“Ah, kurasa cukup untuk malam ini,” gumam sang CEO seraya memutar lehernya yang terasa pegal. Sudah empat jam ia fokus, tetapi maket di tangannya belum juga rampung.
“Besok aku harus meluangkan lebih banyak waktu,” pikirnya seraya menoleh ke arah Gabriella.
Gadis itu tertidur dengan tangan masih memegang pena.
Tanpa bersuara, Max mendekat lalu meneliti hasil pekerjaan sang gadis. Tiga detik kemudian, sudut bibirnya terangkat ringan.
“Tidak terlalu buruk. Meskipun berantakan, hasilnya masih bisa digunakan,” angguk sang CEO puas.
Selang satu kedipan, matanya beralih pada wajah cantik yang terpejam. Tanpa sadar, Max ikut memiringkan kepala.
“Apakah kamu lelah?” bisiknya seraya membelai rambut Gabriella.
Selang satu embusan napas, pria itu bergeming.
“Tunggu dulu. Kenapa aku menyentuhnya?”
Setelah berkedip-kedip heran, ia berdiri tegak, melipat tangan, lalu berdeham kencang. Gadis yang semula merebahkan kepalanya di meja sontak kembali duduk tegak.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com