“Apa ini, Mia?” tanya Julian seraya memungut selembar kertas foto sang kekasih bersama keponakannya. “Apakah ini benar hadiah untukku? Bukan untuk Cayden? Ini terlihat seperti kumpulan memori kalian. Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?”
Mendengar suara sang kekasih mulai terseret emosi, Mia spontan menelan ludah. Sambil mengepalkan jari, ia mencoba untuk mempertahankan kebohongan. “Itu memang hadiah untukmu. Bukankah kami berdua adalah orang yang paling kau sayang?”
“Apakah kau diam-diam mempersiapkan diri untuk perpisahan?” selidik Julian dengan tatapan meruncing. Matanya yang berkaca-kaca mulai dilapisi oleh guratan merah.
Mengetahui kemarahan sang pria, bibir Mia mulai bergetar. Ia ingin menyangkal, tetapi tidak sanggup mengucap kebohongan. Lidahnya terlalu kaku untuk memecah ketegangan.
“Jawab dengan jujur, Mia! Apakah yang kau berikan kepada mereka itu adalah kado perpisahan?”
Support your favorite authors and translators in webnovel.com