong. keberatan yah aku duduk di sini ?" Tanya Viny sambil berdiri.
"Eh, bukan koq, imam suka. Mmmh.Maksud imam, imam ga keberatan lu duduk disini" Jawab imam dengan kikuk.
Tanpa sengaja tangan imam sudah memegang lengan kirinya Viny.
DEG. Tatapan kami saling bertemu. Viny sempat mengarahkan tatapannya ke arah pegangan tangan imam. imam dengan polosnya malah mengikuti kemana pandangan Viny tertuju. Begitu sadar tangan imam masih memegang lengannya, dengan cepat imam lepaskan pegangan tangan imam itu dan langsung mengambil sebotol air mineral yang tadi di beri Viny, lalu menghabiskan isinya.
GLEK.
GLEK.
GLEK.
Suara air yang menerobos masuk ke dalam tenggorokan imam terdengar jelas. imam sempat melirik Viny yang tersenyum.
AAHH.
imam membuang nafas yang beberapa saat terhalang oleh masuknya air minum. Viny tertawa kecil. Sett dahh, pengen imam langsung cipok aja nih cewe.
"Kamu tuh lucu yah, aku kira pendiam nyatanya beda. Asik malah" imam hanya menggaruk garukkan kepala imam yang tak terasa gatal setelah mendengar ucapan Viny, sambil tersenyum ga jelas.
Sesaat kami berdua terdiam. Suasana kembali terasa kaku.
"Vin."."Imam." Ucap kami memanggil nama masing-masing secara bersamaan.
Kami saling memandang sesaat lalu tertawa berbarengan.
"Kamu duluan deh" Ucap Viny masih dengan wajah merona dan sedikit masih tertawa kecil.
imam yang sudah berhenti tertawa, berdiam diri sebentar lalu mulai berbicara lebih serius.
"Lu bisa lihat mereka?.
Viny terdiam sekejap. Pandangan matanya terfokus melihat teman-temannya yang sesama cheers.
"Aku bisa merasakan kehadiran mereka dan juga melihat mereka sejak kecil" Ucapnya dengan nada datar. Ada sekelumit penolakan di suaranya.
imam kembali terdiam. Pandangan imam yang awalnya terpusat pada sosok Viny, harus imam lemparkan ke arah Joni yang barusan memanggil nama imam.
"Nanti sore hubungin aku ya, Mam." Ucap Viny sambil berdiri, matanya sempat melirik ke sebuah kertas kecil yang sepertinya sengaja ia letakkan di samping imam.
Sebuah anggukan imam beri sebagai jawaban. Dengan sebuah senyuman manis, gadis itu beranjak pergi meninggalkan imam menuju teman-temannya. imam mengambil kertas tersebut dan membukanya. Sederet nomor Handphone yang tertera. Aaah, Viny. imam padamu pokoknya..
Jam 11 imam sudah ada di rumah. Memang sengaja imam pulang lebih awal dari kegiatan ekskul futsal. imam terpaksa berbohong pada Joni yang mengajak nongrong di warungnya Teh Yuyun. imam beralasan akan mengantar adik imam, Ayu ke tempat les barunya. Padahal sebab utama kenapa imam harus berada di rumah sebelum Zuhur adalah karena teringat pesan Sekar dan juga malas jika harus melihat Teh Yuyun lagi.
Di dalam rumah akan jauh lebih aman bagi imam. Tidak akan ada satupun mahluk gaib yang berniat jahat yang berani mendekat ke rumah imam, karena Sekar telah mempagarinya. Kekuatan Sekar untuk menutupi Mata Batin imam akan hilang seiring berkumadangnya Adzan. Ngomong-ngomong kemana perginya Jin Wanita penjaga imam itu yah. Semenjak melihat imam bersama Viny, dia seolah hilang tertelan bumi.
imam makan siang bersama ayah dan ibu imam di ruang makan. Ayu, adik imam itu sedang ikut Tante Septi ke rumahnya. Ayah imam yang seorang Pegawai Negeri Sipil di sebuah Kementerian yang mengatur bidang Keagamaan, memang libur hari Sabtu dan Minggu, itu pun jika dia tidak sedang ada tugas dinas keluar.
Saat makan siang, ayah selalu bertanya perihal sekolah imam. imam pun selalu menjawab dengan jawaban seadanya. imam memang tidak terlalu dekat dengan ayah, karena beliau jarang ada di rumah. Tapi bukan berarti imam tidak menyayanginya. Bagi imam, ayah tetap selalu menjadi figur panutan imam sampai kapanpun.
