Tercapai keinginan Sarita. Seperti musang lagi, Inge menggeram seraya menghentakkan kaki. "Kalau sudah kenyang jangan dipaksa. Macam nenek-nenek!
Sarita pun terpancing. "Siapa yang nenek-nenek?" tantangnya murka menoleh dengan mata menyipit.
Inge memilih diam. Namun Sarita masih terbakar. "Ngaca. Siapa yang keriput!"
"Boleh uji!" tantang Inge pula.
Hanjo menaikkan tangan. "Mengapa ribut? Udah."
Terlihat bahu Sarita naik lalu turun. Lalu terdengar udara keluar dari hidungnya. Sarita tetap duduk meski semenjak tadi paha sebelah kanannya sudah kebas. Duduk dalam posisi yang terjepit. Piring dan sedok masih dipegangnya.
Sementara duduk dengan santai. Duduk bersilang kaki dengan punggung ke sandaran kursi.
"Sudah. Pak Hanjo mau tidur," kata Sarita bagai ibu melarang anak diajak temannya bermain. Ia berdiri. Pahanya sudah terasa perih. Ia meletakkan piring ke atas meja.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com