--> Setelah menyampaikan itu, abah Dahlan kembali menatap Pandu yang masih merundukkan kepala. Namun, tiba- tiba keringnya berkerut, mengingat- ingat apa yang akan ia katakan tadi. Semuanya membuyar, hilang di pikirannya lantaran sang isteri, mengacaukan konsentrasi nya.
Abah Dahlan menghela napas pasrah, setelah ia tidak mampu mengingat kembali, apa yang akan ia sampaikan kepada remaja yang masih menyadarkan kepala di bahunya.
"Pokona teh, Pandu nggak usah nangis. Adennya juga nggak mau tinggal di kampung sama abah. Jadi abah teh, nggak mau maksa."
Deg!
Keputusan abah Dahlan tentu saja membuat Pandu tersentak kaget, hingga ia reflek menjauhkan kepalanya dari bahu laki-laki tua itu, lalu menatapnya heran.
Tidak hanya Pandu, ibu Veronica dan Aden juga seperti tidak percaya dengan apa yang mereka dengan barusan.
"Maksud abah?" Tanya Pandu kemudian.
"Maksud abah teh, abah nggak mau maksa Aden tinggal di kampung." Jelas abah Dahlan.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com