webnovel

Jalan-jalan ke Mana, Hayo!

Elena dan Naruto sedang berjalan-jalan di jalanan Desa Konoha. Jalanan yang dilewati mereka cukup sepi, mereka sengaja menghindari keramaian dan memilih jalan dengan sedikit orang.

'Apakah kalian ingin tahu kami mau ke mana?' pertanyaan Elena ditujukan pada mereka yang membaca novel ini.

'Katakan peta! Katakan peta!' Kurama menambahkan beberapa bumbu komedi yang sudah garing dan basi.

'Katakan Peta? Kata itu sudah lama basi! Sekarang itu zamannya, malu bertanya lihat Google Maps,' Elena membenarkan.

'Cih, aku hanya bercanda. Bukankah kamu sering membuat candaan itu selama 9 bulan kita bersama dulu?' Kurama mendecih tidak senang saat candaannya dianggap receh, garing, dan sudah basi.

'Iya, iya, aku tahu. Karena itulah aku tidak tempe,' jawab Elena.

'Sudah! Makin lama, makin basi saja novel ini dan sebaiknya kamu segera menjelaskan ke pada para pembaca kalian ingin pergi ke mana,' Kurama mengubah topik pembicaraan yang makin lama tidak bermutu dan menggantikannya dengan topik berbobot.

'Oke. Aku beritahukan apa yang terjadi. Mudahnya, kami berdua saat ini sudah diusir dari panti asuhan. Yah, aku sama sekali tidak merasa ini hal aneh, sih. Sejak awal perilaku orang-orang di panti asuhan perlahan-lahan menjadi semakin dingin pada kita berdua, pengurus panti juga sudah mengetahui jika kita merupakan wadah Kyuubi. Aku sudah menduga jika hanya perlu menghitung hitungan hari sampai kami keluar,' akhirnya setelah candaan yang berbelit-belit, Elena memberikan penjelasan tentang kepergian mereka.

'Fumu, fumu, harusnya kamu memberikan penjelasan ini sejak tadi agar para pembaca tidak mengungsi ke tempat lain,' Kurama mengangguk di dalam alam bawah sadar Elena.

"N-Nee-san, kemana kita akan pergi? Kenapa kita tidak kembali ke panti?" Naruto menatap Elena dengan tatapan yang polos dan tidak mengetahui apa-apa.

Mereka berdua saling bergandengan tangan karena Elena tidak tahu apa yang akan dilakukan Naruto jika sampai tangan mereka berdua terlepas. Bukan berarti Elena harus khawatir saat Naruto dalam bahaya, namun ada baiknya menanggulangi daripada menyesal. Jika Naruto dalam bahaya, Elena sangat yakin jika para Anbu akan menyelamatkan Naruto, bahkan jika mereka tidak bisa Elena masih dapat berteleportasi ke dekat Naruto dan membawanya pergi bersama.

Kemampuan Teleportasi Elena dapat diterapkan pada objek di sekitarnya dalam radius 10 meter. Kemampuan ini bukanlah kemampuan ruang-waktu, melainkan kemampuan transformasi. Pada penerapannya, Elena mengubah tubuhnya dan objek yang dipindahkannya menjadi partikel cahaya dan berpindah lalu kembali lagi ke wujud semula. Dalam menggunakan kemampuan Teleportasi, objek yang berpindah menggunakan teknik ini berkecepatan, 99,99999% kecepatan cahaya, karena batasan ini Elena tidak dapat kembali ke dunia asalnya.

"Kita akan ke luar desa, Naruto. Ada beberapa hal yang harus Nee-san lakukan di sana. Kamu tidak takut, 'kan?" Elena membuat senyuman lembut ketika dia memberikan jawaban kepada Naruto. Sebagai seseorang yang lebih dewasa, tentunya dia tidak akan terlihat khawatir hanya karena masalah kecil.

'Hmph! Dasar kejam. Kamu menipu anak sekecil itu dan membawanya ke luar dari desa. Kamu pasti akan menjualnya kepada bandit atau pedagang budak, 'kan?' Kurama mendengus pada Elena karena tindakan yang diambil Elena.

By the way, saya tidak pernah melihat ada pedagang budak di dunia Naruto, Kurama hanya bercanda dengan hal itu. Lagipula, tidak mungkin juga Anbu yang mengawasi keduanya akan membiarkan Elena melakukan hal ini pada jinchuriki desa mereka.

'Hmph! Dasar kejam. Gara-gara kamu yang menjadikan anak itu wadah, dia sekarang dibenci oleh para warga desa. Kamu pasti bertujuan untuk memberikannya kepada bandit atau pedagang budak sejak awal, 'kan?' Elena memberikan balasan menggunakan kalimat yang sama pada beberapa bagian.

"...." Kurama diam sambil menatap Elena di dalam alam bawah sadar Elena.

"...." Elena diam sambil menatap Elena di dalam alam bawah sadar Elena.