Tiba-tiba, Hp imam yang imam letakkan di samping piring makan imam berdering. imam yang pada saat itu sedang mencoba mengambil sepotong ayam sebagai lauk untuk porsi yang kedua, langsung berusaha mengambilnya. Tapi sayang, Ayah dengan cepat melakukan hal yang sama. Posisi Hp imam saat itu, memang persis ada di samping beliau dan dengan pandangan memelas imam melihat Ayah sudah membuka hp imam.
"Missed Call, dari Viny" Ucap ayah sambil tersenyum ke arah Ibu.
imam langsung merebut Hp imam dari genggamannya. Lalu dengan santai melanjutkan makan imam yang sudah memasuki porsi kedua.
"Anak ibu udah gede tuh, udah punya pacar kayaknya. Siapa namanya bang, Pony yah,?" Tanya Ayah imam sambil menyenggol sikut imam.
Ibu sempat tersedak mendengar pertanyaan Ayah imam yang langsung to the point.
"Udah, Ayah. Biarin Imam makan dulu" Kata Ibu sehabis meneguk air minum.
imam Cuma mendengus kesal karena menjadi bahan ledekan Ayah. Sambil meletakkan sendok dan garpu yang imam pegang ke permukaan meja, imam pergi meninggalkan mereka dan langsung menuju kamar.
Di dalam kamar, imam membuka Hp dan melihat sebuah panggilan tak terjawab dari Viny. Segera imam balas menelponnya.
NJIIR!!! Maki imam begitu yang menjawab adalah operator yang dengan sabar selalu menyarankan untuk mengisi pulsa terlebih dahulu sebelum melakukan panggilan.
imam lempar Hp imam ke atas kasur. Kalau ke lantai, bisa pusing kepala. Secara itu satu-satunya Hp yang imam miliki. Berlanjut, imam membanting diri imam sendiri di atas ranjang karena kesal. Harusnya imam menghubungi Viny saat ini.
Tiba-tiba imam mendengar suara pintu kamar imam terbuka. imam bangkit dari kasur dan melihat Ayah imam dengan tersenyum berdiri di depan pintu. imam mengambil kembali Hp yang tadi imam lempar lalu berpura-pura membuka beberapa aplikasi. Ayah berjalan menghampiri, lalu duduk di sisi ranjang, persis di samping imam yang terbaring.
"Abang kesal sama Ayah?" Katanya sambil membuka Hp.
Sebuah nada pesan yang sudah diterima memang terdengar dari Hp nya. Beliau membuka pesan tersebut lalu menutupnya tanpa membalas.
"Namanya Viny, Yah. Bukan Pony, emangnya Kuda." Kata imam masih berpura-pura sibuk dengan HP.
"Iya, Ayah Cuma bercanda koq Bang. Tumben banget kamu lagi sensi, apa bener-bener lagi suka sama yang namanya Viny?" Tanya Ayah lagi.
imam masih sibuk main game di Hp, sepatah katapun imam tidak katakan sebagai jawaban dari pertanyaan beliau.
"Usia kamu masih terlalu muda untuk mengerti cinta, Bang. Kenal dan suka ke lawan jenis itu sangat wajar, tapi jangan sampai sekolah kamu terbengkalai nantinya. Tetep yang namanya hati-hati dalam bergaul harus nomer satu, Bang." Nasihat Ayah.
imam sebenarnya mendengarkan dengan seksama apa yang barusan beliau nasihatkan. Tapi pikiran imam saat ini hanya terfokus ke pulsa HP. Dasar emang imam nya aja yang bandel. Lagi di ceramahin malah mikirin pulsa. Imam, Imam. Mau jadi apa lu nanti?
"Besok Ayah berangkat Diklat ke Bandung, Jaga ibu sama Ayu di rumah yah. Kalau si item (Rio maksudnya, Ayah imam selalu manggil keponakannya itu dengan sebutan si Item) ngajak kamu keluar, suruh dia aja yang main disini" Kata Ayah sambil merogoh saku celananya lalu mengulurkan uang pecahan 50 Ribuan.
Mata imam langsung berbinar melihat benda berharga yang warna birunya itu menyilaukan hati imam.
"Beli pulsa yang 5 ribu aja. Sisanya buat uang jajan kamu selama seminggu" Kata Ayah.
imam langsung down mendengar ucapan nya. Tangan imam yang tadinya terulur bahkan sudah menyentuh pinggiran uang itu, terasa lemas.
"Ayah bercanda, terserah kamu mau beli pulsa berapa. Sisanya kalau bisa kamu simpan buat tambahan jajan kamu esok" Ucap Ayah.
Tanpa basa-basi imam langsung menyambar uang itu dan berlari keluar menuju garasi guna mengambil motor imam untuk beli pulsa.