webnovel

Catastrophic Fall

Apa yang terjadi bila bumi dihadapi dengan asteroid besar bahkan lebih besar dari yang pernah memicu kepunahan dinosaurus? Ini adalah kisah pilu dari seorang ilmuwan bernama Wadito Stalhom.

Okiku_0 · ไซไฟ
Not enough ratings
16 Chs

FLIGHT - chapter 9

- 1 bulan 26 hari sebelum asteroid jatuh -

"Di Russia memang sudah tak asing lagi dalam meneliti nuklir. Tapi kalau dilihat dari sudut pandang lain itu hal yang beda lagi" jelasnya Prof Albert sembari menghubungkan jari jemarinya.

"Maksudmu?" Tanya Dito dengan mengerutkan keningnya.

Prof Albert mengerjapkan mata sesaat" Daki itu bukan orang Russia, jadi buat apa dia bekerja di penelitian nuklir itu."

"Di negara ini tak diperbolehkan mengelola nuklir, lalu hubungan dia bekerja disini? Apakah kau tahu?"

"Hal itulah yang membuatku tak tahu saat memeriksa profilnya." Wajah Prof Albert terlihat bingung mencari jawaban," aku hanya mengira kalau dia akan membuat negara ini menjadi penghasil nuklir. Tapi itu hanya asumsi, sebaiknya kita tak berpikir buruk lagi."

"Kau benar Pak Albert"

Prof Albert yang dari tadi duduk mulai berdiri dari kursinya, "Karena itu aku memintamu kemari"

Wadito Stalhom menengok ke wajah pria itu.

"Aku ingin kau mengawasi nya saat di Amerika. Dan kalau bisa ketahui tujuan sebenarnya dia" Prof Albert yang menghadap membelakangi Dito mengatakannya.

Ketika itu Dito beranjak dari tempat duduknya," Baiklah--aku akan melakukan sesuai arahanmu. Mungkin aku tak bisa mengatasinya tapi aku akan mengawasinya"

"Apakah ada hal lain lagi?" Ujar Dito lagi sebelum beranjak pergi

Prof Albert hanya memejamkan matanya, "Tak ada lagi-- tapi, berhati-hati lah"

                              ~ | | | ~

Malamnya Wadito Stalhom dan Dakino Thorsten bersama-sama di bandara menuju rapat pertemuan di Amerika. Setelah mereka melakukan check in, mereka diperiksa terlebih dahulu oleh petugas apakah ada barang senjata atau obat-obatan terlarang lainnya.

Dan karena tak ada benda-benda yang mencurigakan mereka dipersilahkan untuk masuk ke pesawat.

Tiba-tiba suara pemberitahuan terdengar dari speaker

Penerbangan Airline New York Amerika akan diberangkatkan sepuluh menit lagi. Dimohon untuk penumpang segera menuju ke tempat

Mereka masuk setelahnya bersamaan dengan penumpang lain. Mereka duduk berpisah saat memasukinya, Dito duduk paling belakang dan Daki berada di empat meter depannya. Dito memang sudah berencana untuk duduk di belakang untuk memudahkan dia mengawasi gerak-gerik Daki.

Seorang pramugari berjalan ke depan dan memberitahu instruksi sebelum pesawat lepas landas.

Semua penumpang mengencangkan sabuknya sesuai perintah.

Dan tak sampai semenit saja pesawat sudah melewati awan.

Jarak tempuh menuju Amerika memerlukan waktu 8 jam, Dito tetap mengawasinya sepanjang perjalanan. Matanya tak pernah teralihkan untuk mengamati

Daki.

Namun setelah dua jam perjalanan  ada bagian yang tak terduga. Seorang pilot mengumumkan bahwa cuaca buruk melanda di tengah Samudra Pasifik hal itu mengakibatkan pesawat harus melandas ke bandara Filipina sampai badai mereda.

"Bagaimana ini? Kalau seperti itu tak akan sampai tepat waktu" ucap dari Dito

Tapi cuaca sudah membaik hanya dalam beberapa menit, sehingga pesawat tidak harus turun kemudian melanjutkan perjalanan dengan lancar.

"Syukurlah tak ada halangan"

Selama perjalanannya Dito tak tidur sama sekali. Sudah tiga jam berlalu dan tak ada gerakan mencurigakan dari Daki.

"Yah--mungkin aku terlalu berpikir buruk kepadanya" gumam dari Dito.

Tak selang beberapa menit Daki berdiri dari tempat duduknya dan sepertinya dia mau pergi ke toilet.

Dito yang tadinya tertunduk langsung mengamatinya. Saat itu Daki tak memegang apapun kecuali ponsel. Terlihat jelas Dito melihat ponsel di dalam sakunya, Dito berasumsi bahwa dia akan menelepon seseorang.

Namun Dito tak berpikir buruk dulu sehingga dia memastikannya dan mencoba mengamati di luar toilet.

Dito membelakangi toilet dan hanya mendengarkan apa yang ada didalamnya.

Dan benar saja kala itu Daki menelepon seseorang, Dito hanya mendengarkan kata--habiskan semuanya--kemudian selesai percakapan mereka. Dito secara cepat kembali ke tempat duduknya.

Tak ada ekspresi yang terlihat dari wajah Daki, dia langsung duduk saja. Melihatnya Dito berpikir keras apa maksud dari ucapannya.

"habiskan semua? Apa maksudnya itu?"

Tepat jam empat pagi mereka tiba di bandara New York. Karena pertemuannya ada di Ohio jadi mereka harus naik kendaraan untuk sampai ke sana.