Hanya ada rasa takut yang tergambar pada wajah-wajah personil CASM. Bagaimana tidak? Melihat sahabatnya berteriak karena menderita kesakitan, adalah hal yang paling tidak ingin mereka lakukan. Apa lagi dengan kondisi Tristant yang tengah hamil tua, membuat otak mereka terpaksa memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk, yang akan terjadi pada sahabat, dan bayi dalam kandungannya.
Di atas brankar, atau tempat tidur dorong, remaja imut itu terus saja menjerit, sambil memegangi perutnya seolah memberitahu bahwa rasa sakit itu, benar- benar menyiksanya.
"Mamaaa....!" Wajah imut itu kini terlihat suram. Keringat dan air mata sudah bercampur menjadi satu, di sana. "Sakit... ma!"
Entahlah, meski ada Lukman di sampingnya sedang membantu mendorong brankar, tempat Tristant berbaring, namun hanya kata mama yang terus ia teriakan.
Yah, Ibu memang segalanya, meski sering kita lupakan di saat kita bahagia, dan baru diingat saat kita terluka, namun kasih seorang ibu tidak akan pernah pudar.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com