'Sudah cukup bercandanya. Bisakah kamu menjelaskan apa yang akan kamu lakukan sebenarnya?' tanya Kurama yang mulai kembali serius.

'Sederhananya, aku berencana membuat kami berdua berpisah selama beberapa saat. Kamu tahu jika ada orang yang mengikuti kita, 'kan? Jika kita berdua berpisah, maka orang yang mengikuti kita juga akan berpisah. Dengan begitu, ini akan memudahkanku untuk berurusan dengan mereka,' Elena menjelaskan kepada Kurama yang sulit paham.

'Itu tidak akan berguna. Bukankah kamu tahu jika jumlah mereka sudah bertambah sebanyak 2 orang? Bahkan jika kamu berpisah, kemungkinan kami tetap akan berurusan dengan tiga orang, lho. Aku bisa saja meminjamkan chakra milikku walau dalam jumlah yang terbatas, tapi melawan orang dewasa di dunia ini bukanlah hal yang mudah untuk kamu lakukan di usiamu saat ini,' Kurama mengingatkan atas keberhasilan rencananya yang tidak besar.

'Rencanaku bukan mereka berempat, tapi satu di antara mereka yang tidak memiliki emosi. Menurut hasil Penerawangan milikku dan menggunakan chakra milikmu yang memiliki pasif merasakan emosi, dua orang tambahan memiliki emosi sama seperti dua lainnya. Itu berarti, dapat diasumsikan jika mereka tidak berasal dari organisasi yang buruk,' Elena menjelaskan.

Kemampuan Penerawangan Elena mampu melihat lokasi yang telah dipilihnya. Kemampuannya ini kurang lebih sama seperti Byakugan, namun tidak dapat melihat aliran chakra di dalam tubuh seseorang.

'Mengapa kamu mengatakannya seperti itu?' Kurama masih belum juga paham atas penjelasan Elena.

Jika kita menghitung-hitung usia Kurama, dia sudah melebihi usia kakek-kakek. Akan tetapi walau begitu, dia masih belum lulus kuliah maupun memiliki rekam jejak pendidikan, hal ini membuat Kurama memiliki tulisan tangan yang kurang bagus dibanding dengan mereka yang bersekolah.

'Yah, bukankah orang yang melakukan cuci otak itu biasanya jahat? Jadi aku berpikir, jika orang yang telah dicuci otaknya itu berasal dari organisasi berbahaya. Karena itu aku tidak ingin jika dia ikut campur,' penjelasan dari Elena.

'Fumu, fumu, terasa otakku mulai terisi. Aku memang belum pernah bersekolah sebelumnya, tapi jangan menganggapku jika aku ini adalah rubah yang bodoh,' Kurama mengangguk paham atas penjelasan Elena.

'Aku tidak akan mempermasalahkannya. Di masa sekarang ini, sekolah memang sedang dalam masa-masa sulit. Karena virus yang menyebar saat ini melakukan pembelajaran secara tatap muka memberikan resiko akan tertular penyakit, karena itu sekolah diadakan secara daring. Jika boleh jujur, pembelajaran ini cukup merepotkan karena tidak semua orang memiliki paket data dan sinyal lancar. Tapi untung saja aku memasang Wifi di rumahku dengan kecepatan internet yang tinggi, jadi masalah internet sudah teratasi. Tapi menurutku, pembelajaran Daring seperti ini tetap saja ribet karena terkadang ada notifikasi yang tidak tersampaikan,' Elena memulai curhatannya yang cukup panjang.

'Bisakah Anda memberikan satu contoh notifikasi yang telat?' minta Kurama.

'Ini salah pengalaman saya dulu. Jadi waktu itu, ada tugas Mapel BK berupa memencet tombol "hadir" dengan waktu akhir pengumpulan jam 10.00 WIB. Namun waktu itu, aku sedang ke SMP-ku dulu untuk mengurus beberapa hal dan kembali jam 10.15. Sisa ceritanya kamu bisa menebaknya sendiri, aku jadi tidak sempat memencet tombol "hadir" dan berakhir dianggap Absen tanpa alasan,' curhatan panjang Elena sudah selesai.

'Tunggu. Menurut dari ceritamu di masa lalu, bukankah kamu itu bersekolah di akademi khusus bangsawan yang ada di abad pertengahan? Kenapa ceritanya bisa nyasar ke sana?' Kurama menyadari keanehan dari cerita Elena.

'Soalnya, aku hanya bercanda saat memberikan curhatan, sih, Te~ He~,' Elena mengeluarkan suara imut pada akhir kalimatnya, di dalam alam bawah sadar.

"...." Kurama menatap datar Elena karena merasa sudah dipermainkan.

'Jangan begitu, Kyuu-chan. Aku hanya bercanda,' Elena berusaha menenangkan Kurama.

'Siapa yang kamu panggil "Kyuu-chan"!' Kurama tampaknya tidak senang dengan panggilan itu.