“Berhentilah menundukkan kepalamu, Gaby. Aku tidak marah padamu,” ucap Max saat memperhatikan wanita yang duduk di sebelahnya masih cemberut.
“Tapi, aku merasa bersalah. Bagaimana kalau ucapanmu menjadi kenyataan? Sebastian menyusul ke sini untuk membalas perbuatanku.”
Mendengar penyesalan sekaligus kekhawatiran Gabriella, sang pria pun menghela napas dan membelai kepala wanita itu. “Itu tidak akan terjadi. Aku hanya menakutimu saja. Lagipula, dia tidak tahu bahwa kau ikut merancang jebakan itu.”
Dengan bibir mengerucut dan alis berkerut, sang wanita mempertimbangkan perkataan suaminya.
“Tapi, dia bisa saja menelusuri jejak Camilla yang mengarah kepada Rose, lalu kepada diriku, lalu berakhir dengan dirimu,” jelas Gabriella berbelit-belit. Pikirannya telah dikacaukan oleh bayang-bayang wajah Sebastian yang penuh dengan kebencian.